Kelana.

4 0 0
                                    

(F)



   Pukul dua belas siang. Mengharuskan mobil yang papah bawa untuk sejenak berhenti di tempat dengan nama "Rest Area". Kami semua turun dari mobil. Berjalan beriringan menuju tempat makan yang tersedia. Aku langsung duduk di kursi pada salah satu tempat makan di rest area itu. Tanpa peduli sekitar. Hanya asyik dengan kamera yang sedari tadi ku genggam. Aku melihat - lihat kembali hasil jebretan jalanan dengan gaya blur di layar itu. Beberapa tidak seburuk itu. Bahkan, terkesan memiliki jiwa. Dan aku yakin saat aku membiarkan Senan untuk bermain dengan software editing kesukaan nya, akan membuat kumpulan foto - foto itu lebih memiliki jiwa. 

   Oh iya, Senan. Dimana dia? Pandangan ku langsung melihat sekitar. Mencari kebedaraan insan itu. "Cari apa Fat?". Tanya Dean sembari meminum Teh kotak di hadapan nya.

"Senan?". Tanya ku lugu.

"Ke kamar mandi tadi". Aku mengangguk. Lalu kembali asyik memeriksa kumpulan foto di kamera.


   Jika bukan karena ada sesuatu, aku yakin bukan hanya Senan saja lah yang akan ku cari. Maksud ku, kenapa tiba - tiba terlintas pertanyaan perihal Senan di benak ku? Di kala yang lain pun bisa saja ku tanya kan. Padahal, sedari tadi di perjalanan aku hanya asyik dengan  kamera ku sendiri. Dan lupa untuk mengintip keadaan manusia itu. Meskipun mungkin akan agak sedikit akward nanti nya. Terserah lah. Hati ku egois perihal itu.


    Waktu seakan paham khawatir ku. Senan beserta Darius datang dari balik keramaian siang itu. Dengan sweeter yang terikat kuat di pinggang nya, juga rambut medium cukup acak - acakan membuat tampilan sederhana nya terlihat bagai sesuatu untuk ku. 

"Mau makan apa Nan? Den?". Tanya papah kepada mereka berdua. 

"Nasi goreng aja om". Ucap Darius.

"Sama om". Senan lalu duduk di kursi kosong di hadapan ku. 

   

   Mata ku masih terbuka sangat lebar mendapati keberadaan sosok itu. Entah kenapa, namun jantung ku turut berdebar kuat. Semacam ada rasa tidak percaya. Tapi pada apa?

"Kenapa?". Senan menatap ku.

"Eh enggak". Aku lalu menggeleng dan kembali menghadap layar kamera yang mati akibat kehabisan baterai. Hanya sebagai pengalihan atas sikap salah tingkah ini. 

  Sebuah tangan lalu merebut kamera ku dari genggaman ku. "Ini kan layar nya mati Fat, ko di liatin seakan layar nya nyala gitu sih?". Senan tertawa renyah. 

   "Eh...". Sialan aku kembali salah tingkah.

"Duh ini gk mau nyala Fat, baterai nya habis yah?". Senan beberapa kali menekan tombol power. Namun percuma. Baterai nya habis.

"Iya". Senan lalu melihat ku dengan tatapan kaget sekaligus tertawa.

"Duh luh tu.. Lucu yah? Kamera nya di cas dulu atuh, ko malah di tatap kosong gitu?". Senan lalu mengembali kan kamera ku.

"Hehe..". Sial. Kembali salah tingkah. 

Korelasi AmorfatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang