-
Park sunghoon-- pria itu mengerang frustasi untuk kesekian kali sementara sahabatnya terlihat tak keberatan dan hanya fokus pada makanan didepannya. Ia kelaparan sangat kelaparan-- biasanya ia akan merecoki pria Jay untuk menemani nya makan, tapi karena hubungan mereka berakhir maka tak ada pilihan lain selain merecoki sahabatnya.
"Babi sialan-- cepat habiskan piring ketigamu itu dan jangan coba-coba untuk memesan lagi! Demi Tuhan aku harus merelakan jam tidurku hanya untuk melihatmu makan seperti orang kerasukan"
Sunoo mendecih-- meski sebenarnya ia tau istirahat dan tidur siang itu tak begitu berharga untuk pria Park itu, karena alasan Sunghoon sebenarnya hanya tak ingin dirinya sakit perut. Tapi beginilah Sunoo yang tengah patah hati. Dia baru saja tak sengaja mencuri dengar mantan kekasihnya disebut akan pergi ke sebuah cafe yang baru saja buka bersama sahabat tersayangnya.
Dan lagi-lagi ia kembali menilik kebelakang, bagaimana dulu ia harus memohon seperti pengemis jika ingin berkencan dengan pria Jay itu. Tapi mendengar obrolan sepasang sahabat itu membuat sunoo sakit hati-- ia mendengar dengan jelas bagaimana Jay mengiyakan ajakan itu dalam sekali ajak-- tanpa harus bersusah payah seperti dirinya.
Sunoo kembali merutuki kebodohan nya, merutuki dirinya yang begitu buta karena cinta sepihaknya itu. Dan itu menyedihkan.
.
.
.
Bertemu setelah hampir satu bulan putus bukan hal yang diharapkan Sunoo-- bahkan meski sudah sebulan terlewati melihat Jay dari jarak sedekat ini masih membuat dadanya membuncah, dan dia benci perasaan itu.
"Sunoo" Sunoo tersenyum
"Jay Hyung" sapanya balik, lalu secara tiba-tiba menggeser posisinya.
"Jay Hyung bisa memesan duluan"
"Tidak kamu yang duluan disini, jadi sebaiknya kamu memesan terlebih dahulu"
"Tidak masalah Hyung, sebenarnya aku juga masih bingung ingin makan apa-- aku juga sedang menunggu Sunghoon Hyung barang kali dia bisa memutuskan apa yang harus kami makan"
Jay mengangguk, sudah tentu terlihat begitu canggung.
Dia mengenal pria yang baru saja disebutkan namanya oleh mantan kekasihnya tersebut. Karena dia satu-satunya pria yang akan selalu Sunoo sebut namanya saat mereka mengobrol. Mungkin lebih tepatnya ketika pria itu kehabisan topik untuk ia ceritakan pada Jay yang selalu tak acuh padanya waktu itu.
"Sunoo!" Pria Jay itu ikut menoleh sesaat nama mantan kekasihnya diteriakan cukup keras-- lalu melihat pria jangkung itu berjalan menghampiri mereka, lebih tepatnya mantan kekasihnya. Lalu merangkul bahu itu dan menjatuhkan dagunya pada yang lebih pendek.
"Ahh-- aku lapar sekali, dosen itu benar-benar menyebalkan-- aku rasanya hampir kehilangan fungsi dengarku" ucapnya menggerutu, sedang Sunoo tergelak mendengar gerutuan itu.
"Kamu benar-benar harus menghilangkan tabiat burukmu Hyung atau kamu harus kembali mengulang semua kelasnya"
Si jangkung hanya mengulas senyum, lalu menggusak kepala yang lebih pendek darinya.
"Apa ini-- kamu bahkan tidak lebih baik dariku"
"Eyyy-- setidaknya aku tidak menggerutu sepertimu"
"Pesanannya tuan"
Jay mengerjap lalu membayar makanan nya, dan berlalu dari sana dengan nampan makanannya.
Sedang dua orang yang baru saja dibelakangnya kini ribut memutuskan apa yang harus keduanya makan untuk makan siang
"Bukankah itu Jay?" Sunghoon menyuarakan tanya setelah dirasa pria kedokteran itu sudah jauh dan mungkin gak bisa mendengar obrolan mereka.
Sunoo yang baru selesai memesan itu menatap sahabatnya lalu mengangguk seadanya.
"Kamu baik-baik saja?"
"Ada apa dengan pertanyaanmu-- memangnya aku harus kenapa?"
"Karena dia mantan kekasihmu, dan kamu masih menyukainya"
"Aku tidak!"
"Belajarlah berbohong lain kali" Sunoo hanya memutar bola matanya.