10. Mimpi?

127 74 6
                                    

Kini Devan dan Audrey masih berada si rumah sakit, mereka malam ini menginap disana untuk memastikan keadaan Kinan.

Sekarang mereka berdua sedang duduk didepan pintu ruangan ICU.

Tak lama pintu ruangan ICU terbuka, lalu keluarlah seorang Dokter, Devan dan Audrey tersentak, mereka berdua langsung menghampiri sang Dokter.

"Bagaimana keadaan Mama saya Dok? Apa sudah melewati masa kritis nya?,"tanya Audrey panik.

Dokter itu menarik nafas panjang, "Maaf kami sudah berusaha sebaik mungkin tapi tuhan berkehendak lain."ucap Dokter.

"Maksud nya Dok?,"jed sebentar, "M-mama saya me-meninggal Dok? Gak mungkin pasti Dokter salah kan? Pasti Dokter bercanda haha Mama saya orang yang kuat Dok gak mungkin! Gak mungkin!."ucap Audrey dengan nafas yang tak teratur, Devan langsung merangkul pundak Audrey untuk menenangkan nya.

"Kami sudah berusaha dengan berbagai macam cara tapi jatung beliau sangatlah lemah."jelas Dokter lagi.

"Bang pasti Dokter nya bercanda kan bang? Gak mungkin Mama ninggalin kita kan bang? Jawab bang!"ujar Audrey sudah tak berdaya ia tidak mau kehilangan orang yang sangat ia sayangi.

"Saya turut berduka, jenazah nya nanti akan kami urus, saya permisi."ucap Dokter lalu pergi.

"GAK BANG!! MAMA GAK MUNGKIN NINGGALIN AUDREY!! MAMA UDAH JANJI GAK AKAN NINGGALIN AUDREY."tangis Audrey histeris, kenapa ia harus kehilangan orang yang paling ia sayangi untuk kedua kalinya.

"Bang jawab bang kenapa diem aja hiks.."

"Kenapa orang yang Audrey sayang semua nya pada pergi, pada ninggalin Audrey semua, mereka gak sayang ya bang hiks.."tangis Audrey semakin jadi.

"Silahkan jika ingin melihat jenazah nya."ucap perawat pada Devan dan Audrey.

Lalu Devan merangkul Audrey dan mengikuti jejak perawat untuk menuju kamar jenazah. Setelah diberitahu dimana letaknya Devan dan Audrey mengahmpiri jenazah Kinan.

Audrey memajukan tangan nya perlahan untuk membuka kain kavan yang menutupi muka Kinan, saat kain kavan terbuka terlihatlah muka Kinan yang sangat pucat, dengan cepat Audrey memeluk tubuh Kinan, ia peluk seerat mungkin.

Audrey kembali menangis didalam pelukkan Kinan, "Ma b-bangun ma, mama lagi tidur kan? Gak usah bercanda ma.."lirih Audrey sembari menggoyahkan badan Kinan.

"MA! BANGUN MA!! MAMA!!."

"Drey, bangun lo kenapa Drey??."ucap Devan panik seraya menepuk-nepuk lembut pipi Audrey agar sadar.

Saat sadar Audrey tersentak ia langsung memeluk erat tubuh Devan.

"B-bang mama pergi,"ucap Audrey dengan suara serak.

"Pergi kemana? Lo ngimpi? Mama masih ada didalam, mama lagi berjuang didalam sana Drey."ucap Devan lembut agar Audrey sedikit tenang.

Audrey menonggak menatap mata manik milik Devan, "Mama masih ada? Gak pergi kan bang? Berati tadi Audrey cuman mimpi?,"tanya Audrey seraya mengusap air matanya.

Devan hanya mengangguk sebagai jawaban 'iya'.

"Syukur deh kalo cuman mimpi. Tadi Audrey mimpi Mama ninggalin Audrey untuk selama nya bang, itu bener-bener kayak nyata banget."ucap Audrey.

Devan terkekeh sembari menggeleng-geleng.

"Ih kok malah ketawa sih? Orang beneran kok, dahlah males gue sama lo."ucap Audrey melepaskan pelukkan nya.

Tadi memanggil Devan dengan embel-embel 'bang' sekarang sudah berubah lagi menjadi lo dan gue. Devan bingung pada sikap Audrey yang menggemaskan ini.

Mereka kembali duduk jauh-jauhan lagi, tidak ada yang membuka suara diantara mereka berdua.

"Dengan keluarga Kinan."teriak perawat dari ambang pintu ICU.

Audrey dan Devan segera berdiri mengampiri perawat.

"Kami berdua Sus."ucap Devan.

"Nyonya Kinan sudah melewati masa kritis nya, jantung nya sudah kembali normal tetapi beliau belum sadar mungkin tidak lama lagi beliau akan sadar."ucap perawat itu ramah.

"Beneran Sus? Apa boleh saya masuk?."tanya Audrey pada Perawat, ia sudah tiadak tahan untuk menemui Mama kesayangan nya.

"Boleh tapi hanya satu orang dan jangan berisik karna beliau baru saja melewati masa kritis nya."jelas perawat.

Dan Audrey mengangguk antusias.

"Gue mau masuk dulu."pamit Audrey pada Devan, dan sang empu hanya mengagguk.

Setelah Audrey masuk ia menggegam tangan Kinan yang sedang diinfus, ia mencium lembut kening nya, mengusap lembut pipi milik Kinan.

"Ma...cepat-cepat s-sadar ya Mama kan orang yang kuat, Audrey sayang Mama."ucap Audrey, ia kembali meneteskan air matanya.

Lalu air mata Audrey menetas pada tangan punggung Kinan. Tak lama dari itu jari Kinan mulai bergerak perlahan, matanya pun mulai terbuka sedikit demi sedikit.

"Maa? Mama udah sadar? Biar Audrey panggilin Dokter ya ma?."ucap Audrey.

Dengan cepat Kinan menggeleng, badan nya masih sangat lemas, dengan cepat Audrey kembali memeluk Kinan dan dibalas pelukkan nya oleh Kinan.

"Mama harus sehat, mama harus kuat, mama jangan tinggalin Audrey ya ma."lirih Audrey.

Kinan hanya mengganguk karna ia masih lemas untuk berbicara saja belum sanggup.





Wahh aku back lagii..

Tenang cuman mimpi wkwk

Jangan lupa Follow

Vote jika suka

Komen bila ada typo hehe

Jangan kemana"ya karna nanti bakal seru bangett deh bisa nguras air mata wkwk

Yaudah segitu aja semoga kalian suka!

Tinggalkan secuil jejak anda:)


                           -see u next chapter-!♡

Broken Home [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang