09. Kebenaran yang Tak Terduga

456 64 15
                                    

Hai! Apa kabar, Thornieku sayang? Hihihi, udah lama kami tidak bertemu denganmu. Bagaimana dengan kekasihmu itu-Solar-? Apa dia sangat baik padamu sampai kamu betah di dalam sana?

Kami sudah memerhatikan dirimu sejak kemarin. Tampaknya kamu baik-baik saja, sayang. Tapi, tetap saja kamu harus kembali ke dalam dekapan para saudaramu.

Dan juga untukmu Solar. Tampaknya hatimu mulai melembut padanya. Hmm, tapi kurasa tidak. Hatimu memang sudah lembut sejak dulu, hanya saja kamu bodoh.

Kamu hanya orang baik yang dapat memberi kehidupan padanya yang hampir kehilangan makna bahagia, tetapi mencoba menjadi orang jahat hanya untuk menunjukkan kekuatan semata.

Berhenti bodoh! Gunakan otakmu itu untuk berpikir! Heh!

Oh iya! Selamat Ulang Tahun Thornie!! Hehe, kecepatan ya? Tidak masalah mengatakannya sebelum lusa bukan?

Solar, kami akan diam selama beberapa hari. Hmm.. Mungkin 3 hari? Hufftt-- kami juga masih mempertimbangkannya. Cepat atau lambat, kami akan menyerahkan Thornie pada keluarganya.

See you--

Dari Sai dan Shilda.

***

Yaya termenung di bangku taman Rumah Sakit. Ia berkali-kali menelpon Ying dan juga Gopal tentang kelanjutan kasus menghilangnya Thornie.

"Entahlah, 'Ya. Kami sudah memanggil dua detektif dan katanya mereka sudah menemukan titik terang. Tapi, sayangnya mereka masih tidak mau memberitahu kami."

Kata-kata Gopal masih melayang di kepala Yaya. Sedikit lega, namun masih terasa janggal. Apa maksudnya masih tidak mau memberitahu? Apa ada masalah yang besar jika mereka memberitahukan pada pihak polisi?

"Mereka bilang, 'Tunggulah beberapa hari dan gunakan juga otak kalian dulu!' ck! Aku jadi naik pitam dengan mereka,"

"Tunggu beberapa hari?" gumam Yaya mengingat laporan dari Ying. Entah mengapa, dada Yaya terasa sesak. Apa maksudnya beberapa hari? Ini sudah masuk sebulan kehilangan Thornie! Kenapa mereka harus menunggu lagi.

"Dokter Yaya? Kenapa termenung?" suara berat menghampirinya, membuat Yaya menoleh ke arah suara.

"Dokter Solar? Tidak ada, Dok," jawab Yaya sembari mengulas senyum tipis. "Ngomong-ngomong, Saya ingin berbincang sebentar dengan Anda. Apa boleh?" Solar mengerutkan dahinya tanda ia penasaran, lalu mengangguk menyetujui permintaan Yaya.

Yaya sedikit bergeser memberi ruang pada Solar untuk duduk tidak jauh darinya. Setelah Solar duduk, Yaya menarik napas dalam dan mulai berbicara.

"Taufan sudah cerita bahwa Anda adalah sahabat Gempa dulu, apa itu benar?"

Mendengar itu Solar tersenyum kecil, namun singkat. Kemudian ia mengangguk.

"Taufan sudah cerita tentang lika-liku persahabatan kalian. Jangan salahkan Halilintar yang membuat persahabatan kalian merenggang," ujar Yaya membuat air muka Solar berubah.

"Anda tidak tahu yang sebenarnya terja--"

"Saya tahu. Tapi, apakah Anda tahu maksud pesan terakhir Ayah Anda?"

LIVE  or  EVIL (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang