Chapter 41

842 195 10
                                    

☜☆☞

Membuat marah seorang penyihir bukanlah keputusan yang bijak. Irene cukup bodoh untuk mengangkat tangannya pada Jennie. Seluruh dunianya hancur, posisinya, reputasinya, dan kelompoknya—semuanya telang direnggut.

Jennie bisa merasakan sebuah kekuatan yang mengarah padanya. Dengan perlahan menapakkan kaki telanjangnya di tanah dingin yang dipenuhi jaring laba-laba. Jennie membawa sebuah lilin kecil walaupun ia bisa melihat dalam kegelapan. Penglihatannya membaik sejak dirinya merapalkan mantra pertamanya untuk menyembuhkan ayah Taehyung. Kekuatan dalam dirinya tumbuh dari sana.

Jalannya sempit, dipenuhi dengan batu kerikil nan tajam. Ada sedikit bau herbal dan darah yang menempel di dinding. Sewaktu menyusuri lorong, Jennie dapat mendengar orang-orang di dalam istana berbicara dan tertawa.

Wanita itu melangkah  lebih jauh ke dalam lorong yang menghubungkan kastil dengan tempat rahasia yang pernah diberitahu Hyunbin. Otot-otot kakinya terasa sakit dan untuk sejenak Jennie merasa ingin menyerah tetapi pada saat itu, ia melihat sebuah jalan keluar—cakrawala tanah bertemu dengan langit. Ombak pantai itu terlihat sangat lembut. Anginnya juga tidak kencang, tapi terasa dingin.

Bukankah seharusnya ada hutan?

Jennie melangkah keluar dari lorong berbata dan kembali menoleh ke belakang. Kastil tak lagi terlihat. Rasa takutnya kembali muncul dan Jennie mulai menyesali keputusannya.

Ia tersesat tanpa tahu jalan kembali. Napasnya tertahan di tenggorokan saat kakinya membawa ia melangkah di atas pasir.

Di sebelah kirinya, Jennie menemukan pohon-pohon besar dan semak-semak. Itu adalah hutan. Walaupun butuh beberapa menit baginya untuk mencapai hutan, Jennie tetap melanjutkan langkahnya.

Setiap kali seseorang diusir dari kastil, mereka akan dibawa ke hutan terlarang dan dibebaskan seperti seekor tikus—kastil memberikan kesempatan untuk mereka menyelamatkan nyawanya sendiri.

Ketika Hyunbin menyebutkan bahwa ada lorong menuju hutan, Jennie mulai meneliti arti hutan itu—rupanya, hutan yang dimaksud adalah hutan terlarang tempat para penyihir dan serigala diusir.

"Akan kupastikan jalang itu mati."

Jennie bisa mendengar suara samar milik Irene.

"Aku tidak percaya bahwa dia seorang penyihir. Kita seharusnya tidak menyerangnya, Irene. Lihatlah kita sekarang!" seru Mingyu sambil menendang kerikil di depannya.

Jennie melihat Irene hendak membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu tapi segera tertutup kala ia melihat sekeliling dengan waspada.

"Seseorang disini." dia mencengkeram tangan Mingyu takut.

Jennie berdiri di kejauhan ketika ia ingin mendengar sedikit lebih banyak mengenai percakapan mereka sebelum akhirnya mengakhiri kehidupan mereka.

"Irene, ini adalah hutan terlarang, tidak ada yang datang kesini kecuali serigala." bantah Mingyu sambil melepaskan genggaman Irene dari tangannya.

"Dan penyihir—" balas Irene. "Jalang itu disini. Aku bisa mencium baunya."

"Kau sudah gila."

Jennie melihat Mingyu menggerutu sebelum berbalik dan pergi. Sebelum ia bisa melangkah, Jennie menjauh dari pohon dan muncul di depan mereka.

"Diusir itu mengerikan, bukan?" ejek Jennie

"Apa yang kau lakukan disini?" sarkas Irene, kembali menerjang Jennie

Jennie menggelengkan kepalanya dan mendorong Irene dengan mudah "Aku tidak berpikir kau bisa melakukan kekerasan padaku."

"Aku akan membunuhmu. Dan semua orang akan tahu bahwa kau seorang penyihir, dan kau tahu? Taehyung akan meninggalkanmu. Dia tidak suka makhluk lain selain serigala, apalagi penyihir. Dia akan membencimu karena berbohong padanya."

"Ereciego Demonium!"

Mantra terlarang yang ditakuti semua penyihir dengan mulusnya keluar dari bibir Jennie. Dalam hitungan detik, Irene tergeletak tak bernyawa di tanah dengan mata yang masih terbuka lebar.

Mingyu berteriak dan bersimpuh di sebelah tubuh Irene sambil mengguncang tubuh rekannya itu.

"Apa yang kau lakukan? Dia mati, Jane!" serunya menatap Jennie tajam.

Kegelapan dalam tubuh Jennie telah menggerogoti dan menghancurkan sifat kemanusiaannya.

"Dia pantas mati." bisiknya kejam.

"Kau sudah gila!" Mingyu berdiri dan mulai melarikan diri. Dia berubah menjadi serigala dan menghilang sebelum Jennie bisa membunuhnya.

Butuh beberapa saat sebelum Jennie bisa mengendalikan kemarahannya. Beberapa menit berlalu dan nalurinya kembali, mendudukkan tubuhnya ditanah, Jennie mencoba untuk mengguncang tubuh tak bernyawa Irene. Air matanya seketika keluar ketika ia menyadari apa yang telah ia lakukan.

Apa yang telah kulakukan? Aku membunuh seseorang, aku membunuh Irene. Bukan aku, aku tidak membunuhnya— Jennie terus mengulang kalimat itu dikepalanya.

"Ayo bangun! Tolong, bangun!" Jennie menangis sambil mengguncang tubuh Irene. Mata wanita itu terbuka lebar tapi ia tak merespon.

"Tidak! dia akan membunuhku. Taehyung akan membenciku, bangunlah!" teriak Jennie. Ada begitu banyak rasa sakit, penyesalan, dan kejahatan di dalam dirinya sehingga ia ingin mencakar dirinya dengan tangannya sendiri.

Sudah tak terhitung berapa mantra yang keluar dari mulutnya, dan tak satu pun dari mereka yang berfungsi untuk kembali menghidupkan Irene.

Ketika awan mulai mencurahkan air matanya, Jennie dengan perlahan menyeret tubuh Irene ke dalam hutan dan mulai menggali tanah. Irene harus dikubur—pikirnya.

Mingyu masih hidup, dan tidak akan butuh waktu lama baginya untuk menemui Taehyung dan mengungkapkan segalanya.

Malam itu, Jennie merasa seperti mengubur dirinya sendiri—kepolosannya.

☜☆☞

Équitation The AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang