2. PONAKAN

257 22 4
                                    

Happy reading 🍁

*******

Lepaskan beban,
Raihlah awan.
Lupakan amarah,
Ingatlah angin.
Pendam rasa sakit,
Ingatlah teman-teman.

—Regaldin—


********

"KAKAK!"

"KAK REGAL!"

"MACAN!"

"BIAWAK!"

"CICAK!"

"KODOMO!"

"KOLOR IJO!"

Pagi hari di kediaman Andersson, sudah rusuh gara-gara teriakan Irene dan Sergio yang menggelegar. Regal yang sedang minum kopi bersama sang ayah langsung terbirit menuju halaman rumah.

Sesampainya disana, Regal melihat Irene yang sudah banjir keringat. Langsung saja ia berlari. "Ren! Lo mau brojol?!"

Irenne mengangguk lemah. Regal langsung ngacir ke mobil miliknya. Regan sang ayah sudah sedia membawa turun tas besar berisi perlengkapan putrinya.

"Naik buru woi! Mau sampai kapan lo bengong kadal!" seru Regal yang gregetan melihat Sergio yang terbengong-bengong.

Sergio menggendong irenne dari kursi roda menuju mobil Pajero sport milik Regal. Tancap gas penuh, Regal mengebut. Tak tega melihat sang adik kesayangannya kesakitan.

Untung saja rumah sakitnya tidak jauh, jadi lekas sampai. Setibanya di sana, Sergio berteriak memanggil perawat yang entah dimana batang hidungnya.

"SUSTER! WOI LAH! INI RUMAH SAKIT KAGAK ADA SUSTERNYA APA?!"

Regan berjalan menuju ruang resepsionis. "Kemana suster rumah sakit ini?!"

Si resepsionis menatap Regan takut. "Me-mereka...."

"PUTRI SAYA MAU MELAHIRKAN! CEPAT PANGGIL MEREKA!" sentak Regan, tak santai. Bagaimana bisa santai, anak perempuannya sedang kesakitan. Si resepsionis pergi mencari suster yang entah dimana.

Setelah beberapa saat, para suster berhamburan menuju kearah Irenne. Irenne di baringkan diatas bangkar. Dibawa menuju ruang persalinan.

Sergio, Regan, dan Regal mengekor di belakang. Ketiga pria itu gusar, bukan main.

Mereka sampai di ruang bersalin. Sergio belum di perbolehkan masuk. Alhasil lelaki itu muter-muter kayak odong-odong kehilangan arah.

Regal yang dongkol melempar kunci mobilnya ke kepala Sergio. "Diem woi! Muter-muter mulu Lo! Gak pusing emang?!"

Sergio berdecak sembari mengusap kepalanya yang nyut-nyut. "Gue lagi khawatir bego!"

"Gak cuman lo yang khawatir Piggy! Gue sama papa juga khawatir!"

Regan geleng-geleng. Disaat seperti ini, putra dan menantu nya masih bisa berdebat. "Sudah kalian diam! Papa yang pusing liat ajang debat nggak bermutu kalian."

Sergio dan Regal diam, namumasih tersirat tatapan perang diantara mereka berdua. Sudah hal lumrah, semenjak Irenne menikah dengan Sergio, Regal sering cemburu karena sang adik sering mengabaikannya. Padahal dulu gue yang nomor satu, doggy emang si Sergio.

Dokter muncul dari balik pintu. Dokter itu Mega, yang memutuskan menjadi dokter kandungan. Mega membuka masker yang menutupi setengah wajahnya. "Yo, masuk. Si Irenne manggil lo tuh."

REGALDIN 2 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang