E M P A T B E L A S

406 67 1
                                    

Seri duduk di kursi depan sambil mendengar Mama dan Bunda berbicara akrab. Tidak tahu membicarakan apa, Seri lelah, ingin makan. Untungnya sekarang mereka dalam perjalanan menuju restoran yang diusulkan oleh Bunda Jisung. Jisung mengendarai motornya sendiri, membututi mobil yang mereka tumpangi. Sesekali Seri melirik kaca spion dengan senyum tipis melihat Jisung di belakang sana berhadapan dengan debu, asap, dan panasnya matahari. Sementara dirinya duduk manis di samping sopir sambil menikmati dinginnya AC.

Tak lama kemudian mobil berbelok masuk ke halaman restoran. Mama dan Bunda masuk terlebih dahulu, Seri menunggu Jisung di dekat pintu masuk, senyumnya mengembang ketika melihat Jisung dengan rambut yang acak-acakan karena helm yang dipakainya. Tapi mau bagaimanapun juga rambut Jisung, bagi Seri tetap tampan. Eh?

"Kok nggak ikut masuk Kak?" Tanya Jisung yang berdiri di depannya. Seri tidak menjawab dan malah menarik tangan Jisung untuk masuk. Dari kejauhan Seri bisa melihat Mama dan Bunda yang duduk di dekat kasir padahal masih banyak tempat yang lebih bagus untuk menikmati interior restoran. Sudahlah, dia hanya tinggal makan dan tidak ikut membayar.

Sembari menunggu pesanan mereka datang, percakapan ringan mengalir begitu saja. Mulai dari menanyakan kegiatan sekolah Seri dan Jisung atau gosip para artis yang kedua Ibu itu ketahui sementara kedua remaja itu hanya diam dan mendengarkan.

"Oh iya Seri, kamu udah ada planning mau ngelanjutin di mana?" Tanya Bunda. Seri tersenyum dan mengangguk pasti. "Pastinya udah dong, Tante. Tinggal tunggu aku lulus SNMPTN atau enggak, kalau enggak ya berjuang SBMPTN." Jawab Seri lancar. Bunda Jisung tersenyum lebar mendengarnya. Hening sejenak menyelimuti mereka, hingga Mama berceletuk. "Jisung, kamu kan pacarnya Seri, yang saat ini menjadi kandidat untuk calon menantu Mama. Bisakan kamu panggilnya 'Mama' aja bukan 'Tante'?"

Jisung tersedak angin, Seri menepuk bahunya pelan. Remaja laki-laki itu mengulas senyum tipis dan menganggukkan kepala dengan malu. "Iya Ma." Mendengar itu Mama langsung bertepuk tangan heboh dengan senyum sumringah. "Eh kalau gitu Seri manggil 'Bunda' aja, adilkan ya?" Kata Bunda menatap Seri penuh harap. Jadilah Seri mengangguk pasrah karena tidak bisa melihat Bunda muram. Lagipula hanya mengubah panggilan saja.

Tak lama pesanan mereka datang, banyak hidangan yang dipesan sampai memenuhi meja. Seri hanya terbengong, bagaimana mereka bisa menghabiskan semua ini? Seri melirik Jisung yang juga menatapnya. "Lo yakin nggak bisa ngehabisin ini semua?" Tanya Seri pelan, Jisung menggeleng. Tapi tanpa banyak protes mereka makan dalam diam, habis atau tidak urusan belakang, mereka tidak ikut memesan.

"Makan yang banyak Sung, kamu suka inikan? Nambah lagi gih." Ujar Mama menyodorkan piring berisi tumis kangkung. Jisung tersenyum tipis dan menggeleng. "Udah kenyang Ma." Ujarnya tak enak. "Mama sama Bunda ngapain juga pesen banyak?" Tanya Seri pada akhirnya. "Pingin aja, soalnya tadi pada mau nyusul eh ternyata pada nggak bisa."

Seri mengernyitkan dahi heran. "Siapa yang mau nyusul?" Mama tersenyum lebar. "Kakak sama Ayahnya Jisung, Jadden sama Papa." Seri membuka mulutnya tak percaya, jadi makan siang ini sebenarnya pertemuan keluarga dadakan yang gagal?

"Nggak telatkan ya?" Suara berat dari belakang Seri membuat gadis itu menoleh, bibirnya menjadi terkatup rapat melihat 4 orang pria yang dia kenal berjalan bersama dan saling berbincang. Secepat ini keluarganya dan Jisung kenal?

"Tadi katanya nggak bisa?" Tanya Mama kepada Papa yang mengambil duduk di sampingnya. "Kan tadi." Jawab Papa dengan senyum.

Seri dan Jisung hanya saling melirik dan menatap sekitar mereka sambil sesekali menyuapkan makanan ke dalam mulut. "Eh Sung, kok lo nggak bilang kalo Jinhyuk kakak lo. Temen kuliah gue nih bocah." Ujar Jadden sambil merangkul akrab bahu Jinhyuk.

Ternyata dunia sesempit ini, kakak mereka sudah saling mengenal bahkan teman kuliah juga. Rasanya Seri ingin tertawa kencang. Ke empat pria beda usia itu mulai makan dengan makanan yang ada di meja, sementara Seri dan Jisung yang sudah selesai makan hanya diam sambil memainkan ponsel guna mencari kesibukan.

"Seri, kalau kamu mau tunangan sama Jisung, Papa ijinin."

Ucapan tiba-tiba itu membuat Seri yang meminum jusnya tersedak hingga mengeluarkan air mata di sudut. Matanya melotot terkejut menatap Papa yang tersenyum lebar. Apa-apaan itu? Seri saja jarang membicarakan Jisung ketika di rumah lalu kenapa Papanya mendadak seperti ini?

"Papa sehat?" Tanyanya ketika sudah tidak terbatuk lagi. Papa mengangguk senang, menepuk dadanya pelan. "Sehat dong, bugar gini. Ayah Jisung punya hobi sama kayak Papa, udah cocok jadi besan, klop." Ujar Papanya sambil menepuk akrab lengan Ayah Jisung yang baru ditemui Seri 2 kali ini. Kepala Seri mendadak pening, ada apa dengan keluarganya ini? Kenapa menjadi seperti ajang perjodohan antara dirinya dan Jisung? Tolong ingatkan dia jika bisa berpacaran dengan Jisung karena keisengan teman-teman laknatnya.

"Terserah Papa." Seri mendesah pasrah, punggungnya bersandar lemas di sandaran kursi. Sebuah telapak tangan besar dan hangat menggenggam tangannya di atas paha, meremasnya lembut serta mengusap punggung tangannya yang mengantarkan kenyamanan. Seri melirik Jisung yang menatapnya dengan senyum tipis, senyum itu begitu manis di mata Seri? Ada apa dengan matanya kali ini?

"Ekhem." Deheman keras itu membuat keduanya memutus kontak mata dan menatap ke sumber suara. Jadden, sang pelaku, tersenyum miring menggoda ke arah mereka. Tentu saja Kakak Seri itu tahu, posisinya tepat di samping Seri jadi dia melihat kemanisan dua anak remaja itu. Sebenarnya Jadden iri, dia merasa kalah dengan adiknya yang sudah bisa bermanis-manis ria dengan pacarnya sementara dia tidak ada. Tidak mungkinkan dia melakukan hal seperti itu kepada Jinhyuk yang duduk di sebelah kanannya? Dikira homo nanti, ew.

"Tolong tau tempat dikit, ini gue sebagai jomblo kurang belaian iri." Ujarnya dengan wajah pura-pura tersakiti. Seri mendesis dan menatap tajam Kakaknya, rasanya ingin menguliti laki-laki itu jika tidak ingat dengan hubungan darah mereka.

🐣🐣🐣

20 Desember 2020

Adek Kelas | Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang