Part 7

15 5 2
                                    

Halooooo
Maap aku upnya lama :(
Kemaren 2 aku lagi maen ke rumah temen, jadi gak enak kalau aku sibuk nulis sendiri di rumah orang😂😂😂

Ini juga lagi dirumah kakak q, sambil nemenin kakak jahit, aku nulis wkwkwkwk

Jadi deh part ini sekarang❤️❤️🤣🤣

Terkadang kita perlu keluar nyari pengalaman buat mendapatkan referensi dan inspirasi,

Iya gak iya gakkkk😌😌

Dahhh iya aja deh🤣🤣🤣
Sah lah kalian lanjut baca aja sekarang wkwkwkwkwk🤣🤣😉

__________

Di dalam sebuah ruangan yang cukup cahaya, berjejer komputer-komputer dengan spek dewa yang ditata dengan rapih dan teratur. Tampak oarang-orang di depan PC sedang berkutat dengan kerjaan mereka.

Gambar-gambar animasi yang tengah dimasak di dapur animasi yang cukup besar itu dipamerkan oleh layar-layar monitor tersebut. Ada yang tinggal menunggu finishing, ada juga yang setengah jadi menyapa sang animator yang dengan tekun mengerjakannya. Ada juga beberapa meja yang kosong ditinggal sang empunya, entah ke kamar mandi, mengambil berkas untuk dieksekusi selanjutnya, atau berunding dan meminta masukan kawannya.

"Arsen, can you finish this part for me at 2.00 PM?" suara bariton seniornya mengagetkannya.

"Yes, sir, I can," jawab Kuuga sambil mencoba untuk fokus kembali dengan bagiannya.

"Udah, percaya deh, kalo dah jodoh tuh ga akan kemana," suara menyebalkan rekan kerjanya ia hiraukan begitu aja, dan Kuuga memilih untuk melanjutkan tugasnya. 


~°©°~


"Yam, temenin aku cari toko alat lukis yok," dengan semangat Diana menghampiri Liam dengan mata berbinarnya.

"Loh, bukannya lu biasanya juga beli di toko Potentiarte yang deket kampus itu, kan udah lengkap banget, mana tempatnya enak, kalau cuman buat memenuhin kebutuhan ngelukis, udah mantul banget tuh," jawab Liam dengan ekspresi keheranan menatap Diana di depannya.

"Iyaaa, gue biasanya kalo mau ngelukis emang belinya di sana, tapi masalahnya ini gue bukan mau ngelukis, tapi gue mau jualan," mata Diana kembali berbinar, bukan, bukan berbinar lagi, namun lebih terkesan membara, menggambarkan semangat yang menggebu.

"Hah, gak salah lu mau jualan? Gue kagak yakin kalau lu mau jualan, anak kaya kucing nyungsep kayak lu, mau jualan... sumpah, gue masih gak yakin," kepalanya ia gelengkan dengan di slow motion dan memasang wajah berpura-pura prihatin. "Gue kagak sedang halu kan??" tambah Liam sengaja meledek Diana.

"Ck, apaan sih lu, gue beneran mau jualan iniii. Gue ngajak lu buat nyari orang yang jual peralatan lukis dengan harga pabrik, yah.. setidaknya harga penjual lah, syukur-syukur kalau gue dapet dari tangan pertama, kan lumayan hehe. Lagian ini gue juga udah mikirin mateng-mateng buat jualan, di daerah gue kan juga banyak yang suka lukis dan kesenian, au ah ribet jelasinnya, dah pokoknya ayok temenin gue, nanti aku jelasinnya," bujuk Diana dengan menunjukkan ekspresi mata kucing yang imut sebelum Liam lebih banyak bertanya.

"Iye iyeee," senyum cerah terbit di wajah ayu Diana.


~°©°~


Setelah menyusuri cukup banyak jalan dan gang, keluar masuk beberapa toko, akhirnya mereka menemukan toko yang cocok dengan hati Diana. Barang, harga, kualitas, dan tentunya orangnya pun sudah pas  dengan yang Diana inginkan, tentunya dengan sedikit bantuan Liam untuk bernegosiasi dengan pemasok utama tersebut. Sebenarnya hal ini lah yang membuat Diana mengajak Liam untuk hal ini, karena dia sadar, walaupun cowok, namun keahlian bernegosiasi Liam jauh lebih baik dari pada dirinya.

Friend or LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang