14.0 - Permainan Hati

518 19 0
                                    


"Tidak perlu minta maaf. Cuaca kan nggak ada yang tahu. Kita bisa kesana lain waktu." Seorang gadis menyibak sedikit tirai jendelanya. Hujan deras tak hentinya sejak pagi tadi.

"Tapi tetap saja," terdengar embusan napas kecewa dari seberang telepon. "aku janji tahun baru nanti akan mengajakmu ke suatu tempat untuk merayakannya."

"Kemana?"

"Tunggu saja minggu depan."

"Ish, main rahasia-rahasian mulu."

Terdengar tawa renyah dari seberang.

"Percaya padaku, kamu tidak akan kecewa."

"Oke, oke. Aku tunggu ya. Sampai jumpa."

Setelah sambungan itu terputus, Kaila menatap kosong jendela kamarnya yang tertutup tirai. Suara hujan masih memenuhi harinya.

***

Kevin menatap sendu jendela kamarnya yang menampilkan derasnya air yang turun dari langit. Ia resah. Hubungannya dengan Kaila telah berjalan selama seminggu. Hanya tersisa tiga minggu lagi untuk mengambil hati gadis itu. Seharusnya hari ini bisa menjadi kesempatannya. Namun keberuntungan sedang tidak berpihak padanya. Hujan tidak berhenti sejak pagi. Mau tidak mau Kevin harus menunggu weekend minggu depan. Karena lima hari ke depan, mereka ada ujian akhir semester. Dan setelahnya libur panjang. Setidaknya ia masih ada waktu dua minggu yang bertepatan dengan liburan.

"Vin, bagaimana? Batal kencanmu?"

Pertanyaan itu menyadarkan Kevin dari lamunan. Ia membalikkan badannya untuk melihat temannya yang berdiri di ambang pintu kamarnya yang terbuka.

"Ya. Bagaimana lagi? Hujan." Kevin mengangkat bahunya pasrah.

"Kalau begitu turun aja ke bawah. Main PS sama anak-anak."

"Oke. Nanti ku susul."

Temannya mengangguk lalu pergi. Kevin kembali termenung. Mengingat kejadian beberapa hari lalu.

***

Flashback

"Bro, aku bawa temen gak apa kan?" tanya seorang lelaki memakai jersey basket warna kuning. Diikuti dibelakangnya seorang lelaki memakai kaos warna putih dengan celana basket biru dongker.

"It's okay. Kita bisa main three on three," balas salah satu lelaki diantara empat orang yang sejak tadi telah berada di lapangan basket. Mereka semua memakai pakaian ala main basket.

"Sip. Kenalin, ini Kevin." Kevin bergeser agar dirinya terlihat sepenuhnya. Ia tersenyum, namun dengan cepat berubah terkejut karena melihat sosok yang dikenalnya. Sosok itu sama terkejutnya. Kemudian keduanya saling menatap tajam.

Sementara itu lelaki yang membalas perkataan teman Kevin yang tidak lain adalah Dimas, menatap Kevin penuh tanya. Ia merasa tidak asing dengan sosok di depannya. Lalu beralih menatap Rehan yang sepertinya juga mengenal lelaki itu.

"Kalian saling kenal?" tanya teman Kevin yang merasakan atmosfer tidak enak dari keduanya.

"Ya. Dia temannya PA-CAR-KU," jawab Kevin penuh penekanan.

Oke. Pertanyaan di kepala Dimas terjawab.

Pantas kayak pernah lihat, batin Dimas.

"Gaes, kalau begitu kita mulai saja mainnya bagi dua tim jadi tiga tiga." Dimas memecah perang dingin diantara Rehan dan Kevin.

Lalu keenam lelaki itu memulai permainan. Namun jika dilihat dengan saksama ini seperti permainan dua orang. Keempat orang lainnya heran, kenapa permainan ini menjadi terasa serius? Terlihat jelas persaingan sengit antara Rehan dan Kevin. Keduanya ambisius untuk berebut mencetak poin. Dimas dan tiga orang lainnya sempat beberapa kali menghentikan permainan karena kesal.

Love My Bestfriend - Complete (✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang