L I M A

598 105 3
                                    

Jisung duduk tegap dengan tangan bertautan yang meremas gugup, kini dia berada di rumah Seri untuk memenuhi undangan makan malam keluarga pacarnya itu. Matanya sesekali melirik pintu kamar Seri yang tertutup rapat, dia masih menunggu kapan gadis itu keluar dan mengatasi kegugupannya.

"Jadi nama lo itu Jisung atau Jovi?" Tanya Kakak Seri tiba-tiba.

Jisung tersentak kaget. "Dua-duanya Kak, Jisung nama depan saya dan Jovi nama tengah saya. Tapi hanya Kak Seri yang memanggil saya dengan nama Jovi."

Jadden mengibaskan tangannya. "Santai aja ngomongnya nggak perlu formal, gue-lo oke? Anggep aja ngomong sama temen atau Kakak lo sendiri." Ucap Jadden dengan senyum.

"Jadi Jovi tuh semacam panggilan khusus dari Seri gitu?" Tanya Jadden lagi.

Jisung mengangguk. "Katanya sih gitu, coba tanya orangnya langsung." Jawabnya dengan eyes smilenya.

"Lo tuh imut, ganteng, tinggi kok mau gitu sama Seri yang amit-amit kayak gitu? Di pelet ya?"

Jisung tertawa. "Nggaklah Kak, buat apa Kak Seri melet gue? Gue aja nggak tau kenapa mau sama Kak Seri."

"Oh gitu ya lo Jov, gibahin gue sama si Jadden pas gue lagi gak ada. Bagus." Ucap Seri yang tiba-tiba muncul.

Jisung menggeleng, kelabakan mencari alasan untuk mengelak. "Bukan gitu Kak."

"Dahlah jangan ngeles lo, yuk makan udah ditungguin Papa, Mama."

Seri berjalan terlebih dahulu, Jisung menatap tubuh belakang Seri yang nampak cantik, anggap saja Jisung terlalu suka dengan Kakak kelasnya itu. Jisung tersenyum sopan kepada orang tua Seri yang tadi sudah ditemuinya, dia duduk di samping Seri sesekali mencuri pandang karena tampilan cantik Seri yang selama ini tidak pernah dilihatnya. Sebenernya hanya dress dibawah lutut dan make up tipis, lebih tepatnya hanya bedak dan lipbalm. Bagi Jisung cantik karena saat sekolah Seri tidak pernah berdandan, mungkin bedakan saja jarang.

"Ayo dimakan Jovi, ini tadi yang masak Seri. Katanya kamu suka udang." Ucap Mama Seri dengan senyum lembutnya.

Jisung tersenyum sambil melirik Seri yang sibuk mengambil nasi, dalam hati Jisung tertawa melihat Seri yang salah tingkah dan malu, jarang sekali melihat sisi Seri yang imut ini. "Makasih Kak udah dimasakin." Ucapnya tulus. Seri mengangguk kaku, wajahnya mendadak panas. Lagipula apa-apaan Mamanya itu? Kenapa harus bilang jika yang memasak udang itu dirinya? Ya walau pun itu benar.

Mereka makan tanpa berbicara, 15 menit kemudian piring mereka sudah kosong, Papa mengajak Jisung dan Jadden menuju halaman belakang sementara Seri membantu Mamanya membersihkan peralatan makan. "Jovi ngopi nggak?" Tanya Mama. Seri menggaruk keningnya mencoba mengingat apakah Jisung pernah memesan kopi hitam?

Seri menggeleng. "Jovi tuh masih bayi Ma, bikinin aja cokelat panas samain kayak aku." Ucap Seri.

Mama tersenyum menanggapi. "Mentang-mentang tuaan kamu 1 tahun daripada Jovi kamu bilang dia bayi, tinggian dia dari kamu." Ledek Mamanya.

Seri mendengus jika sudah membawa-bawa tinggi badan. Seri 160 cm dan itu tinggi rata-rata teman perempuan di kelasnya, memang dasarnya Jisung saja yang terlalu tinggi 20 cm dari Seri.

Seri membawa nampan berisi camilan sementara Mamanya membawa nampan minuman. Sayup-sayup terdengar gelak tawa dari para laki-laki beda generasi itu. Tawa mereka berhenti ketika Mama dan Seri menghampiri mereka.

"Seru banget ngobrolnya, nih diminum dulu. Jovi ngopi nggak? Tante takut kamu nggak suka kopi jadi Tante bikinin cokelat panas."

"Saya emang nggak terlalu suka kopi Tante, makasih."

Melihat kesopanan Jisung membuat Seri mencibir dalam diam, terus aja cari muka sama keluarga gue. Seri duduk di samping Jisung karena hanya di situ yang kosong, kerongkongannya mendadak kering berdekatan seperti ini dengan adik kelasnya itu.

Pluk

Tangan Jisung menepuk punggung tangan Seri lalu menggenggamnya dengan erat, saling mengisi kekosongan jari mereka. Seri menunduk menatap tautan tangan mereka, hati menghangat tanpa bisa dicegah. Ekor matanya melirik Jisung yang asik mengobrol dengan Jadden. Seri mengeratkan tautan tangan mereka, ah kenapa mendadak keju begini?

"Diem aja lo Dek biasanya juga nyerocos kayak bebek." Ledek Jadden.

Seri melayangkan tatapan tajamnya yang dibalas wajah konyol oleh Kakaknya.

"Papa masuk dulu ya, masih ada kerjaan dikit. Kalian bertiga ngobrol aja."

"Mama mau nemenin Papa kalian." Ucapnya sambil mengulum senyum.

Pasangan paruh baya tersebut masuk ke dalam rumah. Tinggal mereka bertiga yang diselimuti keheningan tiba-tiba. Jadden berdehem. "Itu tangan kalian, sumpah ya bocah banget lo berdua. Kasian dikit sama gue yang jomblo napa!"

Kalau Jadden tahu berarti Papa dan Mama juga tahu? Seketika Seri merutuki kebodohannya. "Biar tambah panas, nih Kak." Jisung melepas tautan tangan mereka dan merangkul bahu Seri sebagai gantinya. Seri menggoyangkan bahunya menepis rangkulan Jisung.

"Apasih Jov!"

"Bodo amat jomblo gak liat. Udah lo quality time berdua aja, gue mau mabar, yang penting jangan aneh-aneh."

Kini tinggalah Seri yang masih dirangkul Jisung, Seri berdiri tapi ditarik untuk duduk kembali oleh Jisung. "Kemana sih Kak?"

"Kemana aja asal nggak sama lo." Jawab Seri ketus.

"Tadi aja kalem sekarang ketus lagi, btw gue udah bilang belum kalo malem ini lo cantik pake banget?"

Wajah Seri memerah malu, tangannya terkepal meninju pelan bahu Jisung. "Gombal lo bayi." Ucapnya.

"Kalo gue bayi lo janin ya Kak? Soalnya lo lebih kecil dari gue." Jisung tertawa puas melihat wajah cemberut Seri.

"Mentang-mentang tinggian lo dari gue pake bawa-bawa tinggi badan!"

Jisung memeluk Seri dengan erat dari samping, dia gemas sendiri ketika Seri mulai ketus atau sinis kepadanya bukan malah kesal seperti lainnya.

"Kak gue sayang lo." Ungkap Jisung.

Seri diam tak membalas, Jisung mendekatkan wajahnya ke wajah Seri yang masih ada dipelukannya. "Bales kali Kak." Ujarnya sambil menggoyangkan tubuh Seri ke kanan dan kiri.

"Pusing Jov! Ogah banget sayang sama lo."

Jisung tertawa. "Bales atau gue cium? Pilih! Gue maksa!"

Seri mendengus kesal mendengar nada otoriter Jisung. Laki-laki kardus ini, rutuknya dalam hati. Tapi Seri tetap diam tak bergeming. "Pingin banget ya Kak gue cium?" Tanya Jisung menggoda yang dibalas gelengan oleh Seri.

Cup

Kecupan singkat di pipi Seri membuat sang empunya diam membeku, Jisung mencubit kedua pipi Seri dengan ibu jari dan telunjuknya. "Lo tuh jangan gemesin napa Kak! Gue jadi pingin khilaf terus ke elo kalo gini."

🐣🐣🐣

16 Juli 2020

Adek Kelas | Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang