Undangan-27

2.2K 282 4
                                    

Langit nampak cerah bersinar, burung-burung berkicau diluar sana serta angin yang berhembus kencang terasa sangat sejuk nan segar.

Azriel tak ada jadwal pengajian hari ini, ia hanya sibuk berkutat dengan laptopnya, menyelesaikan banyaknya berkas kantor yang ditugaskan sang Ayah untuknya disebuah perusahaan ternama dikota itu.

Sebentar lagi ia akan menjabat sebagai CEO termuda disana, padahal Azriel sendiri ingin menolak secara halus jabatan yang diberikan oleh Hilman padanya. Kenapa? Karena Azriel lebih sibuk dengan dunia dakwah daripada perkantoran.

Tetapi ya sudahlah, Ayahnya yang sekarang sudah berusia sangat tua mungkin tak lama lagi akan pensiun, makanya ia berikan tanggung jawab dan kepercayaan itu kepada anaknya sendiri.

Ia juga merasa sangat bersyukur, karena Allah telah memberikannya banyak kecukupan selama hidup di dunia ini.

Ketika tengah asik berkutat pada laptopnya, tiba-tiba saja ponselnya bergetar, menandakan bahwa ada seseorang yang menelepon.

Azriel pun meraih ponselnya itu lalu mengangkat telepon tersebut, dilihatnya panggilan dari Wildan.

"Assalamu'alaikum, Wil?"

"Wa'alaikumussalam.. Lo dimana, Zriel?"

"Gue lagi di kantor Abi, kenapa?"

"Masih sibuk banget?"

Azriel mengecek pekerjaannya sebentar lalu berkata, "Nggak juga, kenapa emang?"

"Satu minggu ini lo gak ada ketemu sama kita-kita kan nih, jadi.. Ini ceritanya gue ama yang lain lagi kangen sama lo, dih! Bengek, geli gue ngomongnya." Sungut Wildan.

Azriel yang mendengar itu lantas mengernyit bingung lalu bertanya, "Tumben amat? Biasanya gue gak muncul satu bulan pun gak dicariin, ini kenapa tiba-tiba? Pasti ada maunya nih?"

"Dih, suudzon lo anak Hilman!"

"Heh! Nama Bapak gue!" ceplos Azriel spontan.

Terdengar tawa teman-temannya itu dari seberang telepon sana.

"Kita lagi ada di cafe biasa nih, kalo lo gak sibuk-sibuk amat.. Dateng ye, awas aja kalo nggak! Soalnya ada yang mau kita kasih tau ke lo."

"Hm? Apaan?"

"Ya makanya lo dateng kesini onta! Dah lah, gue laper, assalamu'alaikum."

"E tapi gue- wa'alaikumussalam.. Belum selesai ngomong malah dimatiin." Gumam Azriel kesal karena Wildan telah memutus panggilan itu tiba-tiba.

Tak ada pilihan lain. Azriel sendiri ingin beristirahat sejenak, ia mulai merapikan berkas-berkas tersebut, mematikan laptopnya lalu bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

***

Shafa yang sedaritadi tengah duduk di cafe itu bersama Ilyas. Menyadari bahwa ada tiga teman Azriel yang duduk agak jauh dari tempat duduknya, tetapi para pria itu tidak menyadari kehadirannya.

Alhamdulillah, batin Shafa merasa lega.

Dengan dua mangkuk es krim di depannya dan sebuah laptop yang daritadi membuatnya sibuk, sesekali ia menyuapi Ilyas yang tengah terfokus memainkan gadget miliknya.

"Assalamu'alaikum, bro!"

Degg!

Tiba-tiba saja suara pria itu terdengar tak asing lagi ditelinga Shafa, ia berbalik mencari sumber suara tersebut ternyata benar seperti dugaannya.

Assalamu'alaikum Jodohku [ END✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang