Sayup-sayup aku mendengar suara dari sebuah keheningan kita.
Suara yang dulu pelan, kini lantang.
Mungkin karena hening kita yang terlalu lama dan pekat.
Suara yang dulu terbentuk menjadi sebuah kenyamanan.
Kini, justru berubah menyerupai petir yang menakutkan.
Apa yang harus kita lakukan untuk menghentikan suara lantang yang kian memorak-porandakan?
Apakah kita harus membuat suara-suara ramai agar ia tak menjadi satu-satunya suara lantang?
Apakah kita harus meninggalkan keheningan ini dengan pergi bersilang jalan?
Suara-suara dalam keheningan, bisa kah kamu berhenti ketika aku meminta demikian?
Atau ... kamu meminta sesuatu yang lain untuk menurutiku?
Apa pun akan aku berikan, asal keheningan ini terus berlanjut.
Menjadi tuli pun aku sanggup, asal aku tidak perlu merusak keheningan ini.
Asal dia tetap bersamaku dengan keheningan kami.
-oOo-
Felicia tertawa riang ketika ayunannya terbang tinggi. Pria yang mendorong ayunan pun ikut tersenyum. Sambara sudah menata pasir di bawah ayunan mereka cukup tebal, jadi apabila nanti Felicia terjatuh saat mereka bermain, gadis itu tidak akan terluka.
Sambara memastikan segalanya berjalan baik untuk gadis muda ini. Sambara tidak ingin Felicia merasakan sakit seperti dirinya. Sambara melukiskan keajaiban untuk Felicia, dia memberikan apa pun yang diminta. Bukan kah, kelewat bodoh? Ketika Sambara kesulitan untuk bertahan atas dirinya sendiri, dia justru memikirkan orang lain.
Hah, biar lah. Sambara Kanaka Rawindra terlampau sering mendulang kesialan, memberikan sebagian kuasanya agar orang lain bahagia tidak masalah baginya. Lebih tepatnya, Sambara akan merelakan apa pun untuk Felicia.
Mereka sedang berada di taman rumah sakit. Felicia senang karena Sambara memenuhi permintaannya untuk bermain ayunan. Dulu, setiap Felicia datang ke sini orang pertama yang akan ditemui adalah Nabastala, namun sekarang tidak. Kaki Felicia lebih menyukai menghampiri Sambara.
"Bara?"
"Iya?"
"Apa makanan favoritmu?" Tanya Felicia.
"Apa makanan favoritmu?" Sambara justru balik bertanya.
"Hmm, es krim," Felicia menjawab karena Sambara memang lebih suka dijawab terlebih dahulu.
"Makanan favoritku es krim," gumamnya.
"Lalu, apa warna favoritmu?"
"Kalau warna favorit kamu, Felicia?"
Felicia cemberut. "Merah."
"Aku juga suka merah."
"Huh. Kamu meniruku," Felicia protes.
Sambara mengedikkan bahu. "Aku tidak memiliki hal favorit, jadi menjadikan kesukaan kamu sebagai favoritku itu hal yang mudah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband!
Mystery / ThrillerDaripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap sebagai penyuka sesama jenis. Lizzy sih tidak masalah, toh mereka menikah dengan menjunjung tinggi win-win solutions. Tidak ada yang rugi, Liz...