Chapter 8

271 70 9
                                    

Évasion | Written by eosfos x xcharmel

Saling berpandang dengan bintang dan bertaut dengan angin malam, mendengar siaran langsung dari kobaran api unggun, hingga terhanyut dalam peraduan. Begitulah mungkin rasa indah dari jatuh cinta yang bahkan entah akan datang disengaja maupun tidak disengaja oleh tuntunan semesta.

Menelisik sepi dengan desir hati yang kobarannya kian nyata bagai api di depan mata, peraduan itu ternyata sama derasnya dengan sungai yang menghanyutkan pakaian Dietrich beberapa waktu lalu. Sedikit menyesakkan namun juga lega, sebab ia tetap tak merasa kehilangan yang lebih penting dari lembaran kain yang terjahit itu.

"Dietrich," ucap Felix dengan semburat merah pada kedua pipinya yang ia sembunyikan dengan cara menundukkan kepala di kala sang lawan bicara menatap ke arahnya.

"Terima kasih," lanjut lelaki manis itu sebelum mereka terlelap di bawah langit kelam yang kian lama berubah kembali menjadi pagi benderang.

Mimpi yang panjang telah bergulir menjadi naskah menampar bertajuk realita, dan entah kemana perginya Dietrich sudah hilang dari peluk Felix tergantikan oleh dingin nan tercipta oleh tarian dedaunan bertabur embun pagi. Cukup terjaga ia melangkah untuk membasuh wajahnya dengan air lalu bersiap untuk kembali menekuni pekerjaannya, bila saja ia tak menangkap keberadaan Dietrich yang tak tahu sejak kapan menggantikan posisinya untuk berkebun di ladang tuannya.

Felix memandangnya. Ksatria Aldebaran yang sempat ia benci habis-habisan itu kini malah menolongnya dengan sepenuh hati, bahkan turut serta menempati kekosongan dalam diri Felix yang telah sekian lama tak disambangi. Namun di sela waktu lelaki itu sibuk memandangi Dietrich, ia baru ingat bila gaji yang Tuan Leonard beri padanya sudah menipis mengingat Felix yang baru beberapa hari lalu memasok persediaan roti untuk ia santap bersama Dietrich, sementara itu ia juga masih memerlukan beberapa keping lagi untuk dua baju Dietrich, satu buah sabun yang tadinya terbawa arus, dan dua loyang roti barley, yang mana membutuhkan enam keping koin dalam satu hari sementara gajinya hanyalah satu keping per harinya.

"Syukur kepada Allah. Kau masih ada di sini, Dietrich."

Dietrich menghentikan pekerjaannya dan berbalik ke arah pemuda manis itu, "Memangnya kau mengira aku pergi ke mana?"

"E-entahlah. Tidak menutup kemungkinan jika kau kembali ke Aldebaran, kan?"

Dietrich hanya tersenyum menanggapi kekhawatiran Felix yang begitu manis baginya, sedikit mengalihkan pandang ia kembali mengerjakan apa yang baru saja ditinggal sementara di ladang.

"Ada yang ingin kau sampaikan, manis?"

Felix menjawab dengan pipi yang memerah, "Dietrich ... upah yang kuterima sepertinya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kita berdua. Terlebih, untuk menggantikan pakaianmu yang terbawa arus karena kecerobohanku."

"Begitukah? Jangan terlalu sering menyalahkan dirimu, Felix," sang ksatria kemudian melirik seekor makhluk hidup yang masih tertambat di pohon oak, tak lain adalah rusa hasil perburuannya kemarin. "Bagaimana jika kita menukar sahabatmu itu di pasar?"

Felix mengerjapkan matanya, sedikit belum paham dengan apa yang dimaksud oleh Dietrich.

"Sahabatku, a-apa maksudmu adalah Estevan?"

"Tentu saja bukan! Yang kumaksud adalah rusa itu," ucap Dietrich seraya menahan tawa yang sebentar lagi akan lolos dari bibirnya.

"Ah rusa itu, maaf aku tidak mengerti apa maksudmu tadi."

— [♡] ; À suivre. 

Évasion | ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang