Sacrifice

1K 161 65
                                    

Disclaimer: Karakter pinjaman dari Kishimoto. Semua yang tertulis hanya fantasi liar semata.

Mood: There was no love left in me by Owsey

.
.
.

Hinata sadar ia terbangun sendiri. Sisi tempat tidur di sebelahnya sudah terasa dingin. Padahal ia tertidur sebentar saja. Mungkin suaminya sedang menemani Kenia. Hinata segera mengenakan pakainnya, kemudian menyusul mereka.

Hinata masih mengingat kegiatan mereka semalam. Baru kali ini, Hinata benar-benar merasakan bahwa dirinya seperti didominasi, diinginkan, bahwa ia satu-satunya yang diinginkan oleh Sasuke. Lembut, Sasuke memperlaukannya dengan sangat lembut. Minim kata dan banjir oleh tindakan yang tak terdefinisi.

Tapi...

Justru itulah yang Hinata takutkan. Perasaannya berkata lain. Seluruh tindakan Sasuke semalam mulai dari balkon hingga ia tertidur malah membuat kengiluan semakin berlanjut. Bahwa Hinata semakin merasakan ketidakpastian.

Ah, nanti saja ia bergulat dengan pemikiran negatifnya sendiri. Sasuke juga belum mengkonfirmasi apapun. Jadi, mungkin saja pemikirannya tidak valid.

"Positif, Hinata... Positif! Kau bisa. Sasuke memang bersikap aneh, ia hanya tak ingin kau khawatir. Ia sedang berjuang dengan caranya sendiri. Kau hanya perlu percaya padanya," ucapnya berulang kali dalam hati.

Dilihatnya Kenia masih tertidur. Kondisi masih sama seperti kemarin, masih belum terdapat perubahan signifikan. Sampai tiba saatnya beberapa perawat dan seorang dokter memasuki ruangan dan memeriksa keadaan Kenia.

Masih stabil, kata mereka. Masih dengan aura ketidakpastian, Hinata tak suka ini semua. Ia menyadari bahwa terdapat suatu hal yang tak baik-baik saja. Dokter hanya berpesan  kepada penunggu untuk melaporkan keadaan pasien jika dirasa terdapat hal mengkhawatirkan.

Seluruh petugas medis terdiam, hanya Hinata saja yang selalu dibuat bertanya-tanya. Nanti saja, ketika Sasuke kembali maka ia akan bertanya perihal kondisi putri mereka. Sasuke pasti lebih paham, mengingat suaminya juga merupakan petugas medis.

Ngomong-ngomong tentang Sasuke. Hinata masih bertanya-tanya, ke mana perginya sang suami? Sungguh, hanya memikirkan ini saja membuatnya cemas. Tapi hati menyuruhnya untuk lebih tenang, walau kadang otak sering berkhianat untuk berpikir macam-macam.

Ya, mungkin seperti saat biasa mereka menjaga Kenia di rumah sakit. Pada pagi hari Sasuke selalu mengantri di kantin untuk membelikan makanan favoritnya.

Namun semakin lama, kejanggalan demi kejanggalan muncul. Hinata baru menyadari bahwa tak ada satu barang pun yang ditinggalkan Sasuke. Tak ada notifikasi pesan masuk dari suaminya. Dihubungi pun juga tak bisa. Terlalu siang pula jika Sasuke mencari sarapan. Mengapa Sasuke meninggalkan mereka lama sekali?

Kembali, otak berkhianat. Hinata merasa tak tenang dengan pikiran negatif berkecamuk.

"Papamu tak kunjung kembali. Mungkin papa terjebak antrian seperti biasa," ucapnya lagi. Kejadian ini sering terjadi saat mereka menunggu Kenia. "Padahal mama tak dibelikan cinnamon roll pun tak apa.." ucapnya, menghibur diri, berusaha menepis segala kekhawatiran.

Percakapan satu arah, tak direspon Kenia sama sekali. Anak itu masih terlelap. Satu kecupan ia berikan untuk Kenia di atas dahi. Hinata memastikan bahwa putrinya masih bernapas. Sebuah kelegaan datang ketika tangan Kenia sedikit bergerak.

.
.
.

Ingin mencari keberadaan Sasuke, namun ia tak tega meninggalkan Kenia. Bisa dibilang tingkat kekhawatirannya meningkat oleh ketidakpastian. Karena sudah sangat lama Sasuke meninggalkan mereka tanpa pesan. Hanya sesekali memainkan ponselnya, barangkali terdapat berita menarik.

HislerimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang