D U A

885 114 1
                                    

Seri menjerit kesal di atas bantal, seragamnya sudah diganti dengan pakaian ala rumahan yaitu celana pendek dan kaos lengan pendek. Gadis itu menelungkupkan wajahnya di bantal setelah melihat ramainya notifikasi dari sosmed miliknya. Kebanyakan berisi komentar yang men-tag dirinya disebuah postingan, lebih tepatnya postingan video kejadian yang sangat ingin Seri hapuskan dari ingatan semua orang.

"Aaaa sebel! Jovi goblok, tolol, nyebelin!"

Dan akhirnya nama pacarnya dibawa-bawa untuk diberikan berbagai umpatan yang terlintas di otaknya. By the way perdebatan alot saat makan di kantin tadi dimenangkan oleh Seri, lebih tepatnya Jisung yang mengalah karena lelah dan ya Seri memanggil Jisung dengan nama tengah laki-laki itu, Jovi.

Tadi mereka juga bertukar nomor ponsel akibat paksaan Jisung yang menginginkan kontak Seri di ponselnya. Mau tak mau Seri memberikannya karena tatapan menjijikkan *dibaca imut* yang ditunjukkan oleh Jisung kepadanya.

"Seri makan!" Teriak Mama Seri dari luar kamar.

"Iya-iya bentar Ma!"

Seri duduk di atas kasur sambil merapikan rambutnya yang acak-acakan, berjalan dengan gontai menuju ruang makan dan begitu tiba langsung menempelkan kepalanya dimeja makan. Sang Mama yang mendapati sikap aneh Seri memutuskan untuk mengambilkan makanan untuk putrinya, mengelus rambut Seri perlahan.

"Makan dulu, kalo nanti kamu mau cerita Mama dengerin." Ucap Mamanya lembut.

Seri menatap Mamanya. "Nggak cerita deh Ma, masalah remaja biasa." Ungkapnya.

Mama Seri tersenyum keibuan. "Tapi wajah kamu redup gitu sayang."

Seri menggeleng keras, dia benar-benar tidak ada keinginan untuk menceritakan tentang kejadian memalukan tadi, cukup disekolah saja dia tidak punya muka, di rumah jangan. Mungkin besok Seri ke sekolah menggunakan masker agar tidak terlalu malu pada dirinya sendiri.

"Ya udah dimakan gih, Mama mau nyiram tanaman."

Seri mengangguk, dia menyuapkan sesendok nasi dengan lauk ke dalam mulutnya. Mengunyahnya dengan perlahan sambil memikirkan banyak hal, begitu terus hingga isi piringnya kosong tak tersisa.

Drrt drrrt

Ponsel Seri bergetar, layarnya menampilkan nama 'Jovi adkel', dengan ogah-ogahan dia mengangkat telepon itu, memencet tombol loud speaker agar terdengar jelas.

"KAK!"

Seri mengusap dada kirinya yang terkejut karen teriakan Jisung yang membahana itu. "Kalem Dek kalem."

"Maaf, elo sih di chat nggak bales."

"Gue lagi makan, ganggu ae lo bocil."

"Tinggian gue dari lo ya, lo tuh Kak, bocil. Sepundak guekan tinggi lo, hahaha."

Rasanya Seri ingin menutup mulut Jisung dengan sandal rumahan yang dipakainya. "Diem ya congor lo, nyebelin banget nelpon cuma buat ngeledek. Gue matiin nih."

"Jangan dong Kak! Gue mau ngomong sama lo."

"Apa? Buruan."

"Besok bareng gue ya berangkat sekolah!"

Itu bukan penawaran atau semacamnya tapi perintah karena Jisung menekankan setiap kata, Seri mendelik kesal kepada ponselnya seakan-akan itu Jisung yang bisa diintimidasi dengan tatapan tajamnya.

"Ogah, berangkat sendiri aja sono! Niat banget lo jadi pacar gue pake berangkat bareng segala."

"Ya kan kita emang pacaran Kak, udah pokoknya besok gue jemput jam setengah 7. Bye!"

Tut

Panggilan dimatikan oleh Jisung sebelum Seri sempat melontarkan penolakannya, rasanya ingin membanting ponselnya itu tapi teringat jika ponsel itu mahal jadinya tidak. Seri menyandarkan punggungnya disandaran kursi, menutup matanya berusaha meredakan emosinya yang meledak-ledak.

"Wih dah punya pacar ae lo Dek. Kapan PDKT-nya? Kok nggak ada cerita ke gue?"

Seri terkejut mendengar suara Kakaknya tepat di samping telinga, matanya melotot menatap horor sang Kakak yang sepertinya baru pulang kuliah.

"Heh apaan? Kagak gue nggak pacaran ya!"

Jadden mencibir ucapan adiknya, tangannya terjulur untuk mencubit gemas pipi berisi Seri. Lalu berteriak dengan lantang sehingga terdengar di seluruh penjuru rumah. "MAMA ADEK PUNYA PACAR!"

Seri membekap mulut sang Kakak tapi usahanya sia-sia karena Mamanya sudah terlebih dahulu menghampiri mereka dengan tergopoh-gopoh, begitu pula dengan Papa yang baru saja pulang bekerja.

"Beneran Dek? Jadi kamu galau gitu gara-gara pacar kamu?" Cerca sang Mama.

Papa mengusak rambut Seri. "Serinya Papa udah gede ya, udah punya pacar."

"Gue kira jadi perawan tua lo Dek."

Plak. Satu tamparan di lengan Jadden sukses membuat laki-laki jangkung itu mengaduh, dia meringis ketika melihat Mama yang melotot kejam. "Sorry." Cicitnya pelan.

"Ih dibilangin nggak punya pacar! Kakak ngada-ngada tuh!"

"Eh eh gue denger ya tadi lo telponan sama cowok, gini kata cowoknya 'ya kan kita emang pacaran Kak'. Eh kok Kak? Lo pacaran sama adek kelas? Buahahaha."

Jadden tertawa keras sambil berjongkok memegangi perutnya, Mama dan Papa ikut tertawa karena terular tawa Jadden yang membahana. Seri mengerucutkan bibirnya sebal, dia menatap nyalang Kakaknya sambil mengumpatinya dalam hati.

"Nyebelin! Seri pundung sama kalian!" Rajuknya dengan tangan bersedekap dada.

Jadden yang selesai tertawa menguyel-nguyel pipi Seri. "Ututu, adeknya Kakak ngambek ya? Minta apa? Es krim?"

Karena kesal Seri menendang tulang kering Jadden, refleks sebenarnya tapi dia puas melihat wajah kesakitan Kakaknya. "Sakit Kak? Rasain, wle."

Papa dan Mama hanya menggeleng sambil tersenyum melihat pertengkaran keduanya. "Udah jangan ribut, mandi sana! Udah sore juga. Papa juga nih, bukannya ganti baju malah ke meja makan."

"Mama juga itu sandal kotor masuk rumah." Ledek Papa sambil menunjuk dengan dagu jejak sandal Mama yang mengotori lantai rumah.

"Ngeles aja, bubar-bubar. Kamu Seri, nanti malem harus cerita sama Mama!"

Seri hanya mengangguk pasrah, berjalan gontai menuju kamarnya. Bukannya masuk ke kamar mandi justru merebahkan tubuhnya di kasur dan tertidur lelap.

🐣🐣🐣

1 Juni 2020

Adek Kelas | Jisung ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang