Suasana ruangan berukuran 4x5 terasa mencekam. Terdapat sebelas orang dalam ruangan itu duduk mengelilingi sebuah meja persegi panjang. Mereka terdiam sambil menahan napasnya. Raut mereka jelas sekali menunjukkan kecemasan dan ketakutan. Penyebab dari semua itu karena sosok yang menjadi pusat dalam ruangan. Sosok itu serius membaca deretan paragraf pada bendelan kertas di tangannya. Ketika selesai pada lembar pertama, ia membalik dengan kasar untuk lembar kedua dan seterusnya. Yang terdengar hanya suara balikkan kertas dan detakan jarum jam justru membuat degup jantung sepuluh orang itu semakin kencang. Mata mereka tak henti mengawasi sosok itu. Mereka bersiap akan hal-hal yang tidak duga yang mungkin dilakukan sosok itu.Brak...
Benarkan?
Setelah menaruh kasar bendelan itu, sosok tersebut mengembuskan napasnya.
Sepuluh orang lain bersiap dengan telinga masing-masing.
Decakan terdengar sebelum sosok itu berucap, "Apa ini bisa disebut proposal? Kayak esai anak SD! Tidak heran pak dekan marah." Sosok itu mengusak kasar helaian rambut bagian depannya. Jika saja tidak dalam situasi seperti ini, mungkin beberapa gadis disana menjerit heboh melihatnya. "bagaimana bisa proposal ini lolos ke dekan tanpa persetujuanku, huh? Ovi! Aku memberikan kepercayaan stempelku bukan untuk disalah gunakan! Lihat! Kalian bukan hanya mempermalukanku tapi juga BEM. Aku tidak mengerti apa yang sedang kalian rencanakan."
"Han, dengarkan dulu. Waktu itu kita sudah beberapa kali ingin menunjukkan padamu. Tapi kamu masih sibuk mengurusi proker lain. Sementara proker divisi kami mendekati deadline, but hard to reach you. Jika proker kami tidak jalan, kami juga yang disalahkan. Jadi aku mendesak Ovi untuk memberikan stempelmu agar segera bisa jalan ke dekan," jelas salah satu laki-laki berambut cepak di antara mereka. Bicaranya terdengar tenang, namun jika diperhatikan ada getaran pada suaranya. Laki-laki bernama Galih memberanikan diri membuka suaranya karena memang ia bertanggung jawab sebagai ketua divisinya.
"Kamu pikir dengan adanya stempelku, dekan akan langsung percaya tanda tangan tanpa membaca gitu? Kalian mempermalukan kita semua, you know?" Rehan memejamkan matanya. Ia benar-benar pusing dengan masalah ini. Bagaimana bisa para jajaran kabinetnya melakukan hal memalukan ini? Hari libur tenangnya rusak karena ini. "aku tidak percaya kalian bisa melakukan hal semacam ini." Terkikis kepercayaan Rehan pada orang-orang pilihannya.
Kemarin setelah kelas, tiba-tiba dekan menghubunginya untuk bertemu membicarakan suatu hal. Tentu saja hal tersebut membuatnya terkejut. Tanpa disangka akan dimarahi oleh pria jabatan tertinggi di fakultasnya untuk kesalahan yang bahkan tidak diketahuinya. Setelah keluar dari ruangan, Rehan langsung mengirim pesan grup untuk diadakan rapat dadakan keesokan harinya. Hanya untuk para petinggi BEM.
"Han, sorry. Kami tahu kami salah. Tapi hal seperti ini tidak akan terjadi jika kamu tidak pilih kasih. Kamu terlalu fokus ke beberapa proker tapi mengabaikan yang lain. You're our leader. Harus adil dan menaungi semuanya," kali ini Ovi yang berbicara, sang sekretaris. Gadis itu mengakui kesalahannya karena memberikan stempel tanpa sepengetahuan Rehan. Tapi ia lakukan karena merasa iba dengan divisi Galih. Beberapa kali ia melihat proposal Galih diabaikan oleh Rehan.
"Aku sependapat dengan kak Ovi. Bukan hanya divisi kak Galih saja yang kak Rehan abaikan. Divisi kami juga sering. Kak Rehan hanya selalu fokus pada proker atau event besar yang sudah dikenal. Sementara proker-proker kami yang masih baru dan belum dikenal seakan disepelekan," ucap gadis berkacamata bernama Rosi.
"Gais, kenapa kalian jadi menyerang Rehan? Kok jadi playing victim? Kalian melakukan manipulasi lho. Sekarang malah jadi nyalahin Rehan," ucap gadis berambut dark blue panjang. Gadis yang mengenakan produk branded mulai dari bawah ke atas itu merupakan wakil dari Rehan. "Han, kamu harus bertindak tegas," tambah gadis bernama Clarisa itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love My Bestfriend - Complete (✔️)
RomanceKisah Kaila Faeyza yang dijadikan tameng backstreet oleh sahabat yang ia sukai. Rehan Gahendra yang selalu ingin melindungi kekasihnya dengan kedok backstreet dan tanpa sadar telah mematahkan hati sang sahabat. Mentari Zamira yang pacaran backstreet...