7. Tragedi tak terduga

191 86 5
                                    

Seorang gadis sedang berada di balkon rumah nya, udara yang sangat dingin menerpa kulit putih nya, tatapan yang menerawang jauh kedepan menyiratkan kehampaan, kekosongan dan luka yang amat mendalam.

Hanya keheningan dan kesunyian yang menyelimuti raga nya. Ia memejamkan mata untuk menikmati hembusan angin. Sedikit mencoba menghilangkan sesak yang kembali menyerang tubuh nya.

Saat ia melihat ke arah jalan, matanya tak sengaja melihat sebuah keluarga kecil yang sedang bersepeda, dimana seorang gadis kecil sedang dibimbing oleh seorang ayah untuk bersepeda, mereka tampak sangat bahagia.

"Kapan aku bisa merasakan apa yang mereka rasakan?."ucap Audrey dengan suara bergetar air mata nya lolos begitu saja.

Audrey masih memandangi keluarga yang sangat bahagia itu. Tak lama hp ia bergetar, menunjukkan bahwa Letta menelpon nya.

"Iya Lett ada apa?."

"Lo udah balik? Gimana? Udah sembuh? Kapan sekolah? Lo dipilih untuk nyanyi di acara sekolah nanti."tanya Letta berturut-turut dari sebrang sana.

"Kalo nanya satu-satu ya Lett pusing gue harus jawab dari mana dulu."jawab Audrey terkekeh.

Arletta berdecak kesal. "Harusnya lo bersyukur Drey punya temen se-peduli gue."

"Iya deh iya sorry, gue udah balik Let tadi pagi, udah membaik juga, mungkin besok gue mulai sekolah."jawab Audrey.

"Hah?!! Serius lo Drey? Aduh bagus deh kalo gitu, sepi tau gak ada lo."ucap Letta antusias dari sebrang sana.

Audrey manjauhkan handpone nya dari telinga, karna suara Letta sangat kencang, "Bisa gak sih gak usah teriak-teriak? Bisa-bisa budeg gue."ketus Audrey.

"Haha..iya deh sorry, yaudah istirahat jangan lupa minum obat, jangan telat makan, dan latihan untuk acara nanti okey? Gue tutup ya telpon nya, bye-bye."dan Letta pun langsung memutuskan sambungan telpon nya sebelah pihak. Audrey berdecak kesal mengapa ia memiliki teman seperti Letta.

__Audrey__

Kini sudah mulai malam, Audrey menuruni tangga untuk makan malam bersama Kinan dan Devan. Di meja makan seperti biasanya, hanya ada Mama dan Abang nya saja. Papa? Jangan tanyakan Papa karna saar ini Audrey merasa seperti tidak mempunyai Papa.

Terdengar suara deru mesin mobil yang masuk ke dalam garasi. Audrey sudah tidak asing lagi dengan suara mesin mobil itu.

Papa masuk begitu saja dan masih menggunakan setelan kerjanya.

"Pa, makan dulu sini,"teriak Kinan dari meja makan.

Papa datang dengan wajah yang ditekuk dan pakaian yang sangat berantakan, baju kerja nya yang sangat kusut, jas nya yang dilipat asala dan sekarang bertengger manis di bahu kiri nya, dasi yang dilipat asal-asalan serta rambut yang tak tertata rapi.

"Ngapain pulang? Belum puas nyakitin mama?"sinis Audrey lalu melahap makanan nya.

"DIAM KAMU AUDREY!!"bentak Rizki sembari menggebrakkan meja makan dengan keras hingga ada beberapa piring yang retak. Audrey, Kinan dan Devan terlonjak kaget dengan reaksi Rizki yang diluar dugaan mereka. Audrey menunduk takut dan menghentikan sesi makan malamnya.

"Shhh,"desah Devan sembari meremas dada sebelah kiri nya, Audrey langsung menoleh ke shmber suara. "Napa lo?"tanya Audrey pada Devan, dan ia hanya menggeleng.

Audrey dan Devan kembali melanjutkan sesi makan malam mereka yang tertunda, walaupun sepertinya Audrey sudah tidak nafsu untuk makan.

Audrey dan Devan mendengar suara pertengkaran dari dalam kamar Rizki dan Kinan. Mereka berdua saling bertatapan lalu memutuskan untuk pergi ke kamar orang tua nya.

"Ingat anak-anak Pa!"ucap Kinan dengan suara serak. Saat Rizki akan menampar Kinan tangan nya langsung segeran dicekal oleh Devan. Rizki menyeritkan kening nya, ia bingung dengan sikap Devan yang tidak seperti biasa nya.

"APASIH MAU PAPA SEBENER NYA HAH?! BELUM PUAS JUGA BUAT MAMA NANGIS-NANGIS IYA? KALO EMANG UDAH GAK SAYANG YA LEPAS! JANGAN DISIKSA GINI!!"bentak Audrey batas kesabaran nya sudah habis, ia sudah capek mengahdapi sikap Papa nya yang seperti ini. Air mata Audrey lolos begitu saja.

Plakk..

Rizki menampar pipi Audrey kuat hungga membuat wajah cewe itu menoleh ke samping dengan bekas memerah akibat tamparan.

Audrey memejamkan mata nya saat merasakan sakit dipipi nya akibat tamparan keras dari Rizki. Audrey yakit jika bibir bawah nya terluka akibat rasa asin yang ia cecap. Cewek itu kemudian membuka mata dan menatap Rizki tajam.

Audrey tersenyum miring,"Haha, ternyata ada ya di dunia ini seorang Papa yang menyakiti anak nya sendiri,"ia menggantungkan omongan nya lalu, "Eh ralat, kamu kan buka Papa saya."ucap Audrey sembari menunjuk pada dada bidang Rizki.

Rizki semakin geram, ia mengepalkan kedua tangannya disisi celana. "BERANI KAMU SAMA PAPA AUDREY!"geram Rizki ia akan menampar Audrey tapi tangan nya sudah lebih dulu ditahan oleh Devan.

Rizki menaikkan satu alis nya, ia bingung mengapa sikap Devan jadi berubah seperti ini. Tak menunggu lama Devan langsung menarik lengan Audrey menuju lantai dua.

T B C

Di Voment atuh-!!♡

Ada Gc rd nih masi anget wkwk, join yuyuyu!!!

Link ada di bio yaa

Sampai jumpa di next chptr-!♡

Broken Home [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang