Jisung merebahkan kepalanya di meja, menatap Seri yang fokus mengerjakan buku tebal berisi soal-soal latihan ujian. Mungkin sudah 1 jam-an mereka berdua duduk di perpustakaan, lebih tepatnya Jisung yang menemani Seri belajar di sini. Dia tidak tahu jika akan semembosankan ini menemani Seri yang serius belajar, ada niat ingin menganggu sebenarnya tapi Kakak kelasnya itu sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional jadi Jisung mengurungkan niatnya.
Ngomong-ngomong tentang Ujian Nasional mendadak mood Jisung menjadi buruk, lagi-lagi dia diingatkan jika tidak bisa lebih lama bersama dengan Seri. Gadis itu belum juga memberi kepastian, rasanya hubungan keduanya itu tidak jelas dan menggantung atau Jisung saja yang merasa seperti itu? Mengingat Seri yang kelihatan tidak peduli sama sekali.
"Jov, lo mau di sini terus? Nggak pingin ke kantin?"
Jisung tersadar dari lamunannya, Seri sudah menutup bukunya. "Kakak mau ngantin? Ayo kalau gitu."
Jisung berdiri diikuti Seri yang membawa buku di dekapannya, sejujurnya dia muak dengan isi buku itu tapi demi nilai Ujian Nasional yang bagus dan akibat dari tidak lolos ujian SNMPTN jadilah dia harus belajar untuk SBMPTN.
Kantin ramai karena para guru sedang rapat yang membuat jam kosong di semua kelas. Bahkan tidak ada satu bangku yang kosong saking penuhnya. Jisung berjalan di belakang Seri yang menatapi jajanan tanpa niat ingin berhenti untuk membeli. Barulah di toko ujung kantin Seri berhenti dan membeli beberapa jajanan, Jisung membeli 2 buah permen dan sekotak susu stoberi, jangan ditertawakan karena Jisung nanti marah.
"Sekarang kemana Kak?"
"Tempat yang damai selain di perpus di mana Jov? Taman sepi nggak ya?"
Jisung mengedikkan bahunya tapi dia menarik Seri agar mengikutinya ke arah taman. Taman ramai, tapi tidak seramai di kelas yang memutar lagu dengan sound system. Keduanya duduk di kursi yang berada di bawah pohon rindang, ada meja dari keramik juga di sana.
"Kak, lo mau kuliah dimana?"
Seri menoleh mendongak menatap Jisung. "Pinginnya di luar kota, sekalian mau belajar mandiri."
Seri menangkap raut sedih dari wajah Jisung, ada rasa tak tega di hatinya walau sedikit. Dia agaknya harus berterima kasih kepada Jisung karena sudah mewarnai hidup SMA yang sebelumnya hitam putih saja atau monoton.
"Entar kalo ada waktu gue main ke kos lo biar nggak kangen. Inget Kak hubungan ini tetep jalan, gue maksa!"
Seri menghembuskan napasnya dan mengangguk. Apa lagi yang bisa dia lakukan selain menuruti ucapan yang seperti paksaan itu? Jisung tersenyum, tangannya menggenggam tangan Seri yang menganggur dan mengelusnya pelan.
"Tolong kalo pacaran jangan uwu banget kaya gini, gue yang single jadi iri." Celetuk seseorang dari belakang.
Seri yang hapal suara itu hanya memutar bola matanya malas sementara Jisung menoleh dan tersenyum tipis. "Hey Kak, tumben sendirian?" Sapa Jisung ramah.
Orang itu Clara, teman sebangku Seri. Gadis itu duduk di kursi keramik di seberang keduanya. "Di kelas berisik banget, gue males ikut-ikutan jadi ke sini. Nggak taunya malah ketemu lo berdua lagi mojok."
Seri melirik sinis Clara. "Udah tau lagi mojok malah disamperin, ganggu ae lo." Dumelnya. Clara hanya cengengesan tanpa membalas ucapan Seri. Jisung tertawa kecil sambil menepuk pelan punggung tangan Seri.
"Berarti lo seneng kalo kita berdua aja Kak?" Tanya Jisung.
Seri tersedak biskuitnya mendengar pertanyaan Jisung segera dia meminum airnya dan menatap tajam pacar jangkungnya itu. "Nggak ya, sotoy lo bocil."
"Ututu kalian ini ya bikin gue gemes. Sung, napa masih manggil Seri Kakak sih? Ya gue tau tuaan dia daripada elo tapi aneh tau nggak?"
"Biar beda dari yang lain Kak, lagian mana mau Kak Seri gue panggil nama doang?"
"Tau darimana lo gue nggak mau di panggil nama doang sama lo?" Tanya Seri.
Jisung mengangkat sebelah alisnya. "Tapi emang gitu kan, Seri?" Kata Jisung menggoda. Seri mendengus kesal, ucapan Jisung benar tentang dia yang tidak mau hanya dipanggil nama oleh adik kelasnya itu.
Jisung dan Clara tertawa melihat raut wajah Seri yang tidak mengenakkan, mengerjai Seri dan menggodanya itu seperti kesenangan tersendiri bagi mereka. Wajah Seri memang terlalu hujatable, jadi setiap hari rasanya ingin mengerjai gadis itu terus.
"Puas-puasin aja ketawanya, sono jauh-jauh kita nggak temenan." Rajuknya lalu duduk di ujung kursi dan melanjutkan belajarnya.
Jisung mengusap ujung matanya yang mengeluarkan air mata, dia menarik tangan Seri untuk mendekat ke arahnya lalu merangkul bahu gadis itu sambil mencubit pipinya. Seri berteriak dan berusaha melepaskan diri dari rangkulan sang pacar, Jisung dan kejahilannya adalah hal yang Seri tidak suka.
"Jov lepas! Ngapa sih rangkul-rangkul, gue masih sebel ya sama lo."
Clara yang melihat pertengkaran keduanya hanya tertawa sambil memegangi perutnya, sungguh adegan yang sangat menghibur dirinya yang suntuk karena tidak tahu harus melakukan apa.
"Jangan ngambek Kak, kayak cewek aja." Ledek Jisung yang di balas cubitan di pinggang dari Seri.
Jisung menggeliat menjauh masih dengan senyumnya, dia melepaskan rangkulannya pada bahu Seri dan menatap gadis yang sedang merapikan rambutnya. Seri masih menatap tajam Jisung dengan bibir menekuk ke bawah, laki-laki itu jadi gemas dengan pacarnya itu.
"Ngakak gue ya ampun, kalian berdua tuh emang cocok banget, apalagi kalo gelut kayak tadi." Kata Clara sambil tertawa dan bertepuk tangan.
🐣🐣🐣
5 Agustus 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek Kelas | Jisung ✔
Fanfiction[Tamat] Akibat kebodohan Seri yang mau saja disuruh temannya untuk menembak laki-laki pertama yang lewat didepannya membuat dunia monoton gadis SMA itu berubah. Pada tahun terakhir Seri memakai seragam putih abu-abu, pemikiran tentang 3 tahun masa S...