Chapter 3

362 90 2
                                    

Évasion | Written by eosfos x xcharmel

Rasa pening kembali menjalari kepala Dietrich. Memori sewaktu dirinya dikeroyok dan 'dibuang' oleh sekumpulan pengembara asing―mungkin lebih tepatnya penjahat―tempo hari sukses menyulut amarahnya pagi-pagi. Sumpah serapah dan keluhan ia lontarkan melalui alam bawah sadarnya semalam suntuk. Kecewa sebab tak mampu berbuat apa-apa, terlebih membela diri. Seolah jam terbang dan kecakapan Dietrich sebagai seorang ksatria selama ini tidak ada artinya.

Kicau burung terdengar samar dengan suara antara gelas dan mangkuk kayu yang saling bersinggungan kala seseorang memasuki kamar yang Dietrich tempati sejak dua malam yang lalu.

"Selamat pagi Tuan Ksatria, maaf aku hanya membawa sedikit makanan yang bahkan tak layak untukmu," ujar lelaki manis yang berdiri di sisi kanan ranjang.

"Selamat pagi. Terima kasih sudah membawakan sarapan ini dan juga menyelamatkanku hari lalu."

"Tentu," jawab lelaki manis itu dengan senyuman tipis yang sedikitnya menggetarkan hati sang ksatria, "Aku akan pergi, nikmatilah makananmu."

"Kumohon, tunggu sebentar!"

Suara Dietrich berhasil mencegah tangan sang lelaki untuk menyentuh kenop pintu yang terbuat dari kayu itu.

"Ya?"

"Bisakah kau memberitahukan aku ... di mana aku sekarang?"

"Regulus. Kau ada di Regulus."

Kerajaan di sebelah barat daya Aldebaran? Sejauh itukah aku terpental? Hebat sekali, pikir Dietrich.

"Ah, baiklah."

Dietrich tersenyum memandang sepotong roti di atas meja kayu kecil di dekat ranjang, perlahan mengingat kembali lelaki manis yang belum ia ketahui namanya itu saat menggerakkan rahangnya untuk memakan roti tersebut. Bahkan Dietrich sama sekali tidak merasa keberatan dengan santapannya pagi ini, ia malah harus bersyukur pada Tuhan karena ada seorang lelaki manis yang menyelamatkan dirinya bahkan hingga memberikan kepadanya sarapan ini.

Benedictus Felix Averill, nama lengkapnya. Setelah memberi makan orang asing yang ia tampung, ia kembali menyandarkan punggungnya pada pohon besar di tepi sungai. Tepat di halaman belakang rumah dengan halaman luas berisikan kebun dan peternakan. Namun ia tak sendirian, ada seorang lelaki manis lain yang bercakap-cakap dengannya.

"Jadi aku harus memberi ini dengan warna hijau?" tanya Felix pada lelaki di hadapannya.

"Benar sekali! Warna hijau itu campuran dari warna kuning dan biru, kau tahu kan bagaimana membedakan biru dengan hijau?"

Lelaki selaku kawan Felix itu nampak menjelaskan dengan begitu sabar mengenai warna-warna dan cara melukis padanya, meski hal ini harus ia lakukan secara diam-diam agar tidak mendapat sanksi dari sang ayah. Namanya Estevan, ia adalah putra tunggal dari keluarga bangsawan yang bersedia memberi sewaan kamar dan pekerjaan bagi Felix selama ini. Dan beruntungnya lagi, Estevan selalu ingin membagikan pengetahuan yang ia miliki kepada Felix yang selalu ia sebut sebagai kawannya meski terselubung.

"Selamat siang," suara dari Dietrich memecah perhatian kedua lelaki manis yang duduk di atas rerumputan itu untuk memandang kepadanya. Langkah sang ksatria tertatih, tangan kirinya bertumpu pada batang pohon terdekat.

"Oh, kau? Apa kau akan bersiap untuk pergi sekarang?" tanya Felix yang membuat kening Dietrich berkerut.

"M-maksudmu, aku tidak bisa tinggal lebih lama di sini?"

"Kau seorang ksatria kerajaan, untuk apa kau bergaul dengan kasta rendahan sepertiku?"

"Tidak bisakah aku tinggal lebih lama lagi bersamamu? Aku berjanji bahwa aku akan membantu setiap pekerjaanmu dengan baik."

"Tetapi kamar sewaanku hanya ...."

"Tak apa Felix, jika kau bersedia aku akan menyediakan satu tempat tidur lagi di sampingmu," ucap Estevan.

Felix menghela napas kala Dietrich tersenyum manis setelah mendengar perkataan Estevan, "Kalau begitu, bantulah aku dengan baik."

"Terima kasih."

Jadilah hari ini sebagai permulaan Dietrich menjalani hidup baru tanpa gelar ksatria dan tanggung jawab besar di bahunya meski polahnya ini tentu tidak akan dibenarkan oleh siapapun yang mengetahui kebenarannya.

 [♡] ; À suivre.

Évasion | ChanglixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang