Goodbye

1.2K 181 61
                                    

Disclaimer: the story is mine, characters belong to Kishimoto.

🎶Rush over me🎶

.
.
.

Flashback

Beruntung bagi Sasuke dan Fugaku, karena mereka dapat keluar dari mobil yang mereka naiki. Walau nasib mereka sekarang ditentukan oleh kuat atau tidaknya cabang pohon yang mereka gelantungi.

Salah satu tangan Fugaku memegang erat cabang pohon yang mungkin akan segera patah karena tak mampu menahan berat dua orang. Satu tangan lagi memegang tangan Sasuke agar tak terjatuh.

Dari atas Fugaku dapat melihat mobilnya berguling liar terjatuh dalam, meledak ketika sudah sampai dasar. Menyadari bahwa Karin dan supir pribadinya masih berada di dalam sana, Fugaku memejamkan mata. Untung saja ia sempat menarik Sasuke keluar.

"Sasuke, bangun. Bangun nak!"

Sasuke tak sadarkan diri. Jujur saja tangan Fugaku sudah tak kuat untuk bertahan, ditambah cabang pohon rapuh yang digelantunginya memberi tanda bahwa benda itu tak mampu menopang berat keduanya.

Samar-samar Sasuke membuka matanya. Lupa-lupa ingat tentang kejadian yang baru ia alami, dan akhirnya tersadar juga ketika melihat kobaran api di bawah sana. Ia juga menyadari bahwa Fugaku berada di atasnya, bersusah payah memegangi tangannya erat.

"Lepaskan aku," ucap Sasuke putus asa. Kentara dengan nada tak peduli akan hidup matinya.

"Tidak akan."

"Ayah bisa mati jika tak melepasku sekarang."

"Bantuan akan segera datang, kau hanya perlu bertahan. Ayah tak akan membiarkamu mati-"

"Aku sudah mati! Aku sudah mati sejak ayah memisahkanku dari orang-orang yang kucintai!"

Fugaku bungkam. Ia memang menyadari apa yang Sasuke rasakan. Namun baru kali ini ia mendengar Sasuke berucap tersirat dengan sangat jelas, bahwa dirinya sebagai ayah tak lebih penting.

Memisahkan Sasuke dari orang-orang yang dicintainya...

Apa dirinya tak penting bagi putranya sendiri?

Apa sejauh itu sikap keterlaluan Fugaku terhadap Sasuke, sehingga putranya sendiri memilih untuk mati?

"Lepaskan aku."

"Tidak akan pernah."

"Ayah akan mati bersamaku jika tetap keras kepala."

"Biarkan saja."

Memang benar. Jika mati lebih baik untuk mempertahankan harga diri, kenapa tidak?

CTAK!

Cabang pohon tempat mereka bergelantung sepertinya tak akan bertahan lama. Keduanya menyadari. Mungkin waktu mereka tak akan lama lagi.

"Bertahanlah nak!"

Fugaku mulai panik. Ia sangat takut, takut kehilangan Sasuke. Jurang perpisahan berada di depan mata. Jujur saja ia tak siap. Tak siap untuk semuanya, tak siap untuk kehilangan lagi.

"Tidak."

"Aku tak akan kehilanganmu. Tidak akan pernah!"

Fugaku mulai gelisah. Ia benci mengakui bahwa Sasuke sudah tak memiliki daya juang. Ia benci mengakui bahwa apa yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan selama ini. Menekan Sasuke sampai di ujung batas, mendorongnya menuju keputusasaan.

HislerimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang