Shofia tengah asik membaca buku didalam kelasnya, tiba-tiba saja masuklah tiga orang pria kedalam kelas tersebut lalu berjalan menghampiri Shofia yang sedang duduk sendiri.
"Hai, Shofia." Sapa Andrey, pria yang dikenal tampan dengan wajah dinginnya serta rambut pirang berdarah Belanda.
Gadis dengan syar'i hitam didepannya itu hanya menoleh sekilas lalu menyapa balik dirinya, "Halo."
"Boleh bicara sebentar?"
Shofia mengernyitkan dahinya pelan, ia tatap lagi manik mata coklat pria itu lalu mengangguk kecil. "Lima menit," ujarnya.
Andrey mengangkat alisnya sebentar lalu meminta kedua temannya yakni Alex dan Joseph untuk keluar dari kelas itu.
Andrey duduk disebuah kursi di depan Shofia, ia lipat kedua tangannya lalu memulai percakapan dengan gadis itu.
"Aku denger-denger, kamu baru putus sama pacar kamu itu ya?" tanya nya seketika yang sontak saja membuat Shofia terkejut.
Pikirnya darimana Andrey mengetahui kabar itu? Apakah dari Shafa? Sepertinya tidak, ia yakin bahwa Shafa tidak akan mau menyebarkan hal yang dirasanya tak penting seperti itu.
Shofia pun mengangguk pelan sambil menjawab, "Iya."
"Um.. Kamu gak ada niatan buat nyari yang baru gitu?"
Pertanyaan macam apa itu? Shofia lantas menyorot Andrey tajam lalu bertanya, "Kenapa kamu tiba-tiba nanya kayak gitu? Unfaedah banget tau gak."
Andrey malah terkekeh kecil dengan kalemnya, "Ya.. Aku nanya aja sih, kan enak biar bisa uwu-uwuan kayak orang lagi gitu."
"Berarti neraka enak dong?" sosor Shofia.
"Y-ya.. Gak gitu juga konsepnya, Shof. Kamu kan tobatnya bisa nanti."
Gadis didepannya itu tertawa kecil sambil menggelengkan kepalanya pelan, "Hadeeh.. Kamu mau tobat, tapi tobatnya nanti? Tapi kalo misalkan kamu matinya sekarang gimana? Ajal gak ada yang tau loh. Perihal jodoh ataupun ajal, yang paling deket itu ya pasti ajal lah."
Skakmat, Andrey lantas terdiam mendengar balasan Shofia, ia tak bisa berkutik lagi. Niat yang tadinya ingin menyatakan perasaan pada gadis itu kini sudah sirna, yang ada dipikirannya saat ini adalah dirinya sangat tidak pantas untuk gadis itu.
Sementara Shofia merasa sangat puas, entah kenapa sekarang ia menjadi sangat jijik ketika ada pria yang ingin mendekatinya dengan cara yang salah. Ia jadikan hubungannya dengan Alfi kemarin sebuah pelajaran, karena dari masalalu itu ia bisa menjadi lebih baik sekarang.
Ia pun memasukkan buku-buku itu kedalam tas ranselnya sambil berkata, "Walaupun kamu pacaran udah lima belas tahun, dua belas abad, bahkan selama apapun, tapi kalau pacar kamu itu bukan jodoh kamu, kamu bisa apa? Allah itu gampang banget loh buat bolak-balikkan hati manusia, yang tadinya kamu sayang banget sama cewek itu, bisa jadi besoknya kamu malah bosen."
"Atau mungkin.. Kamu udah di jenjang yang sangat serius sama dia, tapi kematian malah dateng duluan. Gimana? Tetep bisa ngejamin kalo besok atau minggu depan masih hidup?" lanjutnya.
Andrey tetap diam dengan tundukkan kepalanya, sesekali ia tatap sekilas gadis itu dengan perasaan yang sedikit hancur dengan harapan yang pupus.
"Kita sama-sama muhasabah ya. Kalau kamu pengen deketin aku, deketin Penciptaku dulu. Sekarang aku mau nyusul temen-temen aku ke kantin, duluan ya, assalamu'alaikum." Ucap Shofia yang bangkit dari duduknya dan beranjak pergi meninggalkan Andrey.
Matanya melirik ke arah punggung Shofia yang berjalan keluar dari kelas itu, "Padahal diluar sana masih banyak cewek yang lebih cantik daripada dia, tapi kenapa hati gue menetap? Dari awal masuk kuliah padahal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamu'alaikum Jodohku [ END✔ ]
Romance( Belum revisi, tulisan masih acak-acakan ) Spiritual - Romance ----- "Maasyaa Allah, beliau ganteng banget. Tapi, kayaknya gak mungkin deh." Kashafa Andyra Al-Azhar. Seorang gadis berniqab yang akrab dipanggil Shafa. Ia memiliki perasaan pada Azr...