Disclaimer: Kishimoto
Mood: Fatwa Hati by Letto
.
.
.Sebuah cerita di balik dinding kokoh...
Aku berenang secepat mungkin. Perjalanan ini begitu luar biasa panjang dan melelahkan, tapi aku tetap harus semangat. Aku harus sampai ke tempat itu dan menjadi pemenang...
Aku yakin, jumlah kami begitu banyak. Kulihat kanan kiri. Ada yang bingung tak tahu arah, tapi mereka juga tetap berjuang, sepertiku... Ada juga yang gugur -aku tak mau melihatnya-
Aku berpaling dan terus berenang menyusuri lorong nyaman...
Sebuah pintu terbuka lebar, menandakan bahwa hari ini adalah waktu yang tepat... Calon ibu kami tengah berada pada masanya.
Begitu beruntungnya kami. Kesempatan semakin besar, tinggal usahaku saja agar sampai ke tempat itu dengan selamat...
Aku masih terus melihatnya. Sejauh ini, banyak dari teman seperjuanganku yang berguguran karena terperangkap. Tempat ini begitu nyaman, namun luas dan penuh dengan jebakan...
Aku terus berenang, tempat itu semakin dekat. Sekecil apapun celahnya pasti akan kulalui. Aku harus yakin bahwa aku bisa berhasil...
Aku berhasil menembusnya. Sepertinya aku yang pertama kali sampai ke tempat ini dengan cepat dan selamat. Tak akan kusia-siakan kesempatan ini. Perjuanganku sebentar lagi selesai, menanti perjuangan baru setelah ini...
Maafkan aku, kawan-kawanku... Kompetisi ini akan segera berakhir. Doakan aku agar segera melihat dunia yang selama ini kuimpikan...
.
Penggabungan dua kromosom, kalau tidak salah begitu penyebutannya secara biologis. Milik kedua orang tuaku. Sebuah momen dimana kode genetik unik akan terbentuk, menentukan karakteristik untukku kelak...
Haaah.... Tinggal menunggu rumus alam menyelesaikan tugasnya...
Setelah ini, aku akan memiliki nama baru...
Perkenalkan, namaku.... Zigot...
Dan seterusnya selama sembilan bulan, dengan sebutan yang berubah-ubah hingga aku menjadi bayi kecil yang semoga saja menjadi dambaan kedua orang tuaku. Aku akan berjuang di balik dinding kokoh ini... Doakan aku...
.
Bulan pertama...
Mama, perkenalkan... Aku adalah calon anakmu.
Aku sangat bangga, semua organ di tubuhku sudah mulai lengkap, walau belum sempurna sepenuhnya.
Ma... Aku hidup... Walau kau masih belum menyadari eksistensiku di dalam dirimu...
Tapi tak apa, aku terlalu nyaman dengan nina bobo suara jantungmu. Suara lembutmu itulah yang paling merdu. Hal itu saja sudah membuatku bahagia...