7. LUPIN

130 15 4
                                    

"Gal..."

"Gal, tolong aku."

"Aku takut. Disini gelap."

"Disini sunyi."

"Disini sepi."

"Gal, bebasin aku..."

"Tolong lepasin, ini menyiksa ku."

"Regal.."

******

Regal terbangun dari tidurnya dengan nafas tak teratur. Keringat dingin membanjiri pelipis dan juga seluruh tubuhnya. Regal merasakan jantungnya berdetak tak karuan.

"Sialan, mimpi apa gue tadi?" gumam Regal kesal.

Regal melihat Ayanna yang tidur tidak elit di bawah. Regal mengguncang bahu Ayanna, membangunkan sahabat hantu nya itu. "Ay, bangun. Ayanna.."

Ayanna menepis tangan Regal sambil mengigau. 'Aku mau bakso bakar satu kardus...'

Regal tercengang, matanya berkedip berkali-kali. "Aya anjir emang."

Regal kembali tidur sambil mengingat kepingan lupin yang ada di  mimpinya tadi. Aneh, biasanya dia tak pernah mendapat mimpi seperti itu.

"Aneh bat dah mimpi gue. Mana ada cewek di iket lagi." gumam Regal entah pada siapa.

"Mungkin besok pagi gue harus konsul sama si Evan."

"Dia kan ahli soal beginian."

Regal kembali tidur, menggulung tubuhnya dengan selimut seperti dadar gulung. Bubay mimpi buruk.

******

Jam 8 pagi, Regal sudah ada di rumah Vander, bersama Ayanna dan Abi yang entah kenapa mengekori Regal hari ini.

Kediaman Vander cukup ramai, ada dua bocil kecil dan dua bocil besar sedang bertengkar satu sama lain.

Ayanna vs Leon
Selena vs Helena

"Ngapain Lo kesini?" tanya Vander bingung.

"Gue mau konsul." jawab Regal.

Vander berdecih malas. "Lo kira gue dokter?"

Regal menatap datar Vander. Evan nggak pernah berubah dari dulu. "Maksud gue, gue mau konsul mimpi gue."

"Lo mimpi apa?"

"Gue dapet lupin di mimpi gue. Ada cewek yang ke iket sama matanya di tutup. Gue lihat dia ada di ruangan putih, satu lampu menggantung di ruangan itu. Bisa Lo jelasin gue mimpi apa?" jelas Regal.

Vander terdiam sejenak, lalu tertawa kecil. Regal menyeringit bingung. "Lo kesurupan?"

Vander kembali menatap Regal dengan senyum kecil. "Mimpi Lo itu unik. Si cewek terkekang, lampu itu ibarat simbol harapan. Jadi dia cuman punya satu harapan. Ruangan putih itu gambaran dirinya, tak ada emosi, tak ada ekspresi, dan tak ada perasaan."

Regal bertambah bingung. Gini nih, si Evan. Suka main teka-teki, ujung-ujungnya dia nggak mau ngasih tau apa jawabannya. "Anjir Lo! Kagak ngerti gue."

"Lo nggak ada akal?"

Regal melotot tak terima. "Enak aja, emang gue Leon!"

Leon yang mendengar namanya disebut-sebut, langsung menimpali. 'Kok nama gue masuk, njir?!'

'Bagus dong! Biar sadar diri, otak kamu itu kurang penuh!'

'Aya, anjir Lo!'

"Piggy, doggy, monkey, sapi.... Kampret!" Regal kesal sendiri.

REGALDIN 2 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang