D U A B E L A S

408 74 2
                                    

Dengan inisiatif yang sebenarnya sangat tidak ingin Seri lakukan, dia mengulurkan tangannya sambil tersenyum kecil demi kesopanan dan citra baik. "Seri, pacarnya Jovi." Ujar Seri dengan sengaja menekan kata 'pacar', barangkali gadis muda di depannya itu sedikit tuli. Nia menjabat uluran tangan itu, dia juga tersenyum, lebih tepatnya senyum meremehkan dengan bola mata yang memindai tubuh Seri dari atas sampai bawah yang membuat gadis itu risih. "Nia, temennya Jisung dari SD." Ujarnya sambil tersenyum pongah.

Seri kesal, sangat kesal. Rasanya dia ingin menyeret keluar Nia dari kamar Jisung lalu mendorongnya hingga menyentuh lantai agar bersujud di kakinya. Terlalu berlebihan memang tapi setidaknya kalimat itu mewakili rasa kesal Seri.

Seri buru-buru melepaskan jabatan tangan mereka, lalu mengusapkannya ke rok seragam yang dipakainya, takutnya virus atau kuman dari Nia menempel di tangannya, ah harusnya dia membawa hand sanitizer lalu melakukan pembersihan tangannya di depan Nia. Jisung yang polos tidak merasakan atmosfer ketegangan di antara kedua gadis di depannya. Dia malah tersenyum bangga karena memperkenalkan Seri kepada temannya.

"Nah karena pacar gue udah dateng dan katanya lo mau pulang juga, pulang aja gih!" Usir Jisung dengan nada bercanda yang sayangnya ditanggapi sinis oleh Nia. "Nggak jadi!"

Seri yang memperhatikan keduanya melirik sinis kepada Nia, tidak salah lagi dugaannya. Si Nia ini menyukai Jisung, ya walaupun sebenarnya tidak masalah karena menyukai seseorang adalah hak semua orang. Tapikan beda lagi kalau orang itu seperti ada niatan ingin merusak hubungan kita, tidak bisa dibiarkan, harus segera dicegah dan ditindaklanjuti.

Seri berdehem pelan, dia duduk di ranjang Jisung sambil menyilangkan kakinya. "Kok nggak jadi? Kan udah ada gue yang nemenin, jadi keberadaan lo nggak dibutuhin di sini." Ucapan telak dari Seri yang kalau sudah kesal tidak tanggung-tanggung dalam melupakannya. Lagipula tidak ada untungnya melupakannya setengah-setengah.

Wajah Nia memerah, antara malu dan marah. Akhirnya tanpa sepatah kata pun lagi dia pergi keluar dari kamar Jisung. Seri tersenyum bangga karena berhasil mengusir hama dalam hubungannya dengan Jisung. "Kak, kenapa senyum? Creepy banget." Celetuk Jisung yang membuat Seri menoleh kearahnya. Seri menghilangkan senyumnya, melirik semangkok bubur abalon yang sudah berkurang sedikit. Lalu menatap tajam Jisung yang menyengir kecil seakan tahu apa yang membuat Seri menatapnya seperti itu.

"Kok masih banyak? Lo-kan sakit Jov, masa makannya dikit. Dengerin ya, walaupun lo nggak napsu makan tapi lo harus tetep makan supaya tubuh lo nggak kekurangan nutrisi dan cepet sembuh." Ceramah Seri sambil mengambil mangkok itu, menyendok sedikit bubur lalu mengarahkannya ke depan mulut Jisung. "Aaa." Titah Seri seakan Jisung itu anak kecil, ya walaupun memang kenyataannya begitu.

Jisung dengan senyum lebar membuka mulutnya, kapan lagi disuapi oleh Seri yang lebih banyak tidak peduli kepadanya? Seri terus menyuapi Jisung hingga bubur abalon di mangkok sudah habis tak tersisa. Gadis itu menyodorkan segelas air dan beranjak dari ranjang karena ingin membawa peralatan makan kotor ke dapur untuk dicuci. Namun belum sempat melangkah tangannya sudah dicekal terlebih dahulu oleh Jisung. Seri menoleh, menunggu kalimat yang akan diucapkan oleh Jisung. "Makasih Kak, kalo gue sakit lagi suapin lagi ya." Seri memutar bola matanya lalu mengetuk pelan kening Jisung dengan sendok kotor. "Ogah banget gue ngurusin lo pas sakit lagi, gabut banget dih."

Jisung mencebik kesal. "Tega." Dan lagi-lagi Seri memutar bola matanya. "Lagian lo tuh sakit bukannya pingin sembuh malah pingin sakit lagi. Dahlah gue mau ke dapur bantu Bunda, minum obat tuh terus tidur. Abis bantu Bunda gue langsung pulang, jangan nyariin gue lo!" Ujar Seri panjang lebar lalu keluar kamar Jisung tanpa menunggu sahutan dari pacarnya.

Di dapur, Seri mencuci peralatan makan yang kotor. Terdengar suara gemericik air dari halaman belakang, dia tebak Bunda Jisung sedang menyiram tanaman di sana. Dengan cepat Seri menyelesaikan kegiatannya lalu menyusul Bunda Jisung.

"Tante." Sapanya yang membuat wanita paruh baya dengan wajah awet muda itu menoleh, mengulas senyum lembut nan tulus. "Gimana Jisung? Udah makan?" Tanya beliau yang diangguki oleh Seri. "Udah Tante, Seri suapin sampai habis malah." Jawabnya dengan senyum. Bunda Jisung hanya menggelengkan kepalanya, sifat manja Jisung memang tidak ada obatnya.

"Eh, kamu mau pulang?" Tanya Bunda Jisung lagi. "Iya Tante, udah sore soalnya. Takut dicariin Mama." Seri menyalimi tangan Bunda Jisung lalu melangkah keluar rumah itu. Sebelum pergi dia melirik jendela kamar Jisung yang tirainya terbuka penuh, laki-laki itu menatapnya, dengan senyuman juga lambaian tangan. Gerakan bibir samar-samar bisa ditangkap oleh mata Seri, Jisung mengatakan 'hati-hati'. Seri tersenyum sambil mengacungkan jempolnya lalu mengendarai motornya keluar pekarangan rumah.

Sepanjang perjalanan pulang bibirnya tak bisa berhenti mengulas senyum, tidak seperti saat berangkat sekolah tadi. Ini semua karena Jisung, senyum manis laki-laki itu terekam jelas di otaknya dan terputar terus menerus.

"Eh, eh, baru pulang udah senyum aja lo, Ser. Nyeremin suer."

Jadden merusak kesenangannya, Kakak gilanya ini jika ada yang mau mengadopsi laki-laki ini, Seri dengan ikhlas menyerahkannya. Seri mendengus kesal dan melengos pergi tanpa menanggapi ejekan Jadden. Yang ada nanti moodnya anjlok ke tengah bumi.

"Anak Mama baru pulang? Darimana kamu? Tumben jam segini pulangnya." Tanya Mama yang kebetulan berpapasan dengan Seri. "Jenguk Jisung." Jawaban singkat itu mendadak membuat Mamanya cemas. "Eh calon mantu Mama sakit apa? Kok kamu nggak bilang sih! Kan kita bisa pergi bareng, sekalian Mama mau kenalan sama Mamanya Jisung biar akrab gitu." Cerocos Mamanya panjang.

Seri mengulas senyum kaku. "Lain kali ke sana bareng Ma, terus shopping bareng deh." Mama tersenyum senang, mengecup kedua pipi Seri lalu mengusap rambutnya. "Peka banget anak Mama, tumben banget sih. Udah sana bersih-bersih dulu habis itu makan." Seri hanya mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya.

Setibanya di kamar, seperti biasa dia melempar tasnya yang berisi peralatan tulis. Lalu merebahkan tubuhnya di kasur empuk miliknya. "Pengen tidur tapi udah mau maghrib." Gumamnya lesu.

🐣🐣🐣

01 Desember 2020

Note : Idk aku nulis apa, but aku nikmatin tulisan yang aku buat. Aku harap kalian juga 😉

Adek Kelas | Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang