Suara tepuk tangan meriah terdengar dari berbagai sudut ajang penghargaan musik di Seoul. Banyak senyuman dan isak tangis yang menghiasi panggung kali ini. Penghargaan berupa Daesang yang menjadi incaran banyak boygroup dan girlgroup sudah berada di tangan pemiliknya. NCT kembali menorehkan sejarah dalam menerima penghargaan daesang tahun ini. Benar-benar prestasi yang membanggakan.
Tidak terasa boygroup besutan SM Entertainment itu sudah melangsungkan karirnya selama delapan tahun. Kisah pahit dan sedih terangkum menjadi satu dengan kisah bahagia lainnya. Setelah menghadiri acara penghargaan bergengsi itu, member NCT mulai kembali ke dorm masing-masing untuk beristirahat. Tak terkecuali, member NCT Dream. Mereka setuju untuk berkumpul di dorm Dream untuk malam ini. Merayakan akan kesuksesan comeback mereka sehingga mendapatkan kategori artis terbaik tahun ini.
Haechan menenteng satu plastik yang berisi berbagai jenis ayam. Lima belas menit yang lalu, dirinya meminta manajer untuk berhenti di salah satu restoran ayam untuk membeli lima paket komplit ayam yang sudah berada di tangannya. Di belakangnya, disusul dengan Jeno yang membawa plastik transparan berisikan soda. Bukankah tidak komplit jika tidak ada soda? Mereka sudah berjanji dengan manajer untuk tidak mabuk kali ini.
Mark membereskan sedikit kekacauan yang ada di ruang tamu, mengembalikan barang-barang yang seharusnya diletakkan kembali ke tempatnya. Jaemin sudah memegang peranan penting untuk memasak ramyeon bersama dengan Renjun. Jisung lebih memilih untuk menata piring yang dibutuhkan oleh Jaemin dan Renjun untuk meletakkan ramyeon, tak lupa dengan peralatan makan para member.
Chenle? Laki-laki itu sedang mengambil kimchi dan buah-buahan di rumahnya. Laki-laki itu berjalan sendirian menikmati angin malam, suasana sepi, dan dingin yang mulai menyelimuti Korea Selatan. Matanya menangkap seorang anak kecil tengah berdiri di sana. Di tengah lalu lintas yang mulai sepi. Chenle tidak salah bukan? Atau matanya mengalami masalah? Laki-laki bersurai biru itu kembali menajamkan matanya saat suara klakson mobil berwarna hitam itu mulai berbunyi dan langkah kakinya mulai melesat untuk membawa anak kecil itu ke dalam dekapannya. Nafas Chenle terengah-engah sesaat melepaskan dekapan kuat yang dilakukannya pada anak perempuan di depannya.
“Kau tak apa?” Bocah perempuan itu mengangguk seraya membungkukkan badan berujar terima kasih. Tak berselang lama kemudian, orang tua dari bocah tersebut menghampiri mereka mengucapkan berkali-kali terima kasih kepada Chenle yang sudah menyelamatkan anaknya. Kini laki-laki berusia dua puluh tiga tahun itu terduduk di pinggir jalan. De Javu. Empat tahun yang lalu dirinya bersimpah darah di jalan yang berada di hadapannya. Terjebak di suatu tempat, menyalahkan takdir, bertemu dengan seseorang yang dicintainya. Chenle menghela nafasnya sejenak.
“Sudah dua tahun berlalu.” Perasaan itu masih hangat, tidak dibiarkan untuk merasakan musim dingin hari ini.
“Apakah seperti ini takdir kita?” Chenle menarik sudut bibirnya naik ke atas.
“Betapa lucunya di saat kita yang memiliki banyak perbedaan tetap berusaha untuk bersama. Mungkin keputusan yang kau berikan tepat. Jika aku menjadi dirimu, mungkin aku juga akan menyerah.” Chenle menenteng plastik besar yang dibawanya menuju dorm Dream. Salju hari ini tidak bisa menembus kehangatan yang hadir atas dasar rindu yang menggelora. Hanya bergesekan saja sudah menimbulkan luka yang mendalam. Terkadang perih ditimbulkan karena luka yang tidak nampak....
“Kau lama sekali, Chenle-ya.” Chenle tertawa melihat wajah Jisung yang sudah berlumuran saus pedas dari ayam yang sedang dimakannya.
“Kau itu yang terlalu cepat. Lihatlah, kau sudah memakan dua potong ayam sedangkan yang lainnya masih membereskan banyak hal.” Jisung tertawa sembari meneguk air putih yang berada di depannya. Chenle memberikan bungkusannya kepada Haechan.“Mama Chenle benar-benar yang terbaik.” Chenle tersenyum sebelum menengguk soda di atas meja.
“Kau tidak kedinginan hanya memakai pakaian tipis saat di luar tadi?” Mark datang dari dapur untuk meletakkan kimchi yang sudah ditata oleh Haechan di atas piring.
“Tidak, hyung. Tidak terlalu dingin.” Mark memperlihatkan ponselnya yang tertera suhu di Seoul saat ini. -10°C.
“Kau benar-benar beruang kutub.”
“Bukan, dia lumba-lumba.” Renjun datang bersama dengan Haechan meletakkan ramyeon yang masih mengepul mengeluarkan asap. Chenle tersenyum sumringah mendapati makanan kesukaannya berada di depannya.Mereka bertujuh menyelesaikan pesta kecil yang dibuat secara sederhana dengan penuh kehangatan. Berbagi cerita satu sama lain mengenai comeback kali ini. Suara ponsel Chenle membuat kegiatan anggota Dream terhenti sejenak. Ternyata telepon dari sang mama yang mengatakan bahwa syal yang seharusnya digunakannya tertinggal di rumah. Chenle meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Tak lupa, anggota Dream mengucapkan terima kasih atas makanan yang sudah dibuat oleh Mama Chenle.
“Kau masih…” Renjun bingung untuk mengatakannya setelah tak sengaja melihat lockscreen ponsel Chenle. Chenle mengangguk mengerti maksud dari perkataan Hyung-nya. Jaemin meletakkan ponselnya.
“Berjuanglah!” Jaemin hanya bisa mengatakan hal tersebut. Sudah dua tahun Chenle masih menunggu. Dirinya bingung dengan jadwal yang masih runtut seperti kereta api selama dua tahun belakangan ini. Laki-laki kelahiran 2001 itu hanya disibukkan dengan latihan, comeback, dan kegiatan lainnya yang benar-benar menghabiskan waktunya. Bahkan, ia tak bisa untuk sekedar beristirahat mengambil cuti kegiatan.“Apa menurutmu dia juga melakukan hal yang sama sepertimu?” Chenle menghela nafasnya sejenak.
“Entahlah, beberapa bulan setelah ini aku akan mengambil cuti. Mungkin aku akan pergi ke Semarang untuk itu. Hanya dua tahun waktuku untuk bersabar.”
“Apa dia masih mencintaimu?” Pertanyaan yang membuat Chenle seketika terdiam tak tahu mengenai jawaban pastinya.Gimana buat season 2 nya? Menunggu happy ending or sad ending. Ohh i'm forget something.
HAPPY NEW YEAR🎉
![](https://img.wattpad.com/cover/253257981-288-k406954.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Langkah Sebuah Takdir 2 (Zhong Chenle)
FanfictionNara memilih untuk melangkah pada takdir yang berbeda dari pilihan Chenle. Apakah Chenle akan membiarkannya begitu saja? Bagaimana langkah takdir yang akan diambil oleh keduanya? Berjalan bersama pada satu tujuan atau memilih untuk berjalan dalam la...