Semenjana.

9 0 0
                                    

(S)


       Hari yang di takutkan pun tiba, ujian akhir semester.  Dalam ujian akhir semester ini menggunakan sistem campur kelas, dan yang di campur dengan kelas ku adalah kelas XII.

     Aku mencari nama ku di barisan nama lain nya dalam lembaran yang terpajang di pintu kelas. 

   Senandika Aksara| Dirgantara Derana.

   Aku tersenyum kala mendapati nama ku bersanding dengan sosok yang bernama Dirgantara Derana itu. Sebab orang yang akan bersanding di sebelah ku adalah sosok yang telah ku kenal. Orang yang dulu mengajari ku banyak hal sedari SD. Hingga sampai SMA pun kami di pertemukan di sekolah yang sama. 

   Aku masuk kedalam kelas kosong itu, aku mencari nomor ID yang tercantum dalam kartu peserta ku. Kursi ku berada di pojok kiri ruangan, bersebalahan langsung dengan jendela yang menampilkan pemandangan gunung karang di belakang sekolah. 

   Aku meletak kan tas rucksack hitam ku di kursi. Aku menarik nafas dalam - dalam, mencoba merasakan suasana ujian. 

   Ujian baru akan di mulai pukul 07:30, tapi aku dan Kevin sudah ada di sekolah sedari pukul 06:15.


    Tok... Tok.. Tok...

   "WOY NAN! MASA DI DALEM TERUS? GA GABUT?". Kevin mengetuk jendela lalu memanggil ku. 

"Lu kalau mau ke kantin, tunggu Bas aja Vin. Gw lagi ga mood ke bawah". Aku lalu melabuhkan kepala ku di atas lengan ku, lalu menunduk.

"Buset dah!!! yaudah deh". Kevin lalu berjalan kembali ke dalam ruangan nya. 


"Senaan!!". Noya memanggil ku dari luar, lalu langsung berlari masuk ke dalam kelas. 

   Aku berdeham. Noya langsung duduk di sebelah ku, lalu mengeluarkan sebuah buku tebal. Ia membaca ulang aksara - aksara yang telah ia tandai menggunakan stabilo. 

"Lu emang udah belajar Nan?". 

"Gw gak peduli nilai". Aku lalu memalingkan wajah dari nya. 

   Noya melanjutkan kegiatan nya. Sementara aku asik dengan lamunan ku dalam sebuah imajinasi halu. 

  Tanpa sadar ruangan itu telah ramai, setelah Darius dan Kana datang, Noya pamit keluar dari ruangan ku. Noya, Darius dan Kana berada dalam satu ruangan. Sementara aku duduk bersebrangan dengan Dean. 

"Nan!!". Seorang pria memanggil ku. 

   Aku memandang nya. "Eh bang Dirga!!". Pupil mata ku membesar.

"Buset, bisa sebangku juga kita". Bang Dirga lalu meletak kan tas nya di kursi.

"Hukum alam bang".

"Eh lu udah belajar?".

"Gw gak peduli nilai bang".

"Wah gapernah berubah lu yah?". Aku terkekeh.



"Nan!! pstt!!". Dean memanggil ku dari kursi nya. 

   Aku menaik kan alis ku. "Nanti bagi tau ya?". Dean mengacungkan jempol nya sembari memamerkan senyum termanis nya.

   Aku menatap nya dengan senyuman licik. Aku mengeluarkan jari tengah ku lalu memalingkan wajah dari nya.

"SENAN IH!!". Ia mulai kesal. 


Triing.....

  Bell berbunyi. Meski sedari tadi di dalam ruangan, aku tahu para siswa yang sedang nongkrong di depan kelas berhamburan berlari masuk ke dalam kelas nya masing - masing.

Korelasi AmorfatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang