Part 8

14 3 2
                                    

Halooooo maap aku lamaaaaaaa banet nggak up ☹️

Tp setelah aku lihat pembaca udah mulai bertambah aku jadi semangat lagi, apalagi tadi ada yang mgingetin aku, 😗 mamin semangat deh akunyaaa🤪🤣🤣

Makasih yak untuk kalian yang udah setia sama ceritaku, bagi yang baru aja baca, aku juga berterimkasih yang sebanyak-banyaknya karena telah mau mampir dan memilih tulisanku ini untuk dibaca 😗

Happy reading guyssssss🥳🤪

__________

"Diana,"

"...,"

"DI,"

"...,"

"BOLOTTTT!!!,"

"IIIHHH apaan sih lu teriak-teriak di samping telinga gue," sungut Diana dengan tingkah Liam yang teriak-teriak di samping telinganya.

"Harusnya gue yang kesel sama lo, dari tadi dipanggil-panggil, lo nya kagak konek-konek," sewot Liam semakin kesal dan hanya dihadiahi tatapan bodoamat oleh Diana.

"Gue mau nanya, gimana persiapan toko lo, udah jadi apa belum? Yeeee lo nya malah sewot," ucap Liam sambil memanyunkan bibirnya.

"Hehe... Iyaaa udah Alhamdulillah, yaaa walau kecil-kecilan, moga aja kedepannya bisa jadi lebih baik," jawab Diana dengan watadosnya, tidak lupa menampilkan cengiran khasnya.

Tanpa mereka sadari, bahwa kebersamaan mereka selama ini telah memunculkan kenyamanan di dalam diri salah satu dari mereka.


~°©°~


Dalam perjalanan pulang, Diana menyempatkan diri untuk berjalan-jalan sebentar di taman dekat rumahnya, lebih tepatnya dia sengaja.

Matanya menyapu tempat yang sering ia singgahi dulu ketika Kuuga dan keluarganya bertamu ke rumahnya.

"Di... menurutmu, kenapa di dunia ini selalu ada perbedaan, dalam banyak hal?" tanya Kuuga sambil memperhatikan sekitar sambil duduk bersila di rumput taman, tangannya memegang buku bacaan yang ia batasi dengan jarinya di halaman terahir yang ia baca.

"Biar gak monoton kalik, biar hidupnya berwarna, kayak baju badut," jawab Diana sekenanya sambil memakan es krim Cornetto coklat di tangannya.

Kuuga menghela nafas sabar dengan kelakuan Diana yang asik sendiri dengan es krimnya.

"Biar kita tu bisa belajar, belajar banyak hal. Seperti belajar menghargai, memahami, menyayangi, dan tidak memandang orang dengan sebelah mata. Karna kedamaian itu akan muncul di hati yang suka dengan kedamaian itu sendiri," Kuuga menjawab pertanyaannya sendiri.

"Jangan pernah membenci, apalagi hanya karena satu hal, siapa tau ada sisi lain yang tidak kita ketahui, dan ingat, bukankah tugas manusia itu untuk menjaga, bukan menghancurkan?" kala itu, Diana menatap sosok di depannya yang sedang asik memperhatikan sekitar dengan pandangan yang sulit diartikan.

Hatinya seperti bisa merasakan apa yang sedang dirasakan oleh sahabatnya ini.

Rasa rindu itu kembali mendatanginya.

'kamu bener Ga, tidak selamanya perbedaan itu buruk, dan aku telah merasakannya sendiri. Dulu mungkin aku hanya bisa mendengar ceritanya darimu. Karna kakekmu sendiri juga seorang mualaf, maka kamu bisa lebih dulu merasakan dan menyadarinya.

Berbeda denganku, yang berasal dari keluarga Muslim tulen, dulu kita juga di pesantren, dan otomatis lingkungannya beragama yang seragam pula.

Hal seperti itu hanya bisa aku dengar dan pelajari dari cerita dan wejangan guru saat mengaji, namun sekarang aku telah merasakannya, dan hal itu benar adanya,'

Friend or LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang