"Grab my hair and fuck me like you hate me."
☜☆☞
Pagi datang lebih cepat dari yang kuharapkan. Sinar matahari menembus jendela kaca saat aku bangun. Melihat ke sekeliling ruangan, dinding, langit-langit kaca, desainnya, tempat tidurnya, dan perabotannya sangat menakjubkan.
Taehyung tertidur pulas di sampingku. Tangannya menutupi matanya, menghalangi sinar matahari yang merembes masuk. Aku perlahan-lahan keluar dari selimut dan menuju ke kamar mandi.
Aku ingin menyingkirkan kain abal-abal yang kupakai ini, tapi aku tidak punya apapun lagi selain ini. Pakaianku, barang-barangku, semua yang Nenek persiapkan untukku bahkan tidak tau ada dimana.
Banyak gadis yang diambil tadi malam, termasuk Eunbi, jadi aku mungkin memiliki kesempatan besar untuk bertemu dengannya. Aku mengenal banyak gadis muda di kota saat bersekolah, tapi tetap saja, satu-satunya orang yang ku ajak bicara hanyalan Eunbi.
"Jennie!" teriak Taehyung dari arah kamar.
Aku segera mematikan air dan bergegas keluar kamar mandi.
"Apa yang kau lakukan?" tanyanya sambil mendudukkan badannya di tempat tidur.
"Aku baru saja melakukan......bisnisku." jawabku, lebih seperti gumaman.
"Apa kau menyentuh dirimu sendiri?" tanya Taehyung, mengangkat alisnya ke arahku. Matanya menyusuri perutku, kemudian ke kakiku yang telanjang.
"Tidak! Tentu saja tidak." bantahku.
Aku tidak akan pernah berani menyentuh diriku sendiri karena itu adalah dosa. AKu sudah cukup berdosa untuk satu malam bersamanya.
"Kemarilah." Taehyung menepuk tempat tidur, mengisyaratkanku untuk duduk disamppingnya.
Dengan ragu, aku berjalan mendekat ke arahnya saat kegelian dan rasa panas kembali muncul di tubuhku. Kenapa? Kenapa aku merasa panas saat di dekatnya? Aku ingin menghentikan perasaan itu, tapi tidak tau pasti bagaimana caranya. Seperti tubuhku berada dibawah kendalinya. Sentuhannya hanya memperburuk keadaan.
"Sudah berhenti menangis?" tanyanya.
"Ya," aku menyipitkan mata padanya. Aku memang berhenti menangus, tapi lubang dihatiku tidak bisa diobati. Bagaimanapun, aku baru saja direnggut dari duniaku dan didorong paksa ke dalam dunia lain.
"Merindukan wanita tua itu?" tanyanya sambil membelai puncak kepalaku.
Aku mengangguk.
"Aku merindukannya." ujung jarinya menelusuri pipi dan rambutku. Taehyung menyelipkan rambutku ke telinga dan menyentuh leherku dengan gerakan kelewat lembut.
"Aku akan segera mengklaimmu." ucapnya. "Kau tahu apa artinya?"
Aku menggelengkan kepala.
"Kau akan menjadi belahan diriku yang lain. Ratuku, Lunaku." jelasnya.
Menjadi separuh dari dirinya? Apa aku bisa?
"Bagaimana jika aku tidak mau?" tanyaku, dengan berani menatap matanya.
Taehyung, pria itu memiliki sepasang mata yang indah, mata yang terkadang berubah menjadi warna merah, tetapi warna aslinya adalah coklat muda, semacam bayangan madu yang manis
"Kau tidak punya pilihan lain, cantik."
"Kenapa aku tidak punya pilihan lain?"
Taehyung tersenyum dan menurunkan wajahnya lebih dekat. "Kau hanya bisa membuat keputusan di tempat tidur, sayang. Tidak di tempat lain." jelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Équitation The Alpha
Fanfiction"Let me get rid of the tingling sensation between your thighs, it only takes a moment."