1 0

73 37 24
                                    

Ica mengangguk saat melihat jawaban Leon, ia menunduk menatap sepatunya sambil melamun.

Hal itu membuatnya kembali mengingat masa lalu yang cukup pahit bila harus diulas kembali.

Ica mendongakkan kepalanya menatap hamparan rumput didepannya dengan tersenyum nanar,

"Hari itu, keluarga gue berantakan, cukup buat mama gue terpukul pas denger kalo papa gue kena kasus di perusahaannya..."

Leon memusatkan pikiran dan matanya kepada Ica, ia melihat raut kesedihan yang amat kentara pada wajah gadis itu.

"Gue yang gatau apa permasalahan mereka malah kena imbas dari kesalahan papa, sampai akhirnya gue dicaci temen temen gue, dituduh nyuri uang kas kelas lah, dibilang anak koruptor lah, dibilang anak gatau diri lah..."

Ica menjeda ucapannya dan mendongak untuk menahan air matanya yang hampir lolos. Ia lantas tersenyum kecut menahan amarah yang sejak tadi membara dalam dirinya.

"Dan akhirnya kakak gue nyuruh gue buat pindah ke sekolahnya." jelas Ica.

Kini ia menatap Leon yang menghela napas pelan.

"Hidup bukan cuma kesenangan doang Ca, setiap masalah itu pasti hadir disetiap orang orang yang lemah maupun kuat." jelas Leon.

Leon menatap mata Ica lalu menyampirkan rambut Ica yang berantakan ke belakang telinganya.

Ica menatap lekat mata Leon dengan senyum hangatnya Leon yang ditatap seperti itu serasa jantungnya akan melarikan diri.

Posisi mereka sangat dekat membuat jantung Leon semakin tidak karuan.

Tanpa Leon sangka, Ica malah menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu. Dirinya mencari posisi ternyaman dalam bahu lelaki itu. Hingga akhirnya air gerimis membasahi dua insan di bawah pohon itu.

Ica kalang kabut dibuatnya, ia beranjak untuk meneduh bersama dengan Leon di depan kelas sepuluh.

Leon merengkuh pinggang Ica mendekat agar dinginnya hujan tidak membuatnya menggigil.

"Ayo pulang." ajak Ica samar samar.

"Gue ga punya rumah buat pulang." jawab Leon.

Ica menganggukkan kepalanya lalu menarik tangan Leon untuk ke area taman tadi.

"Ayo hujan hujan, gue ga pernah main air." ajak Ica.

"Nggak, ntar lo nya sakit." balas Leon.

Ica tidak peduli, ia berlari di tengah derasnya hujan dan berputar putar di taman dengan membuka mulutnya, berharap agar air hujan itu juga membasahi tenggorokan nya.

Leon menghampiri Ica yang terlihat seperti anak kecil yang baru bermain hujan. Ia menarik tangan Ica untuk meneduh, namun Ica memberontak dan malah berlarian ke lapangan.

Leon tidak mengejarnya, ia berjalan pelan ke lapangan dengan seragam yang basah kuyup dan bersandar di tiang ring basket. Menatap Ica yang berjongkok menepak nepak kubangan air.

Sekitar sepuluh menit, akhirnya Ica kembali ke tempat mereka berteduh tadi. Ia memajukan bibirnya sebal, ia suka hujan. Tapi mama nya selalu melarangnya bermain hujan sejak kecil.

Menendang kerikil di sekitar kakinya lalu berkata, "Ayo pulang."

"Udah capek?" tanya Leon menahan tawa.

Ica menganggukkan kepalanya, lalu menggandeng tangan Leon menuju kelasnya.

Sekolah sekarang sudah sepi karena bel pulang sudah berbunyi sekitar dua puluh menit yang lalu. Sebelum Ica kesini, ia bilang pada teman temannya untuk tidak perlu mencarinya, dia akan pulang nanti bersama jordy. Alhasil teman temannya meninggalkan Ica dengan tenang.

Sebenarnya tujuan Ica hanya ingin menghabiskan jam kosong untuk bermain basket. Namun tidak jadi karena ia menemukan Leon yang rebahan.

Ica cukup pintar dalam memainkan bola besar itu. Dirinya hanya tidak mau hal itu diketahui siapapun, olahraga yang diajarkan ayahnya itu selalu Ica asah dengan maksimal.

Ica mengambil tas nya dan berjalan kearah kelas Leon.

Setelah mengambil kunci motor dan tas dari kelasnya, Leon menggandeng tangan Ica menuju parkiran siswa dan mengantar Ica untuk pulang.

Dilihatnya, Ica menggigil hingga giginya bergemelutuk dan rambutnya yang basah. Bisa dipastikan gadis itu sangat kedingingan.

Tangan Leon meraih pergelangan Ica dan melingkarkan di pinggangnya bermaksud agar gadis itu memeluk punggung Leon.

Ica mengeratkkan tangannya dan menjatuhkan kepalanya di punggung lelaki itu, dia sangat kedinginan kali ini.

Tanpa Ica sadari Leon mengelus punggung tangan Ica yang melingkar di depan perutnya sambil mengulas senyum tipis.

__________

Langsung scroll, jejaknya tinggalin. Biar kalo ilang gampang dicari.

"Ngapa gue gapernah?"
-anon

24 Februari 2020
(typed)

ScusateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang