(F)
"Fati!!!". Ucap Dean dengan semangat tatkala nama ku muncul di layar gawai nya.
"Aku Dare". Ucap ku.
"OKEE SENAN! LU GAMBAR SECARA KREATIVE HAL CUTE ATAU LUCU DI PIPI FATI!!". Ucap Dean.
"Tapi gada pensil atau pulpen Yan".
"Eye leaner aja sini". Senan lalu mengambil Eye leaner milik Dean.
"Sini!". Pinta nya.
"NAN LU TAU LAH HARUS GAMBAR APA KAN??". Ucap Kana.
"GA! JOROK LU!". Bentak Senan.
"Diem!". Ucap nya. Ukiran dingin dari bulu eye leaner membelai pipi kiri ku.
"Dah!". Ucap nya.
"Apa Yan?". Aku kemudian menghadap Dean dan bertanya apa yang Senan gambar.
"You".
"Me?".
"Ish! bukan. Itu tulisan You".
"You?".
"Iya karena lu cute". Deg.. Aku yakin Senan sedang tidak gombal. Sebab pandangan nya terfokus pada eye leaner di tangan nya. Tapi kalimat itu mampu menghantam selung sukma ku. Setelah penampilan mu yang sedikit berbeda, kau masih saja memberikan ku kejutan.
Ia tersenyum kepada ku. Manik mata kami bertemu, mata teduh nya selalu dapat menghipnotis ku. Menghipnotisku seakan menarik ku untuk masuk lebih dalam kedalam relung sukma nya.
Seorang pelayan pria datang dengan senampan penuh makanan. Di ikuti oleh seorang pelayan wanita yang memegang nampan berisi enam gelas minuman.
"Terimakasih". Ucap Dean.
Kami mulai menyantap makanan kami masing - masing setelah dua orang pelayan itu meninggalkan ruangan kami.
Setelah selama ini mengenal Senan, ku rasa aku dapat mendeklarasikan bahwa hari ini adalah hari pertama kami secara resmi makan bersama. Meski sering bertemu di coffeshop, namun biasanya kami hanya makan 'cemilan' tanpa ada hidangan yang berat.
Senan meletak kan sendok di piring nya. Entah memang lapar, atau suka, atau justru memang secepat itu lah Senan dalam menyantap sesuatu. Piring nya telah kosong. Sementara rasanya aku justru baru melahap beberapa suap ayam spicy di hadapan ku.
Pandangan ku tidak bisa berpaling dari nya. Kini ia meneguk latte di hadapan nya dengan penuh ke syahduan. Sejurus kemudian Latte dingin di hadapan nya pun mendekati habis. Bila di coffe shop, biasanya Senan akan menikmati kopi dengan menyeruput nya secara tipis - tipis. Berbada sekali dengan sekarang.
"Kenapa?". Tanya nya. Ia sadar aku memperhatikan nya.
"Lu makan cepet banget Nan".
"Ouhh... Gw emang cepet kalau makan".
"Karena laper atau suka?".
"Keduanya. Tapi kalau pun gw gasuka sama makanan yang gw makan, gw bakal tetep makan cepet juga. Pilihan nya yah makan nya ga habis".
"Dih mubadzir, terus.. Kok minum kopi nya tumben cepet? Biasanya di sruput - sruput?".
"Feel nya beda Fat, kalau di coffe shop kan emang tempat nya gw buat menikmati kopi. Kalau di sini lain". Aku mengangguk paham.
"Guys!! Nanti pulang nya ke rumah aku dulu yak?". Ucap Dean.
"Masih hujan. Tuh denger di luar kaya ombak gitu suaranya". Ucap Senan.
Air di luar turun dengan deras nya. Dapat terdengar jelas dari dalam sini.
"Iya nanti". Ucap Dean.
"Papah kau?". Tanya Senan lagi.
"Udah di sana".
Sejurus kemudian, akhirnya hujan mereda. Kami langsung bergegas turun, lalu langsung berlari menuju parkiran.
"Nih". Senan membuka flanel nya, lalu memberikan nya kepada ku.
Aku menaik kan sebelah alis ku. "Nanti lu kehujanan Fat. Lu kan gak bawa helm". Senan lalu duduk di kursi motor baneli nya. Sejurus kemudian aku melakukan hal yang sama.
Tanpa lama, tiga buah motor sudah menerabas rintik yang mulai deras kembali. Tapi hujan terlalu lama bersenandung di langit. Kami tiba di rumah Dean lebih dahulu.
Setelah sampai di rumah, papah menyambut kami. Kami semua bersalaman dengan papah. Lalu papah mencium dahi ku dan Dean. "Semoga kamu bisa jadi lebih dewasa dari sebelum nya yah Fat". Ucap papah sembari mengelus rambut ku. Aku mengangguk.
Kami lalu masuk ke dalam kamar Dean. Di dalam, Senan, Noya dan Darius berebut remot lampu LED strip di kamar Dean.
"MERAH AJA CA!... PERADABAN!!". Ucap Darius.
"NJIR HAHAHA PERADABAN!! IH HIJO AJA HIJO AJA DEN!!!". Ucap Noya.
"BIRU AJA LAH!!!". Ucap Senan.
"UNGU AJA DAH IH!!". Dean bergabung dengan mereka.
Aku hanya terkekeh melihat tingkah mereka berempat. Sementara Kana asik dengan gawai nya di kursi belajar Dean.
"OKE SIP INI AJA!". Ucap Dean setelah Senan menekan tombol berwarna ungu.
Aku kemudian duduk di ranjang berwarna ungu milik Dean.
"NAN PS?". Tanya Darius.
"GAS!". Ucap Senan.
Sejurus kemudian, mereka berdua telah duduk mantap diatas ranjang Dean. Menghadap langsung layar tv berukuran 52 inch. Meski tidak begitu paham, tapi aku cukup tau game yang mereka main kan adalah Naruto.
Saat sedang asik dengan game nya, Dean kemudian menyandarkan kepala nya di punggung Senan. Setelah kejadian Noya yang curhat kepada Senan tempo hari, rasanya melihat Senan dengan wanita dalam anggota Dedsec tidak lagi membuat ku cemburu. Terlebih Dean adalah adik ku.
"Yan. Papah lu depan pintu tuh". Ucap Senan.
Dean langsung berdiri dari ranjang, berjalan menuju keluar. Tak lama setelah nya Dean kembali masuk. "Guys paps mau ngomong". Ucap nya setengah memasuk kan badan nya ke dalam kamar. Kami semua kemudian berjalan keluar dari kamar.
"Jadi gini, om sama mamah Dean dan Fati punya ide, gimana kalau habis ujian kita liburan?". Kami semua terkejut dengan pernyataan itu.
"Kemana Paps?". Tanya Dean.
"Bromo".
"Aku mah ikut aja Om". Ucap Kana.
"Yah Darius mah ikut aja om". Ucap Darius.
"Mau ooom!!". Ucap Noya dengan serius.
Senan menatap ku. Aku mengangguk sembari tersenyum kepadanya. Ia membalas senyuman ku. "Boleh om". Ucap nya.
"Oke jadi nanti habis ujian hari terakhir kalian ke sini, kita obrolin rencana trip nya. Masalah uang mah tenang aja, om bayarin".
"MAKASIH OM!!". Ucap Dedsec serentak.
"Yaudah om balik ke kamar dulu yah?".
"SIAP OM!!". Mereka semua kemudian kembali masuk kedalam kamar Dean, terkecuali aku.
"Paps!". Panggil ku. Suara hujan terdengar semakin deras.
"Kenapa?".
"Mamah?".
"Ikut, tapi beda kamar sama papah". Papah tersenyum lalu kembali ke kamar nya.
Meski telah berdamai dengan batin, tapi papah masih tidak mau kembali rujuk dengan mamah. Egosentris papah terlalu kuat untuk di ganggu gugat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korelasi Amorfati
Teen Fiction(S) Kau adalah seorang entitas yang tidak bisa aku sebut sebagai pemilik hati ku. Karena pada dasar nya kau memiliki kendali penuh atas hati mu sendiri. Aku tidak mau egois dan meminta hati mu secara berlebihan setelah aku memberikan sepen...