Chapter 1

3.5K 520 23
                                    

"Berlarilah kemanapun yang kau mau. Tapi ingatlah, bahwa kau akan selalu menjadi milikku."

☜☆☞

"Sayang, bisakah kau kesini dan mengambil ini dariku?!" teriak Nenek dari kamar.

Dengan cepat aku meletakkan semangkuk sup di atas nampan dan menjawab. "Ya, Nek. Aku akan segera kesana!"

Mengambil nampan dan dengan hati-hati membawanya ke kamar. Kondisi Nenek sekarang sedang terbungkus oleh tiga helai seprai karena ada badai liar yang datang melanda kota. Matanya sedikit tertutup, dan ia menyenandungkan sebuah lagu.

Dengan bantuan bahuku, aku mendorong pintu agar terbuka dan berjalan masuk. "Oh, sayang. Kamu tidak perlu melakukan itu." harunya saat melihatku datang.

Meletakkan nampan di atas meja di samping tempat tidurnya, aku mengeluarkan keranjang kotor dari kamarya. Nenek tidak menyukai kotoran, dia membencinya. Dia lebih suka menjaga kamarnya agar tetap bersih. Dan karena aku satu-satunya orang yang ada bersamanya, aku harus melakukan itu untuknya.

Setelah selesai aku kembali ke kamar, dan Nenek sudah mengubah posisinya menjadi duduk, bersiap untuk makan.

"Aku membuat brokoli kali ini. Kuharap kau menyukainya." ucapku bersemangat sambil menyeruput supnya.

"Enak, tapi sepertinya kau lupa menambahkan garam." 

"Dokter mengatakan tidak boleh ada garam untukmu, Nek. Tekanan darahmu naik setiap kali kau makan garam." 

Nenek menggelengkan kepalanya. "Aku ingin mati dengan makanan enak di perutku."

Aku tersentak dan menggelengkan kepala. "Jangan katakan itu!"

"Baiklah, aku akan mengatakannya suatu hari nanti. Lain kali tambahkan sedikiiiit saja." dia mengedipkan mata sebelum meminum sisa supnya.

Sementara itu, aku berjalan keluar dari rumah kecil kami dan mengambil surat yang ada di dalam kotak surat. Itu dari Walikota.

"Nenek! Kita mendapat surat dari Walikota." teriakku.

"Bawa kesini, biar aku lihat!" balasnya.

Setengah berlari, aku kembali masuk ke dalam kamarnya dan memberinya surat itu. Nenek membukanya dan mengembalikannya padaku. "Bacakan untukku." 

Meluruskan kertas, aku berdehem dan mulai membaca. "Dear Mrs. Kim, aku harap kau baik-baik saja! Seperti yang kau ketahui, musim kawin sudah dekat, dan kami ingin semua wanita yang berusia di atas 18 tahun untuk berpartisipasi pada hari itu. Aku mendapat laporan bahwa Jennie akhirnya genap berusia 18 tahun dua minggu yang lalu. Tolong beri dia restu dan minta dirinya untuk singgah ke kantor untuk detail lebih lanjut. Dia akan diberi gaun dan apapun yang di perlukan. Salam, Walikota Thomas."

"Oh, tidak.." keluh Nenek.

Aku dengan cepat meletakkan surat itu ke samping dan mengalihkan perhatianku pada Nenek. Menempatkan tangan ku di tangannya, aku berucap. "Jangan khawatir, tidak akan terjadi apa-apa."

"Aku seharusnya ingat bahwa ini akan menimpa kita." serunya dengan ketakutan dimatanya.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanyaku, benar-benar bingung.

Strasbourg adalah kota kecil di pelosok Prancis -lebih seperti desa daripada kota. Kota tetangga hanya berjarak empat jam dari sini. Lingkungan kami tertutup hutan dan pepohonan. Kapanpun kegelapan datang, hewan liar akan keluar berburu mangsanya.

Walikota kami, Thomas Hwang menandatangani perjanjian dengan makhluk yang menjelaskan bahwa setiap musim kawin, binatang buas akan datang dan menemukan pasangan mereka. Perjanjian ini mengurangi kota kami dari serangan makhluk-makluk yang mereka maksudkan.

Équitation The AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang