8. Devan yang berubah

145 81 16
                                    

Audrey menyeritkan satu alis nya ia bingung apa yang akan dilakukan Devan.

Setelah di lantai dua, Devan mendudukan Audrey ditepi ranjang setelah itu ia berlari keluar dari kamar Audrey.

Tak lama Devan kembali masuk dengan membawa kotak P3K.

Hening, hanya ada suara pergerakan tangan Devan yang mengambil obat dalam kotak itu.

Ia mengambil 1 buah kapas, dan sebotol kecil obat merah. Ia teteska sedikit obat merah itu pada kapas, lali pada saat ia akan cecap ke sudut bibir Audrey, lengan nya langsung ditepis kasar oleh Audrey.

"Mau ngapain lo hm? Gak usah sok.peduli.sama.gue!"ketus Audrey dengan menekankan setiap kalimat yang ia ucapkan.

Devan tak menghiraukan apa yang di omongkan oleh Audrey tadi, tangan yang sebelah kiri ia gunakan untuk menahan kedua tangan Audrey agar tidak memberontak, pada akhirnya Audrey hanya pasrah.

Devan segera mengobati luka Audrey yang berada di sudut bibir, ia cecap dengan kapas secara perlahan dan telaten.

Setelah selesai ia melepaskan kedua tangan Audrey, dan memasukkan kembali obat-obat itu kedalam kotak P3K.

Audrey mendengus kesal.

"Hidup gue gak akan lama lagi, sebelum terlambat gue mau merubah semuanya."ucap Devan sembari menutup pintu kamar Audrey.

"H-hah? Gak jelas tuh orang."gumam Audrey.

Setelah Devan sudah keluar dari kamar Audrey, ia membaringkan tubuh nya di kasur king size nya itu.

Ia menatap langit-langit atap kamar nya, tiba-tiba.

Hati Audrey seakan teremas hingga membuat dadanya terasa sesak. Oksigen di sekitarnya seakan menguap, membuatnya kesulitan hanya untuk sekedar menarik nafas.

Ada rasa sesak yang begitu menggelegak, mengempitkan paru-paru Audrey sehingga napasnya mulai terengah.  Membuat mata nya terasa panas, bibirnya mendesis, berusaha menetalisir rasa sakit yang kian menjadi-jadi.

Flashback on.

"Ayah-ayah ade mau itu,"pekik Audrey sembari menunjuk boneka yang ia inginkan.

"Ade mau ini hm?."ucap Ayah seraya mengangkat Audrey kedalam dekapan nya.

"Iya ade mau ini, ini, ini, sama yang itu."ucap Audrey merengek bak anak kecil.

"Apapun yang kamu mau sayang, akan ayah belikan,"jawab Ayah dengan mengecup kening Audrey.

"Benelan ya, yahh?"ucap Audrey antusias, ia langsung mencium seluruh muka ayah nya yang sangat ia sayangi.

Flashback of.

Audrey tersenyum getir, kenangan itu tidak akan pernah bisa ia lupakan, dulu dimana ayahnya selalu memanjai nya, menuruti apa yang Audrey inginkan, tidak pernah sekalipun Audrey dimarahi oleh ayahnya.

Ia saat ini benar-benar rapuh, ia kehilangan sosok sang pahlawan, yang selalu menjaga nya, tidak suka jika melihat Audrey menangis.

Tapi sekarang mengapa ia bisa mempunyai seorang Papa yang sifat nya seperti iblis.

                              ***

Kini sudah pagi Audrey sudah bangun sejak 10 menit yang lalu, ia bersiap-siap untuk pergi ke sekolah seperti biasa.

Setelah selesai semua nya ia menuruni anak tangga menuju meja makan, disana seperti biasa sudah ada Kinan dan Devan.

"Morning sayang."ucap Kinan lembut pada Audrey.

"Morning juga Ma,"jawab Audrey dengan tersenyum manis.

Kinan membuatkan susu dan roti tawar untuk sarapan kedua anak nya ini, mereka pun makan dengan tenang. Setelah menyelesaikan sarapan mereka masing-masing ia menyalimi tangan punggung Kinan.

"Oh iya nak kamu naik taxi online aja ya, soal nya sopir kita lagi pulang kampung,"ucap Kinan pada Audrey. Mengapa ia tidak meminta Devan untuk mengantarkan Audrey ke sekolah? Karna pasti jawaban Devan tidak mau, sedangkan mereka satu sekolah.

"Oh iya ma gk apa-apa biar aku naik tax-"ucapan Audrey terpotong.

"Gak usah. Biar lo bareng gue,"ucap Devan datar.

Kinan dan Audrey saling menatap mereka tertegun mendengar perkataan Devan tadi. Biasa nya ia adalah orang yang gengsi dan egois nya yang amat besar, tapi mengapa ia sekarang menjadi berubah drastis?.

"Gak-gak nanti lo malah celakain gue lagi."ucap Audrey, karna ia tahu sekali bagaimana sifat abang tiri nya ini.

"Hussh kalo ngomong"ucap Kinan seraya menatap tajam pada Audrey.

Devan memutar bola matanya malas, ia langsung berjalan menuju garasi.

Audrey mendengus kesal ia cepat-cepat menyalimi punggung tangan Kinan, setelah itu ia tergesa-gesa berlari menuju Devan.

"Woi lo ngajajak gua bareng tapi malah ninggalin, dasar bodoh."dengus Audrey pada Devan.

Devan menoleh pada sumber suara, ia hanya menatap Audrey datar. Tanpa basa-basi ia langsung memberikan helm pada Audrey.

Audrey menghentak-hentakkan kaki nya, mengapa ia mempunyai abng tiri seperti ini. Audrey menerima helm pemberian dari Devan dan segera ia pakai.

Mereka membelah jalanan yang sudah mulai ramai waktu jarak tempuh dari rumah ke sekolah hanya membutuhkan waktu 45 menit.

Setelah itu mereka berdua sudah sampai di parkiran sekolah Audrey segera turun dari motor Devan. Ia berusaha melepaskan helm nya tapi mengapa tidak bisa.

"Ck susah banget sih."dengus Audrey sembari berusaha melepaskan helm nya.

Devan menatap Audrey datar dengan tangan yang berada di kedua saku celana nya. "Gitu aja gak bisa."ujar Devan seraya mendekati Audrey dan melepaskan helm nya.

"Ye helm lo nya aja yang murahan."

"Bukan murahan tapi helm ini cuman gue yang punya di dunia."jawab Devan sinis.

"Terserah lo dah gua mau ke kelas dulu,"ucap Audrey meninggalkan Devan begitu saja.

                               ***

"WOY! WOY! WOY! Mana-mana bukunya gue liat dong! Berbagi itu indah."semua murid kelas XI IPS-1 heboh penyalinan pekerjaan eumah, merek sangat aneh namanya saja pekerjaan rumah tapi mengapa mereka malah mengerjakan nya di sekolah.

"Woy buruan! Keburu Pak Ujang masuk nih,"ucap salah satu murid menyebut nama guru mereka yang killer nya minta ampun.

"HAH APA-APA?! EMANG HARI INI ADA PELAJARAN PAK UJANG? GUA LIAT WOY!!"pekik Chelsea seraya memasang wajah waspada. Pak Ujang adalah guru yang beda dari yang lainnya, jika memberi hukuman tidak pernah tanggung-tanggung.

"Eh gue liat punya lo aja Drey!"ucap Letta tak kalah heboh setelah melihat Audrey masuk kedalam kelas.

"Eh iya kita kan punya Audrey! Drey pinjem buku lo dong! Nanti gue balikin deh beneran."sahut Alice seraya mengulurkan tangan meminta buku.

Audrey menatap tajam.

"Lagian lo pada susah bener sih disuruh ngerjain PR nya."ketus Audrey.

"Yee lo mah kan ngerti udah pro, lah gue? Ngerti aja nggak Drey."jawab Letta seraya memutar bola matanya malas.

Audrey hanya mendengus kesal ia langsung memberikan bukunya pada teman-temannya yang pemalas itu.







HAII AKU BACK NIH!!

AYOK DI VOTE AND COMENT!!

JANGAN LUPA FOLLOW WP AKU YA GUYS.

FOLLOW IG AKU YUK

IG: @_nnurintan

       Tinggalkan secuil jejak anda:)
  
                                -see u next chpter-!

Broken Home [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang