11. THIS NICOLAI

75 11 10
                                    

Regal sudah keluar dari klinik setelah tiga jam lamanya. Bingung, dimana Niko? Perasaan tadi dia masih bertengger di atas pohon mangga, sekarang pergi entah kemana.

"Ayaaaa!" teriak Regal.

Dengan cepat Ayanna berdiri di samping Regal dengan wajah heran.

Kamu kenapa sih? Teriak-teriak gitu?

Regal menggaruk kepalanya sebentar. "Lo liat Niko gak, Ay?" tanya Regal.

Kening Ayanna tampak berkerut.

Aku gak liat. Emang kamu ninggalin dia diluar? Sendirian gitu?

Regal kelabakan menjawab pertanyaan Ayanna. "Eh, enggak. Gue nyuruh dia duduk di depan doang."

Lah, aku tadi liat dia lagi main game. Terus aku pergi jajan sama Abi. Abis itu gak liat lagi.

Gak habis thinking. kemana bocah bandel itu?

Regal berjalan kearah mobil nya terparkir. Saat membuka pintu, dia melihat Niko tidur dengan sangat tidak elit. Masih sabar, Regal membiarkan Niko tidur. Positif aja, mungkin push rank nya ampe mythic.

*****

Niko, Regal dan Ayanna sudah sampai di rumah. Saat ini mereka sekeluarga sedang nonton TV berjamaah. Regal tiduran di lantai, Sergio selonjoran dan Niko bobo cantik.

Tiba-tiba saja, sang papa menyuruh Niko untuk membeli kopi ke warung. "Ko, beliin papa kopi tempat pak Mamat ya."

Niko dengan sigap langsung duduk. "Oke pah. Duitnya mana?"

Regan merogoh saku celananya, lalu mengeluarkan uang 50 ribu. "Lebih nya kamu boleh jajanin."

"Makasih pah! Ntar kalo ada lebih uang jajan nya Niko kembaliin." Niko melesat cepat keluar rumah.

Sergio lantas menampar kepala Regal. "Itu anak emang polos atau gimana sih? Gue kalo dikasih duit lebih gue habisin. Lah dia? Malah dibalikin lagi anjir." oceh Sergio heran.

Regal sendiri sibuk mengelus kepalanya yang di tampar Sergio. "Mana gue tau Samsul!"

******

Niko sekarang sedang sibuk memilih makanan yang akan dia beli. Setelah membeli kopi, Niko mendapatkan lebih 25 ribu. Dia sudah beli ciki, permen, susu kotak, dan juga kacang goreng. Apa lagi ya?

"Rempeyek, cilok, pempek, kerupuk udang, gorengan, pop ice. Gue beli apa lagi ya? Duit gue masih nyisa 15 ribu, gue jajanin 5 ribu lagi lebih nya gue balikin ke papa deh."

Niko sibuk bergumam, sampai ia tak sadar seseorang berdiri di sebelahnya.
"Hai Niko."

Niko menoleh sedikit. "Ya—"

Ucapan Niko menggantung di udara. Dia baru saja melihat bidadari. Maksudnya, Clarissa kini sedang berdiri di sampingnya dengan wajah yang masih tersenyum. Niko seketika mangap-mangap kehabisan napas.

"Kamu beli apa, Ko?" tanya Clarissa lagi.

Niko tergagap. "Be-beli kopi a-ama jajan kak." balasnya.

Clarissa mengangguk singkat. Ia mengambil beberapa rempeyek, dan juga cilok beberapa tusuk. "Kamu mau rempeyek Ko? Enak loh."

"Enggak deh kak, jajan Niko udah banyak. Ntar ayah heran lagi, tiap pulang bawa jajan banyak."

Clarissa tertawa kecil, tangannya terangkat mengusap kepala Niko. "Ada-ada aja kamu. Habis ini temenin kakak jalan sampai perempatan ya?"

"Iya kak."

Clarissa membayar jajanannya. Setelah itu, ia berjalan pulang bersama Niko. Selama si perjalanan banyak yang mereka bicarakan. Mulai dari topik biasa, sampai membicarakan Regal. Niko tak gugup lagi, ternyata Clarissa orang yang cukup humble jadi tidak ada suasana canggung yang terjadi.

Setelah beberapa lama, hari mulai gelap. Niko menemani Clarissa untuk menunggu babang Go-Jek yang akan menjemputnya.

Dari semak-semak, Niko melihat beberapa cowok yang memperlihatkan nya dan Clarissa. Perasaan Niko tidak enak.

Shut!

Sebuah pisau menancap di sandaran kursi kayu yang ia duduki. Clarissa sontak menutup matanya.

Beberapa cowok tadi keluar dari semak-semak membawa benda tajam. Pisau, celurit, bahkan ada yang membawa gergaji.

"Serahin cewek Lo, bocah!" ujar salah satu remaja. Kita sebut saja A.

B dan C mulai pasang badan untuk menyerang. Dalam hitungan ketiga, mereka menyerbu Niko.

Entah dari mana, insting Niko membawanya untuk melayangkan tendangan ke kepala A. Sedangkan B dan C dia hadiahnya pukulan yang menyebabkan gigi kedua lepas beberapa.

"Sialan Lo, Anj*ng!" A yang masih pusing mengambil pisau lalu mulai menyerang Niko.

"Sini serang gue!"

Niko dengan sigap menangkis pisau yang hampir mengenai lehernya. Pisau yang tadinya berada di tangan A, sekarang di ambil olehnya.

"Berguna juga yang gue liat tadi pagi." Niko mulai meniru cara Vander melukai lawan nya.

Ia mulai menggores daging A dengan sekali gerakan. Dari pergelangan sampai bahu sudah robek dan mengucurkan banyak darah. Clarissa mendadak mual. Ia mundur bersembunyi di belakang bangku.

A sudah menyerah, sedangkan B dan C masih bersikukuh untuk melawan Niko yang sudah seperti dirasuki setan.

Satu teknik yang ia lihat dari Vander adalah memutar lengan keduanya secara bersamaan. Terdengar bunyi yang membuat Clarissa bergidik.

Setelah selesai baku hantam, Niko menampar pipinya dengan keras. "Lo ngapain Niko! Sadar woi!"

Niko dengan cepat menghampiri Clarissa yang meringkuk ketakutan. "Kak, udah aman. Buka mata Lo, kak."

Clarissa perlahan membuka matanya. Dia senang sekaligus takut melihat Niko berhasil mengalahkan tiga orang itu. Sebut saja mereka itu sejenis begal.

Niko membantu Clarissa berdiri. "Ke rumah gue aja ya kak. Gak aman soalnya. "

Clarissa hanya menurut. Dengan gemetar, ia mulai berjalan sambil di bantu Niko.

Ada hal yang Niko heran, ia melihat sebuah siluet bayangan orang yang memerhatikan nya dari ujung gang. Tak mau ambil pusing, Niko hanya mengacuhkan.

Orang itu adalah Vander. Ia diam-diam tersenyum, ternyata ajarannya berhasil membuat Niko menghajar begal itu.

Damian dan Leon sedikit heran dengan Vander.

Lo napa dah, Van? Senyum-senyum kek orang begitu gitu?

Leon tak bisa menghentikan bibir nya untuk bertanya. Vander berdecak, "dia itu murid gue. Wajar gue bangga liat dia nge-hajar itu begal."

Gue gak terlalu peduli siapa dia. Yang jelas gue seneng ada tontonan gratis.

Damian ikut nimbrung setelah sekian lama diam. Bodo amat siapa bocah itu, yang dia lihat hanya cara berkelahi bukan asal muasal si bocah yang jadi murid Evan itu.

Vander menelpon Julio, berniat memberikan Niko kejutan.

"Jul, besok kirim pisau yang udah gue kasih ke Lo ke alamat Regal. Buat atas nama Nikolai." ujar Vander.

'Yang ukiran ular putih itu?'

"Ya, satu lagi. Kirim juga Glock 20 punya gue buat dia."

'Anjir, yakin Lo?'

Vander menyeringai. "Sangat yakin. Itu hadiah buat dia kerena lulus tes pertama. Untuk tes berikutnya, mungkin gue kasih beberapa pistol favorit gue buat dia."

'Terserah deh. Gue kirim ntar malem ya. Gue mau nge-date bentar bareng do'i gue'

"Hm, harus malam ini, kalau sampai besok pagi, Lo kena imbasnya." Setelah mengatakan itu, Vander menutup sambungan.

Vander mulai berjalan ke arah tiga begal yang sudah pingsan di tengah jalan. "Lo bisa di atas Regal, Nikolai."

*******
Chapter 11 completed!
Untuk tiga chapter ini khusus Niko ya, biar kalian bisa tau kayak gimana Niko ini sebenarnya.

Thanks buat yang udah baca!

Kai🖤

REGALDIN 2 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang