Lucky Day

1.4K 181 21
                                    

Disclaimer: Kishimoto

Mood: Waiting by Caslow ft Kaylie Foster

.
.
.

Hari-harinya banyak dihabiskan untuk melamun dan tidur. Gairah untuk belajar semakin memudar, padahal ujian kenaikan kelas kian mendekat. Semakin kesepian hatinya. Tidur hanya dengan memeluk pakaian Sasuke yang tertinggal sedikit dapat mengobati kegundahan. Aroma khas lelaki itu masih tertinggal, candu Hinata saat ini ketika ia tak tahu harus berbuat apa lagi.

Ia tak menyangka, permainan pacar-pacaran atau bahkan rumah-rumahan ternyata membawanya hingga level bucin. Suatu hal yang tak pernah ia alami sebelumnya ketika dulu berpacaran dengan orang lain.

Pacar? Oh iya, Hinata dan Sasuke bahkan tak memiliki hubungan apapun. Hanya sekedar simbiosis mutualisme belaka. Ada sedikit rasa bahwa hatinya enggan menerima itu semua. Hinata menyadari bahwa ia sudah jatuh terlalu dalam, melampaui dalamnya palung samudera. Komitmen awal untuk membatasi letupan perasaan memang tak semudah itu. Ia mengingkari janji dengan dirinya sendiri. Korbannya adalah hati yang dari awal sudah terlalu rapuh.

Kadang Hinata menertawakan dirinya sendiri. Kenapa dia bisa menjadi sangat melankolis begini? Bukan salah Sasuke. Hanya dirinya saja yang berharap lebih.

Memoles diri untuk selfie seperti biasanya pun tidak. Hobinya yang satu itu kian tak diminati kembali, termasuk membuat video. Rasa percaya diri semakin terkikis, merasa tak berarti. Hanya karena tak dianggap berharga oleh satu orang manusia.

Mencorat-coret kertas menjadi kebiasaan barunya, selain melamun. Paling tidak sedikit produktif. Garis-garis tinta spidol berubah menjadi karya doodle art sederhana. Tetap saja, hal itu tak mampu mengobati kegalauan hatinya.

Semakin hari Hinata semakin murung, auranya memudar. Mungkin hanya beberapa orang yang menyadarinya, termasuk Kakashi-sensei. Guru itu hanya diam, menduga-duga apa yang terjadi dengan anak didiknya. Sangat kentara, karena Hinata duduk di depan dan tak dapat fokus pada pelajaran. Laporan bulanan proyek pun sudah tak dikerjakan lagi. Tidak Hinata ataupun Sasuke mengerjakannya.

Kakashi terlalu peka hanya untuk memberi teguran untuk mereka, tak seperti saat awal tahun. Kali ini berbeda, kedua anak itu sedang dalam permasalahan serius. Maka dari itu, Kakashi lebih memilih opsi untuk tidak ikut campur kali ini.

.
.
.

Hinata berjalan menuju atap sekolah. Ia butuh suasana tenang. Sepertinya hanya di tempat itu dia dapat menyendiri. Masih melangkahkan kaki sembari menunduk menuju ke sebuah bangku.

Bruk!

Sudah ke sekian kalinya Hinata berjalan menubruk seseorang akhir-akhir ini. Kehilangan fokus karena pikiran kosong. Tapi di tempat sepi ini?

"Hati-hati," ujar orang itu.

Hinata familiar dengan suaranya. Seseorang yang belum pernah ia kenal sebelumnya, maka dari itu ia memberanikan diri untuk menengadahkan kepala.

"Se-senpai, gomen," ucapnya lirih.

Sabaku Gaara berdiri tepat di depannya. Raut wajah tak beda jauh dengannya, terlihat tak bahagia. Namun sepertinya lelaki itu mampu melewatinya, walau sedang dalam proses.

"Tidak, seharusnya aku yang meminta maaf. Aku belum meminta maaf secara resmi kepadamu terkait kejadian tempo lalu," ucapnya tulus.

HislerimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang