Setelah berbincang-bincang sebentar dengan Clarissa, Regal pamit ke tempat Vander berada. Si cowok aneh itu sibuk bermonolog dengan Leon yang sedang duduk selonjoran di tepi jalan.
Regal menghampiri Vander lalu duduk di sebelahnya. "Van, Lo lagi sembunyiin sesuatu?"
Vander menatap Regal sekilas lalu kembali menyesap rokoknya, "gak, perasaan Lo aja kali."
"Kayaknya itu bukan perasaan gue deh, Lo makin aneh, Van."
"Dari dulu Lo emang sering bilang gue aneh." elak Vander.
Regal berdecak kesal. "Gue serius, Van. Gue lagi gak mau main-main."
Vander menyeringai. Tangannya menunjuk segerombolan anak SMA yang sedang duduk di warkop di depan cafe 79. Tepatnya menunjuk cowok dengan almamater yang diikat di pinggang nya. "Itu lawan Lo."
Kedua alis Regal menyatu mendengar pernyataan Vander. "Maksud Lo?"
"Dia naksir sama Clarissa, mereka berdua cukup dekat. Saingan Lo cukup berat kali ini."
Regal menggaruk kepalanya miris. Emang si Evan, dari dulu selalu beberapa langkah di depannya. "Lo tau gue naksir si Ica?"
Vander mengangguk singkat. "Dari cara Lo natap dia, gue udah tau kalau Lo ada perasaan sama dia."
"Jadi?" Regal berusaha menguak isi kepala Vander. Dari tadi si Evan ini selalu ngomong gak jelas.
"Mau gue habisin?"
Habisin dalam kamus Vander adalah bunuh, atau mutilasi. Regal tak bisa menebak lagi, apa yang akan terjadi jika Vander benar-benar melakukan hal di luar nalar itu.
"Biar gue main cara sehat aja, Van." jawab Regal.
Vander mengangguk tiga kali. Mata elangnya menangkap mobil yang hilang kendali menuju kearah cafe tempat teman-temannya berkumpul.
"Ck, buang-buang waktu."
Vander mengambil pisau lipat dari saku lalu melemparkannya ke ban mobil tersebut. Mobil yang tadinya ingin menabrak cafe, berbalik menabrak lampu lalu lintas.
Regal sendiri menatap tak percaya kearah Vander. Kali ini nyawa mereka selamat gara-gara di cowok aneh ini.
"Selamat nyawa gue." gumam Regal.
Vander berjalan santai menuju mobil itu sambil bersiul kecil. "Mainan gue yang baru." katanya sambil menatap pengemudi mobil.
Seorang wanita dengan baju yang cukup menerawang, terkapar dengan dahi berdarah. Melihatnya saja Vander sudah tak sabar untuk menguliti kulit gadis itu.
Regal membiarkan saja, toh dia sudah tau apa yang akan terjadi pada wanita malang itu.
Teman-temannya yang ada didalam seolah tak peduli dengan kecelakaan yang terjadi. Mereka sibuk makan sambil bermain game online.
"Diluar ada apaan?" tanya Haris.
"Tabrakan tunggal."
"Korban?"
"Cewek."
"Oh."
Begitulah ketika dua kutub berbicara. Pandangan Regal kini beralih pada Niko yang sibuk mabar Mobile Legend dengan Gamal, Aldi, Rico dan Bisma.
"Mabar kagak ngajak gue lo, Ko." sindir Regal.
Niko yang sedang main cengengesan. "Maaf bang. Abis Lo kan keluar tadi."
Regal mendengus kesal. Ia menarik kerah Hoodie Niko, lalu menariknya menuju parkiran motor. Sesampainya di sana, Regal berseru, "WOI, GUE BALEK DULU!"
Para anggota GDC angkatan pertama juga berseru membalas teriakan Regal. "CEPET BANGET?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
REGALDIN 2 [ON GOING]
Подростковая литература-Touch her, you die- Menjadi psikiater pribadi membuat hidup Regal jungkir balik. Dari yang awalnya tenang, berubah ramai dengan masalah. Clarissa Adijaya, pasiennya yang mengidap DID atau kepribadian ganda itu adalah biang kerok dari permasalahan...