16 • confession

403 55 24
                                    

Malam itu dingin sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu dingin sekali.

Jeongin sudah terbiasa dengan dinginnya angin malam. Sejak kecil, pakaiannya selalu yang sama saja; sebuah kain putih tipis mirip dress yang menyampai lututnya. Karena itu, sudah terbiasa angin bertemu dengan kulit mulusnya, jadi seharusnya ia tahan angin ini.

Tapi ini... ini tak biasa untuknya.

Untuk pertama kalinya, Jeongin berasa seperti peri bayi lagi. Seakan ia berada dalam tangan ibunya, dipeluk olehnya dalam kedinginan malam hari karena dulu ia sangat rentan menghadapi suhu yang rendah.

Tapi bedanya dengan sekarang, ibunya tak disini. Tak ada yang memeluknya. Hyunjin yang biasanya pada sisinya pun tak dengannya.

"Pasti dengan pacarnya..." ia bergumam.

Hyunjin, memikirkannya pun sakit.

Tak pernah Jeongin berkontak dengan seorang manusia pun kecuali para pekerja pemerintah yang datang untuk ibu dan ayahnya ketika mereka balik ke dewi hutan untuk mengambil tubuh mereka. Bahkan tentang ayah dan ibunya Jeongin juga tak tahu jika mereka dikubur atau tidak.

Banyak yang Jeongin tak tahu tentang dunia ini. Hanya Felix yang pernah mengajarnya dulu tentang manusia, untuk berjaga-jaga di sekitar mereka karena banyak manusia yang jahat, yang akan mau menyakitinya jika mereka melihat sayapnya. 'Kita bukan seperti mereka, Je.' Ia pernah berkata. 'Sayap kita berbuat kita berbeda, manusia jahat akan mau mengambil sayapmu itu.'

Karena itu dari dulu ia tak pernah berkata apapun pada manusia yang ia lihat. Namun, suatu hari ia jatuh karena sayapnya dan kebetulan Hyunjin melihatnya, sehingga ia tak dapat lari.

Hyunjin yang baik hati, yang membelikannya box berisi ceri dan mengambil fotonya secara tersembunyi. Hyunjin yang mengambil ciuman pertamanya. Hyunjin yang selalu menenangkannya jika ia menangis. Hyunjin yang berjanji untuk tidak meninggalkannya. Hyunjin yang ia sukai.

Hyunjin yang tak akan pernah ia dapat panggil sebagai miliknya.

Air mata jatuh lagi, membasahi pipi tak bernodanya.

Sekali lagi saja. Jeongin ingin mendengar Hyunjin memanggilnya manis sekali lagi.

"Manis! Manisku, astaga-"

Jeongin tahu ini imaginasinya. Tak mungkin ia akan ditipu oleh keinginannya lagi. Hyunjin tak ada di dekatnya.

"Manis? Hey, ya ampun, mengapa kau menangis?"

Tapi tangan pada pipinya, yang mengusap kulitnha dengan pelan dan menyeka air matanya dengan kaus. Itu merasa terlalu nyata untuk sebuah imajinasi.

"Manis, buka matamu. Aku disini."

Tidak. Ini sebuah tipuan daya. Ilusi. Hyunjin tak disini- ia tak harusnya disini. Jeongin tak boleh melihatnya, ia tak mau-

"Manis? Manisku, buka matamu. Ini bukan mimpi. Aku disini."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 09, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

fairy • hyunin / hyunjeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang