1 5

31 15 14
                                    

Saat ini Leon sudah berdiri tepat didepan pagar pembatas rumah gadis tersebut. Menekan bel, lalu keluarlah gadis cantik dengan setelan jogging nya. Mengenakan kaos polos dengan celana training bertuliskan brand sport ternama, berbalut sepatu dengan brand yang sama juga. Karena merasa gerah Ica langsung mengikat rambutnya dengan cepat.

Mereka berjalan keluar komplek, lalu mulai berlari di taman depan komplek yang terbilang cukup luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berjalan keluar komplek, lalu mulai berlari di taman depan komplek yang terbilang cukup luas.

Mengitari taman dan melihat lihat banyaknya stand makanan yang menjual beraneka makanan juga minuman.

Jogging pagi ini ditemani dengan matahari yang mulai sedikit menampakkan kilau nya. Sudah beberapa putaran mereka lewati dengan candaan candaan ringan yang terlontar dari Leon, membuat Ica lelah karena tertawa.

"Lo sering jogging juga?" tanya Ica di sela sela kegiatan mereka.

"Sering, tapi sekitaran gbk aja." jawab Leon.

"Gue capek, berenti dulu." ucapnya menekuk badan dan tangannya bertumpu dengan lutut.

Ica terduduk di aspal dengan mengibaskan tangannya. Suasana disini sangat ramai, banyak anak kecil berlarian membawa kembang gula dan bermain dengan keluarganya.

"Bantuin." Ica mengulurkan tangannya lantas Leon menariknya lembut. Dia sangat lelah, namun belum cukup dengan target putaran yang diajukan oleh Leon tadi.

"Kalo udah capek, lo tunggu sini aja biar gue yang muter." ucap Leon.

Ica menganggukkan kepalanya dua kali, lalu Leon bergegas melesat menempuh target putaran yang ditentukannya.

Tak pikir panjang, Ica melangkahkan kakinya menuju penjual es kelapa disampingnya. Ia membeli dua, untuk dirinya dan untuk Leon.

Setelahnya, Ica melangkah santai untuk memilih sarapan pagi ini bersama Leon. Hingga menemukan penjual bubur kacang hijau yang sangat ramai oleh pembeli.

Ia mengantri sebentar dan melihat Leon yang terus melangkahkan kakinya yang lewat disebelahnya.

Ica mengangkat kepalan tangan kanannya dengan berucap 'semangat' tanpa suara. Leon tersenyum dan melanjutkan langkahnya.

Senyuman itu ternyata sangat berdampak bagi jantung Ica. Berdebar kencang seperti ribuan kupu kupu mulai meledak ledak di perutnya.

Kembali memesan bubur lalu membawa mangkok nya dibawah pohon besar yang sangat sejuk dengan merentangkan tikar yang ia pesan dadi penjual bubur tersebut.

Duapuluh menit berlalu, Leon sudah terlihat dari arah selatan berlarian kecil menuju arah Ica.

Ica bangkit dari duduknya dan mendapat serangan batin dari Leon. Leon memeluknya, meletakkan dagunya di bahu Ica sembari menetralkan nafasnya.

Lelaki itu nampak sangat kelelahan dengan rambut yang basah juga bulir bulir keringat yang menetes di pelipisnya.

"Duduk dulu, ini gue pesenin bubur sama es kelapa." titah Ica.

Leon menyelonjorkan kakinya di tikar tipis tersebut dan menyisir rambut dengan jarinya.

Sudah, Ica tidak kuat. Lelaki disampingnya ini sangat tampan hingga beberapa orang yang melewatinya rela menghentikan langkahnya sebentar.

"Nih es kelapa." Ica menyodorkan es kelapa yang terlihat meronta ronta untuk segera diminum. Dengan bulir bulir air es yang mengalir di wadahnya.

Leon menolehkan kepalanya sebentar lalu mengambil gelang hitam di tangannya untuk mengikat rambutnya. Ia mengikat rambut belakangnya hingga memamerkan jidat putih mulus nya yang sangat mudah untuk memikat perempuan disekitarnya.

Ica memalingkan wajahnya, tidak sanggup. Kenapa makhluk satu ini seperti tidak memiliki kekurangan?

Es kelapa tersebut sudah berpindah ke tangan Leon, meneguk habis hingga tak bersisa.

Sebentar dia merebahkan tubuhnya menikmati udara yang berhembus pelan melewati mereka.

Leon memindahkan kepalanya diatas paha Ica yang juga berselonjor. Memejamkan matanya dan menetralkan deru nafasnya.

Ica tersenyum kecil melihat Leon yang sedang merileks kan tubuhnya. Tangannya terulur menyentuh rambut atas Leon yang tebal dan ikal.

Berpindah mengelus alis mata Leon yang cukup tebal, "Alis lo bagus, tebel lagi." puji Ica.

"Ikut gen papa." jawab Leon dibawahnya yang masih menutup matanya.

Dalam posisi ini membuat Leon sangat rileks, hingga hampir menjelajahi alam mimpi. Ia kembali bangun dan memakan bubur yang sudah lumayan dingin.

"Papa gue juga punya alis tebel, tapi alis gue ga tebel." ucap Ica.

"Mama lo alis nya ga tebel kali." jawab Leon.

"Cara nebelin alis gimana deh, pengen punya alis tebel." ucap Ica cemberut.

Sangat menggemaskan, hingga ingin Leon bungkus.

"Gausah, gitu aja udah cantik." puji Leon.

Ica yang salting lantas menepuk bahu Leon dengan tawa ringannya. Tawa itu sangat indah dimata Leon, mata yang menipis juga lesung yang tidak tampak sekarang nampak jelas di pipi kanannya.

"Jangan ketawa atuh." ucap Leon sedikit dengan nada frustasi.

Kira kira Leon akan begini bila tidak ada Ica,

"Eh, kenapa?" Ica menghentikan tawanya sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eh, kenapa?" Ica menghentikan tawanya sebentar.

"Jangan ketawa gitu, ntar gue makin suka." jawabnya.

__________

Langsung scroll, jejaknya tinggalin. Biar kalo ilang gampang dicari.

"Iri? sama bos."

-Regar

7 Maret 2020
(typed)

ScusateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang