Plester panda.

14 0 0
                                    

    (S)

   Seperti biasa, pukul 06:00 adalah waktu yang terlalu dini bagi mayoritas pelajar indonesia untuk berangkat kesekolah. Aku dan Kevin minoritas.

   Aku dan Kevin  melangkah memasuki koridor sekolah. Sunyi. Samar terdengar suara beberapa siswi yang juga minoritas sedang mengobrol. Namun suara langkah kaki kami jauh lebih gaduh. 

   Aku berhenti di depan mading sekolah. Beberapa hari lalu seorang kawan bernama yuliana menyapa ku. Ia meminta ku untuk menuliskan puisi yang isinya tentang percintaan remaja. Aneh sebenar nya. Yuliana adalah pemenang lomba puisi beberapa kali di tingkat yang sudah tidak main - main. Namun ia meminta ku untuk menulis.

"Nan. Ngapa berhenti dah?". Kevin berhenti sejenak lalu berbalik menghampiri ku.

"Tar dulu..". Aku masih dengan asyik membaca tulisan ku.

"Anjaaaay masuk mading". Ucap Kevin lalu menunjuk kertas putih polos bertuliskan nama ku di bawah nya.

"Yuliana yang nyuruh". Kevin mengangguk paham.


    Yuliana bilang setelah puisi ku selesai, ia akan meminta seseorang untuk melengkapi puisi itu. Pupil mata ku tertuju pada sebuah kertas yang ter pajang di seblah kertas berisikan sajak yang telah aku buat. Senyum ku terlukis, aku mendapati nama Fati menjadi pelengkap puisi ku. Kertas bertuliskan namanya terpajang di samping kertas ku.

"Buset Naan. Kok senyum - senyum??". Kevin kebingungan.

"Dah gada apa - apa. Yok ke kelas". Aku langsung menarik lengan Kevin.


   Setelah di depan kelas ku, Kevin melambai lalu masuk ke kelas nya yang sebenar nya bersebelahan dengan kelas ku. 

"SENAAAAAAAAN!!!". Baru melangkah kan kaki untuk masuk ke kelas, gadis berkacamata bulat dengan tubuh yang.. ermm.. chubby, memanggil ku.

   Aku melambaikan tangan kiri ku padanya sambil menunjuk kan deretan gigi ku. Noya terlihat sedang menerawang tubuh ku. Aku menaik kan sebelah alis ku. Dengan cepat aku menghampiri nya.

"Kenapa lu?". Aku berdiri tepat di sebelah tempat nya duduk.

   Secepat suara Noya menarik lengan kiri ku. Membuat posisi berdiri tegap ku goyah.

"NAN LU NGAPAAA?!!". Ia memperhatikan jemari ku yang terbalut plester.

   Dengan sekuat tenaga aku lalu menarik tangan ku dari genggaman nya. "Ish biasa aja kalee!!". 

"Ya maaap. Tapi itu kenapa?". 

"Bagus kan plester nya? biru - biru panda gituch!!". Aku memainkan jemari ku sambil mengeluarkan suara imut ku.

"ISH NAN YANG BENER!!". Aku tersentak saat Noya sudah mulai serius.

"Tangan gw kena piso". Aku duduk di hadapan Noya.

"HAH KENAPA?!!". Noya menggebrak meja. Aku kembali terkejut.

"SANTAI CA!!... Kemarin Fat-". Kalimat ku terpotong.

"OH SI SIALAN FATI?!!! MANA TUH CEWEK!!". Noyaberdiri sudah dalam posisi siap tempur nya.

   Aku menarik tangan putih nya. "Santai ngapa Ca, gw kan belum selesai cerita". Noya kembali duduk.

"Kemarin ada preman mau 'macem - macem' tanda kutip ke dia". Aku menggerak kan jari telunjuk dan tengah di di kedua lengan ku.

"Yah gw tolongin lah, eh si banci main nya pake piso, kan gak asik". 

Korelasi AmorfatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang