25

2.9K 221 35
                                    



-

Hening.

Ada rasa sakit tak kasat mata yang tepat menusuk kinerja jantungnya. Tawa hambar dan perasaan paling memuakan. Pengabaian. Pengasingan.

Pada awalnya Jay berharap yang semalam itu hanyalah sebuah mimpi belaka. Tetapi saat tangannya menyentuh ponselnya yang sepi tanpa boom chat dari Sunoo seperti kebiasaan pria itu, membuat Jay semakin kesal, benci akan realita yang ada.

Bahkan pada Minggu awal setiap Jadwal yang dimiliki pria imut itu, tanpa sadar Jay sudah melajukan mobilnya ke arah tempat tinggal Sunoo- kebiasaan untuk mengantar jemput pria itu, membuat Jay harus kembali menyadarkan dirinya. Menyadarkan dirinya sendiri untuk berhenti melajukan mobilnya ke tempat tinggal Sunoo.

Namun nyatanya- logika yang dimilikinya tak bisa bekerja dengan baik, rasa rindu yang menyeruak membuat Jay nyaris menyerah.

Nyaris saja memohon pada wanita yang melahirkannya untuk membawa Sunoo kembali padanya.

"Jay gak apa-apa kan?" Tanya Jungwon hanya mendapat gelengan pelan darinya. Nyaris dia tak punya semangat hidup selama hampir dua Minggu ini.

Dia merutuk- kalau saja gengsinya tidak setinggi itu, hari saat Sunoo memutuskannya ia tak akan bilang bahwa ia tak mencintai pria itu. Sebaliknya, ia akan menyatakan perasaan-nya. Meyakinkan Sunoo akan cinta yang dimilikinya untuk pria imut itu.

Malam itu harusnya ia memeluk Sunoo, memohon atau bahkan berlutut pada pria itu. Yah seharusnya begitu.

"Jay!"

"U-uh?"

"Apa yang kau lamunkan.. pertanyaan ku belum kamu jawab"

"Entahlah, Won. Aku bingung"

"Jadi kamu benar-benar putus lagi dengan Sunoo?"

Jay memandang Jungwon penuh tanya. Jungwon menghela nafas.

"Jeara berkoar di grup fakultas, aku rasa itu sudah jadi konsumsi publik beberapa hari ini. Kufikir hanya kabar burung, tapi melihatmu seperti ini. Berarti kabar itu benar kan?"

Jay menghela nafas, frustasi dan kesal pada Jeara. Kenapa perempuan itu ikut campur dalam masalah pribadinya.

Jay berdiri, membuat reflek Jungwon mencekalnya.

"Mau kemana?"

"Nemuin Jeara... Tuh cewek gak berhak umbar masalah pribadi aku dan Sunoo!"

"Jay.. jangan bertindak saat emosi seperti itu. Bagaimana pun Jeara itu perempuan, dia juga sahabatmu!"

"Tidak... Dia bukan sahabatku!"

Jungwon hanya mendesis lirih saat Jay menghempaskan tangannya keras.

Masa bodolah dengan emosi pria itu-- itu salah Jeara yang menyulut emosi Jay.

"Kuharap Jay masih membawa kewarasannya untuk tidak memukul perempuan"

~

Aura hitam menguar dari seseorang yang baru saja keluar dari mobilnya. Berjalan dengan langkah tegas dan lurus kedepan.

Mencari keberadaan Jeara.

Lalu saat matanya menemukan seseorang yang ia cari- Emosi serta merta mengambil alih.

"Jeara!"

Sikap tenang dan tegas yang dimiliki Jay seakan menghilang. Pria itu sudah tidak peduli pada image baik yang tersemat untuknya.

"Jay?!" Jeara dengan senyum menyongsong Jay, nampak-nya ia salah sangka perihal kedatangan Jay menemuinya.

Menyangka bahwa Jay menyesal dan ingin kembali padanya.

"Ada apa?" Jeara bertanya dengan nada lemah lembutnya, tangannya sudah memperbaiki rambutnya- menyelipkannya pada belakang telinga dengan anggun. "Jay ada perlu dengan Jeara?"

Jay berdecih, mencengkram tangan kiri gadis itu yang menganggur.

"Sialan! Hapus postingan memuakan itu jika kamu ingin baik-baik saja. Aku tidak mengenal gender Jeara, aku tidak peduli kamu perempuan atau laki-laki. Kalau aku ingin mematahkan tanganmu, itu akan kulakukan dengan mudah!"

"S-hh..sakit Jay!"

Jeara mendesis lirih, matanya berkaca menahan rasa sakit pada cengkraman Jay ditangannya.

"L-epas!"

"Hapus postingan itu brengsek!"

Jeara melirih, mengangguk cepat disertai isakan mengiris hati. Mereka sudah jadi pusat perhatian, semua orang menonton bagaimana sisi kejam Jay yang sungguh tidak pernah dibayangkan oleh mereka.

Jay yang mereka tahu adalah seorang pria yang dingin, tetapi tampan dan penuh kharisma. Bukan jenis pria kejam yang akan menyakiti perempuan.

Tapi apa yang dilakukan pria itu mematahkan tanggapan mereka tentang Jay.

Pria itu tidak sebaik yang mereka kira. Memang benar adanya- kau tidak pernah bisa menilai seseorang yang tidak kau kenal dengan baik.

"Tapi kenapa kamu berlaku seperti ini Jay! Bukankah aku benar? Sunoo hanya mempermainkanmu, dia tidak ada bedanya dengan pria munafik sok polos!"

"Jeara!"

"Tapi itu kebenarannya!"

"Hentikan omong kosongmu jika kamu ingin hidup baik-baik saja Jae.. tarik ucapan sialanmu tadi! Ini tidak ada hubungannya dengan dirimu. Mau aku yang mempermainkan Sunoo, mau Sunoo yang mempermainkanku atau bahkan jika ternyata aku dan Sunoo memang saling menyakiti satu sama lain-- ini tidak ada urusannya denganmu!"

Ucapan panjang lebar itu dilontarkan Jay dengan suara keras, matanya menatap tajam pada pria yang kini menjadi salah satu penonton dari kehebohan yang dibuatnya bersama Jeara.

Dia berdecih melihat seorang pria jangkung yang kini merangkul pundak Sunoo, seakan menegaskan bahwa pria imut itu adalah miliknya.

"Kamu hanya orang asing Jeara! Aku ingat sudah memutuskan hubungan pertemanan kita.. jadi jangan ikut campur, dan biarkan aku menyelesaikan masalahku sendiri!"

Tepat kalimat itu selesai, ia menyenggol pelan bahu bergetar gadis itu. Berjalan dengan langkah pasti ke arah Sunoo yang kini berdiri kaku.

Lalu saat jarak mereka semakin dekat, Jay tidak sedikitpun memalingkan pandangannya pada pria imut itu.

Tersenyum miring dalam prosesnya, sebelum akhirnya melewati tubuh itu.

Seberapa pun kami saling menyakiti- kenyataan paling tepat tidak akan bisa disembunyikan.

Ketika bibir bisa mengatakan kebohongan dan kata tajam menyayat.

Maka mata yang bisa meluruskan. Bahwa hati... Tidak bisa dibohongi.

Sunoo dan Jay adalah dua sejoli dengan kisah paling rumit yang dimiliki mereka.

Sisi egois dan gensi yang dimiliki satu sama lain... Adalah realita yang membuat hati yang tertambat satu sama lain sulit untuk menyatu.

Tidak apa jika bukan sekarang, waktu masih begitu panjang.

Dan takdir tidak pernah buta.






End.



SAY GOODBYE - JAYNOO√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang