Sandra kacau, hampir semalaman ia tidak tidur. Dan sekarang ia harus masuk kerja. Belum lagi ia hampir saja terlambat kurang dari lima menit. Untung saja waktu masih berpihak pada dirinya!
Dengan badan lemas, kantung mata yang menghitam. Sandra berjalan pelan menuju kubikelnya. Rupanya makeup yang ia pakai sedikit menyamarkan kekacauan dirinya.
Krukk..
Sandra menekan perutnya yang kelaparan karena ia tak sempat untuk sarapan, apalagi semalam ia lupa tidak makan. Astaga, alamat deh ia gemetaran jika tidak mengisi perutnya dengan roti sedikit.
Rupanya ia harus mampir ke kantin sebentar.
"Ya ampun, payah banget aku hari ini." Gumam Sandra, ia hanya ingin tidur satu jam saja. Tapi mana bisa?!
Setelah sampai di kantin dan membeli roti, Sandra membuka rotinya dan makan sambil berjalan. Ia pikir saat mengerjakan pekerjaan nanti, ia tak akan sempat untuk makan. Lebih baik menghemat waktu untuk makan sambil berjalan seperti ini.
"Kalau makan, duduk." Tiba-tiba saat ia akan melahap rotinya, sebuah tangan merampas roti cokelat yang akan ia lahap.
Sandra menoleh ke kanan dan mendongak sedikit. Yah, Rendra lagi. Jangan-jangan Rendra ini adalah seorang penguntit sejati!
"Saya lapar pak, banyak pekerjaan yang menunggu saya. Jadi saya makan sambil jalan untuk menghemat waktu." Jelas Sandra, ia sudah kepalang lapar astaga!
"Duduk dulu, duduk." Rendra memerintah Sandra untuk duduk di kursi terdekat.
"Tapi pak—"
"Duduk atau saya buang roti kamu." Rendra memotong ucapan Sandra dan memerintah perempuan itu untuk duduk dan tidak keras kepala.
Mau tak mau Sandra menurutinya, ia cemberut dan memandangi roti cokelat yang ada di tangan Rendra.
"Kamu diajari kalau makan harus duduk 'kan?" Rendra bersidekap, ia memandangi Sandra yang cemberut melihatnya.
Ya Tuhan, sebenarnya apa mau pria ini? Kenapa juga repot-repot mengurusi Sandra yang tidak mau duduk saat makan?
"Diajari, tapi saya lapar." Sandra berdiri dan tangannya mengambil roti di tangan Rendra, namun Rendra bisa menghindarinya. "Astaga, pak. Saya banyak pekerjaan yang menunggu." Ia duduk kembali.
"Yang minta kamu berdiri dan mengambil sendiri itu siapa? Saya sedang mencoba menyidang kamu." Rendra menutup bungkus roti itu. "Naka saja paham, dia tidak pernah makan sambil berdiri."
Lama-lama Sandra ingin menendang tulang kering pria ini kalau mengoceh terus. Sebenarnya apa sih yang dipermasalahkan?
"Sandra, saya bicara sama kamu. Kenapa kamu diam aja?"
Sandra mendongak setelah sekian lama menunduk, ia diam karena malas meladeni Rendra. Ia lapar, energinya semakin habis. Gemetar dan keringat mulai ia rasakan.
"Saya lapar pak, kalau bicara terus energi saya habis." Jawab Sandra dengan pelan.
Sesaat kemudian, ia merasakan Rendra duduk disampingnya sambil menghela napas. Pria itu menyerahkan roti cokelat miliknya dan langsung diterima oleh Sandra.
"Kali ini kamu saya maafkan," Rendra melihat Sandra yang sedang fokus memakan roti.
Sandra hanya melirik sekilas melalui ekor matanya.
"Kamu keliatan kacau, muka kamu pucat."
"Deadline jam 10 pagi kayak hantu, jadi saya nggak bisa tidur sebelum semuanya selesai." Sandra meremas bungkus rotinya dan membuangnya di tempat sampah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Alessandra
ChickLitResah. Sakti Narendra Baskara tak pernah merasa seresah ini saat perjalanan move on-nya. Dia hanya berhasil untuk move on, ya.. hampir. Tapi itu semua juga hampir runtuh saat ia menjumpai sosok yang tak sengaja ia temui. Sosok itu mirip sekali denga...