Jadi begini rasanya sakit hati
"Naf, lagi ngapain?" tanya Seli sembari duduk disamping kanan Nafa.
"lagi mandangin langit ni." tersenyum.
"mandangin langit aja kamu sampek sebahagia itu, kayak yang mandangin cowok aja." nyengir.
"eh, jangan salah Sel. Coba kamu pandangin dengan seksama lingkungan sekitar. Indah banget ciptaan Tuhan ya." mendekap erat buku diary kesayangannya.
"duh, kalau bu nyai mah gak lepas dari yang berbau Islami pokoknya dah." sambil muncubit pipi Nafa yang sedari tadi terseyum.
"ih, sakit tauk." ketusnya pada Seli.
"ngomong-ngomong... Randi kemana ya Naf, lama sudah dia ngak main sama kita."
"ntah." sautnya singkat.
"ih gak asik banget jawabanmu Naf." manyun.
"iya, aku mana tahu Seli ku sayang.." menunjukkan senyum yang agak di paksakan.
"eh, itu dilapangan bukannya Randi ya Naf. Duduk dibawah pohon sama cewek yang super ngeselin itu." celotehnya geram melihat pemandangan yang tidak disukainya.
"iya kalik." memutar malas kedua bola matanya.
"ngapain si Randi bicara sama nenek sihir super nyebelin itu, jangan-jangan dia suka lagi sama Laras. Idih, sumpah aku gak rela kalau sahabat kita jadian sama dia Naf, ngeselin banget tauk tu anak. Udah gitu sok lagi."
Nafa hanya terdiam tanpa sepatah katapun, terlihat raut kesal pada wajahnya. Sesekali dia membuka diary nya dan menuliskan isi hatinya. Ya, rasa cemburu dan sakit hati kian membara melihat Randi yang asik bercengkrama dengan Laras serta mendengar pernyataan Seli yang mengatakan ada kemungkinan Randi menaruh hati pada Laras membuat semesta seakan tidak memihak dan menghakiminya saat itu juga.
"ah.. Nafa mah gak seru, masak aku nyerocos dari tadi ngak di respons." menatap jengah ke arah Nafa.
"ya aku mau ngomong apa coba Sel." menunjukkan muka masam.
"eh kamu tumben membalas kesalku dengan wajah kesal juga, apa jangan-jangan..." menggerakkan mata nakalnya pada Nafa.
"udah deh jangan aneh-aneh muluk kamu." memalingkan pandangannya.
"ye... Jangan ngambek dong, kan orang yang di ghibah gak ada disini." cengengesan.
Randi yang sedari tadi ngobrol santai dengan laras menghampiri kedua sahabatnya yang sedang duduk di taman sekolah, dia segera mempercepat langkah kakinya kemudian menyapa,
"hey.. Bidadari-bidari cantik, ngapain disini. Aku boleh ikutan kan." nyengir sembari duduk di samping kiri Nafa seolah tanpa dosa, karena dia memang tidak tahu kalau tindakannya itu membuat kedua sahabatnya kesal, tetutama Nafa.
Nafa yang sedang kesal pada Randi memalingkan wajahnya ke arah kanan tanpa merespons sapaan Randi. Dia bingung melihat Nafa yang tidak seperti biasanya, pemandangan berbeda amat terasa pada gadis mungil nan manis itu. Senyum merekah di iringin menundukkan kepala sudah tergantikan dengan wajah masam memalingkan pandangan dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serasa dan Menua Bersama
RomantizmTak selamanya cinta harus berbuah kata pada lisan, terkadang cinta harus ditahan sekuat tenaga dalam bentuk do'a atau tulisan, hingga waktu mempertemukan pada satu titik ikatan pernikahan. Nafa Saraswati gadis ayu dan manis yang memegang teguh keyak...