01. Tebakan Beruntung

820 89 9
                                    

Manik cokelat tua itu mulai menampakkan dirinya. Matanya ia kedipkan untuk membiasakan bias cahaya yang memasuki pupil matanya.

Sedikit asing dengan langit-langit ruangan ini yang bercat putih dengan corak bintang berwarna kuning, Thornie mulai menatap sekeliling.

Ruangan yang cukup luas, namun hanya ada sedikit barang di sini. Ia pun beralih dalam posisi duduk.

"Wah wah wah, tuan putri sudah bangun ya?" terdengar suara penculik yang duduk di kursi disudut ruangan. Ia berdiri lalu mulai mendekati Thornie.

Setelah sampai disebelah Thornie, ia duduk di tepi ranjang. Di perhatikannya wajah lesu Thornie yang masih menatapnya kosong.

"Kau akan aku tempatkan di kamar ini agar aku bisa mengawasimu," ujarnya dengan nada datar. Thornie menanggapinya dengan anggukan pelan.

"Tunggulah disini. Aku akan memberimu makan," ucapnya lagi, lalu ia beranjak pergi.

Namun, tangannya dicegat oleh Thornie, membuat ia kembali menoleh kepada sanderanya.

"Thornie belum tahu nama kakak. Thornie 'kan sudah bertanya tadi," ucap Thornie menatap langsung ke mata abu-abu miliknya.

Penculik itu sedikit membungkukkan badannya untuk melihat wajah Thornie. Diselipkannya sedikit surai hitam ke belakang telinga Thornie agar manik cokelat tua itu terlihat jelas.

Jujur saja, tatapan Thornie memang kosong, namun dari ucapannya tersirat keseriusan.

"Solar," ucapnya. Kemudian ia menyingkirkan tangannya yang dicegat Thornie dengan kasar.

Solar pergi ke dapur untuk mengambil makanan. Di ambilnya nasi dan telur dadar yang ia buat tadi sore. Lalu diambilnya segelas air dan tablet penambah darah yang baru ia beli untuk Thornie.

Solar merasa Thornie mengidap penyakit Anemia. Saat Thornie pingsan, wajahnya terlihat pucat dan kaki, serta tangannya terasa dingin. Ia juga merasakan detak jantung Thornie tidak teratur, serta napasnya yang pendek.

Ini mungkin saja hanya dugaan dan kesalahannya saja karena menyekap Thornie di gudang tanpa makanan sama sekali. Jika Thornie tidak Anemia, tidak ada salahnya Solar memberikan obat penambah darah padanya. Di usia Thornie yang masih remaja memang membutuhkan obat itu agar Hemoglobin dalam darahnya tidak menurun.

Setelah mengambil yang ia butuhkan di dapur, Solar kembali ke ruangan Thornie berada.

Solar membuka pintu kamar dengan pelan. Terlihat Thornie sedang memainkan jarinya membentuk bayangan di tembok.

"Pada suatu hari, ada kelinci yang tersesat di hutan. Lalu ia bertemu dengan serigala. WARRGGHH!!!"

Solar sedikit tertawa dengan tingkah Thornie yang kekanak-kanakan itu. Meski Thornie berumur 16 tahun, tapi perilakunya lebih seperti anak berumur 6 tahun.

"Eh Kak Solar?" ucap Thornie yang masih semringah. Ia kembali duduk di atas ranjangnya sambil memeluk bantal.

Solar terkekeh melihat Thornie dengan sikap seperti itu. Sangat lucu dan menggemaskan.

Solar menaruh piring dan segelas air di atas nakas, lalu menarik kursi menuju samping ranjang Thornie dan duduk diatasnya.

"Cepatlah makan!" pinta Solar. Walaupun merepotkan, tapi setidaknya ia memiliki teman di rumah yang ia huni sendiri sejak setahun silam. Ia pun bisa memasak sedikit lebih banyak dari biasanya, membuat ia sedikit melupakan rasa lelahnya.

"Ini untuk Thornie? Wahh! Makasih Kak Solar!" dengan riang, ia mengambil piring dan sebuah sendok di atas nakas tersebut, lalu di taruhnya dipangkuan.

LIVE  or  EVIL (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang