Bagaimana rasa nya tidak pernah dianggap oleh seorang ayah? Apakah kalian pernah meraskan apa yang dirasakan oleh Audrey?.
Saat ini Audrey sedang berada di rumah, ia tidak masuk sekolah karena badan kembali demam. Kini di rumah hanya ada Devan, Audrey dan Rizki.
Audrey baru saja bangun tidur ia langsung mencuci muka nya dan setelah itu ia turun kelantai bawah untuk membuat sarapan, Audrey adalah anak yang mandiri ia tidak pernah menyusahkan orang lain.
Audrey membuka kulkas dan mengambil berbagai macam sayuran dan daging, dan ia pun langsung mengolah nya untuk disajikan.
Audrey memasak sayur sop, ayam goreng, dan juga semur sapi, Audrey memang pintar memasak karena ia sering diajarkan oleh Kinan.
"Hmm wangi, pasti enak!."ucap Audrey memuji masakkan nya sembari mencium aroma makanan yang sudah tertata rapi diatas meja makan.
Lalu Audrey duduk, ia membalikkan piring yang sudah disediakan disana, pada saat ia ingin menciduk nasi Audrey mendengar suara pintu kamar terbuka dan ternyata itu Rizki.
Audrey merotasikan matanya malas, tapi bagaimana pun juga Audrey selalu sopan terhadap Rizki, ia masih menghargai Rizki sebagai Papa tirinya.
"Sini Pa makan, tadi Audrey abis masak."ucap Audrey ramah pada Rizki tanpa menatapnya.
Tanpa membalas ucapan Audrey ia langsung duduk dimeja makan. Tak lama dari itu Devan pun turun dari lantai 2 menuju meja makan.
"Sini bang kita sarapan bareng."ucap Audrey pada Devan, dan ia duduk didepan Audrey.
Lalu Audrey berniat untuk mengambilkan nasi untuk Rizki, Audrey menciduk nasi nya pada saat ingin menaruh pada piring Rizki langsung dihempas begitu saja.
"Saya punya tangan."tegas Rizki.
Mata Audrey sudah mulai memanas, rasanya ingin sekali ia menangis sekuat-kuatny, tapi Audrey berusaha untuk tegar.
Rizki, Devan, dan Audrey sudah mengambil lauk pauk masing-masing, dan mereka memakan nya dengan tenang, hanya terdengar suara perpaduan antara sendok dan piring.
"Oh iya Papa dengar kemarin kamu lomba basket juara 1 ya Dev?,"tanya Rizki pada Devan sembari memasukkan makanan nya kedalam mulut.
Hanya dibalas anggukan oleh Devan, karna ia sudah tau pasti akan membanding-bandingkan nya dengan Audrey.
"Lihat Audrey, Devan anak yang berprestasi di sekolah nya, selalu mendapatkan juara, sedangakan kamu mana? Hanya menyusahkan saja bisa nya, apa yang bisa saya banggakan dari kamu?"ucap Rizki membuat Audrey kembali meneteskan air matanya.
Benar saja, batin Devan.
"Iya Pa bener kok Abang sangat berprestasi di sekolah, selalu menang dalam lomba, sedangkan Audrey? Hanya jadi beban dan cuman bisa nyusahin."jawab Audrey dengan menekankan kata beban.
"Lo kan kemarin juara sat..."ucapan Devan terpotong karena Audrey langsung menikung ucapan Devan. "Iya bang gue tau kok lo lebih pinter dari gue, lo juga mandiri dan bisa membanggakan Papa, salut gue bang haha."ucap Audrey sambil menahan air bening yang sudah penuh di kelopak matanya untuk jatuh.
Sebenar nya Devan tahu bahwa Audrey anak berprestasi disekolah, tapi ia tidak pernah memberi tahu Rizki karna pasti Papa tirinya itu tidak akan pernah percaya.
Flashback on.
"Selamat Audrey kamu telah memenangkan Olimpiade Matematika."ucap Bu Susi pada Audrey.
"Terima kasih bu."jawab Audey seraya tersenyum.
"Oh iya Audrey Piala dan sertifikat ada di ruang guru nanti biar Ibu ambilkan."
"Eehh gak usah bu biar taruh di sekolah aja gak apa-apa."sahut Audrey cepat.
"Loh kenapa? Kamu gak mau kasih tau orang tua mu?."tanya Bu Susi.
Audrey hanya tersenyum miris seraya menggeleng.
Flashback of.
Audrey sudah sering kali memenangkan suatu perlombaan tapi ia tidak pernah memberi tahu Rizki. Karna Audrey tahu pasti Rizki tidak akan pernah percaya.
Hening.
Lalu akhirnya sesi makan mereka selesai dan Rizki kembali memasuki kamarnya dan Devan? Ia keluar ntah kemana.
Audrey membereskan piring-piring kotornya, dan membersihkan meja makan.
***
Saat ini Audrey sudah berada dikamar nya, ia menyenderkan punggung nya pada tumpukkan bantal, Audrey sedang melamun tidak tahu apa yang sedang ia pikirkan.
Lalu Audrey mengambil sebuah buku diary berwarna pink yang berada didalam nakas. Isi buku itu adalah cerita suka mau pun duka pasti ia tulis disana.
Audrey mulai membuka buku itu dan menulis disana.
Pah.. bisa gak si anggap Audrey sebagai anak kandung sendiri? Audrey sebenarnya sayang sama Papa tapi keadaan yang membuat Audrey untuk membenci Papah.
Pah Audrey ingin diberi kasih sayang oleh Papa bisa gak? Sebentar saja Pah.. tapi mungkin itu adalah hal yang mustahil dan tidak akan pernah terjadi menurut Audrey.Tulis Audrey didalam buku Diary nya, ya seperti biasa pasti ia akan meneteskan air matanya.
Audrey kembali menutup bukunya dan meletakan diatas nakas, merasa bosan didalam kamar ia pun turun ke lanatai bawah untuk menonton Televisi menghilangkan rasa jenuh nya.
Ia duduk di sofa dan memencet tombol warna merah di remote untuk menghidupkan televisi, ia mencari siaran kartun kesukaan nya yaitu Doraemon.
Ia sangat fokus sekali menonton televisi tak lupa dengan cemilan nya.
Ceklek...
Terdengar suara seseorang membuka pintu dan Audrey langsung menengok pada sumber suara ternyata Rizki yang keluar dari kamar nya sudah rapih dengan celana hitam, memakai kemeja, tak lupa juga dengan jas dan dasi nya.
Lalu Rizki pun berjalan melewati Audrey seraya membenarkan dasi nya yang kurang rapih.
"M-mau kemana Pah?."tanya Audrey memberanikan diri.
Rizki tak menoleh sedikit pun seakan-akan tidak ada siapa-siapa disekitar nya, ia pun melenggang pergi begitu saja.
"Hahaha gue? Gue setan kali ya? Haha nasib gue gini amat."ucapa Audrey seraya menunjuk pada dirinya sendiri dengan mata berkaca-kaca.
T B C
KEK NYA NGEBOSENIN YA?
JANGAN LUPA VOTE!
JANGAN LUPA COMENT!
TINGGALKAN JEJAK ANDA!
IG : @_nnurintan
IG : @wattpadtan_
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home [ON GOING]
AcakGak pernah di anggap sama keluarga? Selalu di acuhin? Kurang kasih sayang? Haha apa kabar dengan gue? Udah biasa!. Audrey Yaza Wijaya Seorang gadis yang teguh, mandiri, dan penyabar. Ia ditinggal oleh Ayah kandungnya dan saat ini Audrey tinggal bers...