Alessandra - 3

120 10 2
                                    

"Kak, Sandra pulang." Sandra mengucap salam setelah menutup pintu.

Sandra melihat kakaknya yang asyik bermain game di ponselnya. Ia menghela napas pelan. Kakaknya adalah seorang gamer akut, jadi kesehariannya didepan PC dan bermain game tanpa berbicara pada dirinya.

Sandra tak pernah mengerti apa yang dilakukan kakaknya, ia hanya sekedar tau jika kakaknya bekerja lewat PC yang sehari-hari digunakannya. Karena hampir setiap hari kakaknya memesan makanan enak-enak.

Terkadang Sandra merasa kesepian jika kakaknya terus-terusan seperti ini. Ia juga sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan kakaknya itu. Kakaknya pendiam dan jika Sandra penasaran, kakaknya akan langsung menutup kamar rapat-rapat.

"Kak, mau makan apa? Di kulkas ada apa ya, aku belum belanja." Ucap Sandra sembari menyandarkan punggungnya di sofa tepat disamping kakaknya.

"Nggak usah masak. Udah kakak pesenin makan." Setelah menjawab, Leon, kakak Sandra langsung bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke kamar.

"Kak Leon!" Sandra cemberut, selalu aja kayak gini. Sandra kesepian.

Akhirnya Sandra bangkit, ia berjalan gontai menuju dapur. Ia menemukan beberapa bungkus makanan di pantry. Sandra menghela napas pelan dan tersenyum tipis, meskipun kakaknya terlihat cuek dan dingin ia masih tetap perhatian dengan Sandra. Buktinya makanan yang dipesankan oleh Leon adalah makanan favorit Sandra.

Mereka hanya berdua di kota ini, Sandra hanya memiliki Leon. Begitu juga sebaliknya.

"Gimana kak Leon mau punya pacar coba, tiap hari mantengin PC mulu. Tapi kak Leon perhatian!" Sandra memeluk bungkusan makanan dan tersenyum riang.

Tepat dibalik tembok, Leon mengintip dan tersenyum tipis. Mungkin dirinya memang belum menjadi kakak yang baik untuk adik satu-satunya ini. Tapi, melihat sebuah senyum yang terbit dari bibir Sandra membuat pria itu sedikit bahagia.

"Maaf, Sandra." Gumamnya.

***

"Nyet, darimana lu? Tumbenan jalan kaki. Kata Bang Langga lu habis nganterin cewek. Siapa? Cepet amat lu mup on dari Karina."

Baru saja Rendra menginjakkan kakinya di depan pintu masuk, Fikri sudah menodongnya dengan banyak pertanyaan.

Hadehh, males amat ngeladeni orang ini.

"Bacot lu kek cewek, mana Ilham?" Rendra berjalan menuju meja pojok yang kosong.

"Lagi sama Naka. Katanya dia nyariin kakak cantik, siapa yang dimaksud si unyil itu ya. Apa ada hubungannya sama cewek yang lu anter tadi." Fikri tersenyum penuh makna.

"Kepo banget lu."

"Ya elah, kasih tau aja kali."

"Gue sleding lu lama-lama." Rendra melirik sinis pada Fikri, namun raut sinisnya berubah saat melihat Naka yang keluar dari ruangan kakaknya. Wajah bocah kecil itu penuh air mata cengeng. Sedangkan Ilham menggendong Naka dan mengusap air mata bocah itu.

Ilham melihat Rendra di pojok ruangan, langsung saja pria itu menghampirinya sembari membawa Naka yang masih menangis.

"Om Enda! Kakak cantiknya mana!" Naka langsung beralih ke gendongan Rendra.

"Kakaknya pulang, dia sibuk. Besok katanya main kesini lagi. Kamu jangan cengeng ah, nanti kakaknya nggak kesini kalau kamu nangis terus." Rendra jadi bingung kenapa Naka cengeng begini, biasanya si unyil ini ceria.

"Beneran ya? Besok Naka mau kakak cantiknya kesini, Naka mau dibeliin es krim juga." Ucap Naka disela tangisnya, kemudian memeluk leher Rendra dan menangis disana.

AlessandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang