Seri menggenggam erat ujung jaket denim yang dipakai Jisung ketika motor yang mereka kendarai berbelok mengikuti jalan yang menikung dengan sebelah kiri jurang yang dalam. Matanya terpejam erat sambil merapalkan doa supaya sampai di tempat tujuan dengan selamat. Dia tidak mengetahui kemana Jisung akan membawanya dan sekarang agaknya dia menyesal karena mengiyakan ajakan kekasihnya jika tahu jalan yang mereka lewati akan seekstrim ini pasti dia lebih baik meminta Jisung untuk mengantarkannya pulang saja. Bukannya merasa lebih baik kini kepalanya menjadi pusing, dia tidak bisa diajak berkendara motor dengan banyak jalan menikung seperti ini, perutnya mual sekarang.
Jisung menghentikan motornya, mematikan mesin lalu melirik Seri dari spion. Dia buru-buru menoleh menatap langsung wajah Seri yang pucat dengan mata terpejam. "Kak, lo nggak papa?" Seri membuka matanya, menatap nyalang Jisung. "Nggak papa, your eyes hah?! Mual banget gue lo ajakin ngebut kayak tadi! Mana jalannya belok belok, mau bikin gue mati ya?" Jisung meringis menyadari kesalahannya. Dia turun dari motor lalu membantu Seri turun dan menuntun gadis itu.
"Maaf Kak, harusnya gue tanya dulu. Lain kali nggak kayak gini lagi!"
Seri tidak menghiraukan ucapan Jisung, dia terkejut mendapati air laut yang biru dengan pemandangan tebing yang curam, tidak menyeramkan justru tempat ini sangat indah. Angin laut menerbangkan rambutnya, Seri memejamkan matanya untuk menikmati aroma laut yang jarang dirasakan. "Gue maafin, lain kali lo kalo mau ngajak ke pantai bilang dong Sung. Kita bisa naik mobil dan nggak mendadak kayak gini." Jisung mengangguk patuh, dia menuntun Seri ke sebuah batu besar untuk duduk. Seri menatap sekeliling, mengagumi pemandangan alam yang setahun sekali saja belum tentu dapat dia lihat secara langsung. Mereka berdua diam sambil menikmati pemandangan itu, tangan Jisung merangkul manis bahu Seri karena angin laut sore yang dingin.
"Habis ini kita ke restoran seafood ya Kak? Lo suka udang kan?" Jisung menatap Seri menunggu jawaban gadis itu, Seri mengangguk. "Oke, tahu darimana kalau gue suka udang?" Jisung tersenyum. "Dari Mama, waktu gue ke rumah lo 3 hari yang lalu dia cerita banyak tentang lo ke gue."
"Mama nggak cerita aneh-anehkan?" Mata Seri menyipit curiga menatap Jisung, laki-laki itu tersenyum mengejek. "Pastinya ceritalah, lo pernah naik sepeda kesandung batu terus masuk selokan deket kandang bebek kan?" Wajah Seri merah padam karena malu, tangannya melayang memukul bahu Jisung berkali-kali dan membuat empunya tertawa bukannya kesakitan. Gadis itu semakin sebal, dia mendorong Jisung hingga terjatuh ke tanah lalu bersedekap dada tidak mau menatap Jisung. Jisung yang menyadari jika Seri marah padanya segera bangkit lalu menyentuh lengan atas gadis itu dan ditepis dengan kasar, ternyata niat menggoda tadi berakhir bencana, ingatkan Jisung agar tidak membokar cerita lucu Sero sewaktu kecil yang diketahuinya.
"Kak jangan marah, maaf." Rengek Jisung sambil duduk bersila di dekat kaki Seri. Matanya menatap Seri dengan memelas agar kekasihnya luluh dan tidak marah lagi. "Gue bakal lakuin apa aja asal lo nggak marah lagi, Kak. Beneran deh." Jisung menarik rok Seri dan mendapat pelototan tajam dari Seri.
Tapi tak lama kemudian gadis itu tersenyum miring dengan mata berbinar, Jisung mendadak merasa tidak enak dengan hal yang akan terjadi setelah ini. Sepertinya dia salah mengajukan penawaran tetapi percuma saja meralatnya, yang ada Seri kembali marah kepadanya. "Beneran ya? Tenang nggak gue pakai sekarang, tunggu aja. Sekarang ayo makan, gue laper." Seri berdiri lalu melangkah menuju motor matic Jisung. Seri naik terlebih dahulu di atas motor matic Jisung, tersenyum senang sambil menepuk jok depan. Jisung menghembuskan napasnya, semoga saja Seri tidak meminta hal-hal aneh yang bahkan tidak terpikir oleh otaknya.
5 menit berkendara akhirnya mereka sampai di sebuah restoran seafood sederhana di pinggir jalan, tidak ramai pembeli tapi restoran itu adalah restoran yang paling dekat. Seorang wanita paruh baya menyambut mereka dengan senyuman ramah dan menunjukkan daftar menu di papan besar yang menempel di dinding belakang kasir, Seri dan Jisung memilih beberapa menu lalu duduk di salah satu bangku.
Restoran seafood itu menghadap ke laut, sebenarnya agak jauh dari laut tetapi birunya air laut masih terlihat dari sana. Ada hutan lebat sebelum laut membuat Seri berdecak kagum, dia tidak pernah melihat pemandangan seperti ini, laut seakan bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan di hutan.
"Makasih udah ngajak gue ke sini." Ujar Seri sambil memotret pemandangan di depannya dengan ponsel. Jisung tersenyum dan mengangguk semangat. "Sama-sama Kak, gue ikut seneng kalo lo suka sama tempatnya." Kemudian tidak ada pembicaraan di antara mereka sampai pesanan mereka datang dan memenuhi meja. Tanpa menunggu lama mereka memakan hidangan itu, semilir angin membuat nikmat acara makan itu. Seri akan ke sini lain kali, pasti.
"Udah jam setengah 6 sore Sung." Gumam Seri sambil menatap jam di ponselnya. Jisung yang minum es kelapa muda ikut melirik layar ponsel Seri, mengusap sekitar bibirnya dengan tisu lalu berdiri. "Ayo pulang kalo gitu." Jisung mengulurkan tangannya yang disambut dengan senang hati oleh Seri, Jisung membayar makanan mereka dan Seri hanya diam di belakangnya tanpa ada niatan ikut membayar juga, toh yang mengajak ke sini Jisung jadi semua biaya dibebankan kepada kekasih tampannya itu.
Jalanan gelap menyambut mereka, penerangan hanya berasal dari lampu motor Jisung dan rumah penduduk yang mereka lewati. Seri mengeratkan pelukannya di pinggang Jisung, merasa takut dengan kegelapan yang mereka lewati. Apalagi ketika melewati jurang, jantungnya berdegup kencang, dia seperti melihat kegelapan tanpa ujung.
"Hati-hati Sung." Teriaknya kepada Jisung yang memakai helm. Jisung mengangguk. Seri baru bisa bernapas lega ketika sudah sampai di jalan landai menuju pusat kota, lampu jalan yang terang juga banyaknya pengendara membuatnya mengucap syukur.
"Makasih buat hari ini Kak, habis ini langsung mandi jangan tidur!" Kata Jisung ketika Seri turun dari motornya. Seri mengangguk, dia melepas helmnya. "Makasih balik, lo juga hati-hati di jalan. Jangan ngebut, santai aja. Bye, gue masuk." Seri berbalik tapi tangannya dicekal oleh Jisung dan ditarik ke belakang.
Cup
Sebuah kecupan di pipi membuat gadis itu membeku, sementara Jisung tersenyum manis tidak berdosa. Jisung menutup kaca helmnya lalu menjalan motornya sambil melambaikan tangan. Seri masih diam di tempat, memegangi pipi kirinya yang dikecup oleh Jisung. Dia tidak marah malahan rasanya senang (?) Bahkan dia tidak bisa menyembunyikan senyumnya hingga masuk ke dalam rumah.
🐣🐣🐣
17 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas | Jisung ✔
Fanfiction[Tamat] Akibat kebodohan Seri yang mau saja disuruh temannya untuk menembak laki-laki pertama yang lewat didepannya membuat dunia monoton gadis SMA itu berubah. Pada tahun terakhir Seri memakai seragam putih abu-abu, pemikiran tentang 3 tahun masa S...