(S)
"Udah semua di masukin Nan?". Ucap om Daftian setelah memasuk - kan beberapa tas kedalam bagasi mobil.
"Udah om...". Setelah memasuk - kan tas terakhir, aku kemudian merenggangkan badan ku.
Pukul 05:45 dengan hawa dingin nya merupakan salah satu waktu yang paling aku sukai. Udara sedang segar - segar nya. Juga, otak sedang ter refresh setelah semalaman tidur.
Oh iya, ingat saat om Daftian mengajak Dedsec untuk berlibur ke Bali? Yap, sekarang adalah waktu nya. Hanya tinggal menunggu dua brengsek: Kana dan Darius datang. Setelah nya kami akan benar - benar berangkat menuju pulau timur kebanggaan Indonesia itu.
"Huaaah". Aku menarik nafas panjang, lalu bersandar di pintu mobil. Setelah nya, aku lalu mengeluar kan gawai ku dari saku celana. Ku putar lagu dalam playlist "mornin Vibe". Tak lama kemudian, lagu - lagu bergenre folk memenuhi gendnag telinga ku melalui earphone sebagai pelantara nya.
"Nan. Kana sama Den kemana sih? lama bet dah mereka". Si mungil Noya mendekati ku.
"Ga telat, bukan mereka". Aku melepaskan satu earphone ku.
Noya lalu turut bersandar di pintu mobil tepat di sebelah ku. Wajah nya masih saja cemberut. Namun mau bagaimana lagi, waktu seperti nya tidak mau berkawan dengan Kana dan Darius.
Fati lewat di hadapan ku. Sambil memegang kamera mirorless kesayangan nya, ia berjalan cepat menuju taman di depan rumah Dean. Saat tiba di sini, Fati sudah bilang kepada ku ingin mengambil beberapa foto Blue Hour di taman itu.
Tak lama, kamera mirorless itu sudah ada di sebelah pelupuk mata Fati. Dengan lihai gadis tangan itu menekan tombol rana berkali - kali. Membentuk suatu shiluet indah di pagi hari.
Baru hendak melangkah mendekati Fati, langkah ku terhenti. Aku memandang wajah gadis di samping ku. Rasanya, akan sangat menyebalkan jika aku meninggalkan Noya sendirian di sana dengan wajah cemberut. Di tambah, Dean sedang mengatur beberapa hal di dalam rumah demi kepentingan kami selama di Bali nanti.
"Gpp Nan, kesana aja". Dengan tatapan kosong, seakan paham Noya mempersilahkan aku untuk pergi mendekati Fati.
Aku tersenyum."Ngga Ca. Gw gk mau ninggalin lu sendirian. Yok!!". Aku lalu menarik tangan gadis itu. Kami berdua berjalan berdampingan menuju Fati yang masih saja asyik dengan kamera nya.
"Eh halo Ca! halo Nan!". Fati mengangkat kepala nya dari dekapan kamera.
"Halo!!!". Ucap Noya dengan antusias.
"Bagus juga yak langit nya?". Aku memasuk - kan kedua lengan ku dalam saku sweeter abu - abu gelap ku.
"Iya, makanya sayang kalau di lewatin". Fati kembali mengabadikan momen pagi itu.
Pandangan ku kini hanya mengarah kepada langit biru yang perlahan mulai menguning. Sudah sepagi ini, namun mentari belum juga nampak dari kejauhan. Membuat hawa dingin terus terasa membelai kulit kecoklatan ku. Tapi dingin nya kalah oleh pemandangan langit yang ramah. Ditambah, dua orang insan yang ku sayang ada di belakang ku.
Di saat seperti ini, ingin sekali rasanya menuliskan sajak di buku catatan ku. Bagaimana tidak; di tengah lamunan, aksara - aksara berterbangan di dalam fikiran ku. Namun rasanya aku tidak ingin melewatkan sedikit pun detik pagi itu.
Cekreek.....
"NGAHAHA MANTEP FAT!! IH BAGUS BANGET!!". Tawa meriah Noya terdengar dari belakang.
"Cih sialan. Lu emang suka motoin gw dari belakang yah?". Aku tertawa renyah.
"Gk apa lagi. Gw yg foto mah pasti bagus Nan. Santai aja". Fati berjalan mendekati ku. Kemudian menunjuk kan layar kamera nya.
Lukisan siluet bentuk tubuh ku tergambar indah dari balik layar yang ku lihat. Langit biru yang sudah sedikit menguning membuat latar landscape menjadi indah. Barisan awan bergantung di perantara langit dengan komposisi yang pas.
"Oke dah. Masalah foto gw percaya sama lu Fat". Fati tersenyum, memberikan hangat yang jauh lebih hangat dari pagi.
"Fati!! Senan!! Noya!! Ayok siap - siap!!". Panggil Dean dari depan rumah nya.
Dua orang pria yang sedari tadi menghambat bermula nya perjalanan pun sudah datang. Namun di hari se indah ini, rasanya malas sekali jika harus berdebat adu argumen mendengarkan alasan Kana dan Darius terlambat. Sudah lah. Aku tidak peduli.
Setelah semua siap, akhir nya kami ber delapan berangkat menuju Bali jalur darat. Om Daftian dan ibu Dean duduk di depan. Dean, Fati dan Noya duduk di tengah. Dan di kursi belakang, sudah pasti di isi oleh aku di samping kiri, Kana di tengah dan Darius di kanan beserta beberapa tas yang di letak - kan di pangkuan kami.
Perjalanan panjang di mulai. Ada tawa dan perbincangan hangat di dalam mobil berwarna hitam itu. Namun, di saat perjalanan seperti ini, aku lebih suka hanya menatap jendela. Tidak melakukan apa pun. Hanya melamun dengan kedua earphone di telinga. Sebab dari sebuah perjalanan, yang paling aku nikmati adalah saat sedang berada di jalan menuju tujuan.
Dalam perkiraan, kami akan tiba di bali pukul delapan malam. Cukup panjang, tak mengapa. Itu yang justru aku nikmati. Namun lain dengan kawan - kawan ku yang lain. Mereka nampak nya se tidak nyaman itu terus - terusan duduk di kursi mobil. Terutama si Slenderman: Kana. Tubuh tinggi nya terus menerus mencari posisi nyaman di bangku belakang. Darius lagi dan lagi mengeluh ulah tingkah manusia bertubuh tinggi itu. Sementara aku, lebih memilih untuk tidak mempedulikan nya.
Orang bilang, "jika ingin mengetahui sifat asli seseorang, maka bertualang lah bersama nya". Maka sifat asli ku mungkin memang sejati nya seperti ini.
Dari balik lamunan, sesekali aku mencuri pandang ke arah Fati. Kebetulan sekali ia duduk tepat di depan ku. Atau tunggu, mungkin memang sudah di rencanakan? Ah entah lah. Aku cukup bersyukur bisa memandang gadis itu dari belakang. Rambut berombak kecoklatan nya nampak indah bila tanpa topi besar yang biasa ia kenakan. Fati juga terlihat pasif sama seperti ku. Ia terus - terusan mengabadikan jalan melalui jepretan kamera nya.
Ternyata, memandang orang yang kita suka dari belakang dan dengan jarak yang cukup dekat mampu membuat suasana menjadi senyaman itu. Dan rasanya, jika aku bisa berdiskusi dengan waktu, aku hanya ingin hari itu semakin panjang. Sedikit egois, tapi aku tidak bisa apa - apa jika hati ku sudah berkehendak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Korelasi Amorfati
Teen Fiction(S) Kau adalah seorang entitas yang tidak bisa aku sebut sebagai pemilik hati ku. Karena pada dasar nya kau memiliki kendali penuh atas hati mu sendiri. Aku tidak mau egois dan meminta hati mu secara berlebihan setelah aku memberikan sepen...