"Apa yang paling kamu takutkan, Nabastala?"
"Melawan kenangan. Sesuatu yang tidak bisa saya jangkau dan saya ubah. Sesuatu yang membuat saya tidak kuasa atas apa pun."
-oOo-
Astaga, apa aku sedang masuk sarang macan?
Apa pagi ini aku bakal jadi santapannya?
HuAaAaAa!!!!!!
Buk!
"Aduh!" Aku jatuh dari meja makan.
"Lizzy, halo? Kamu gak apa-apa?" Tala melambaikan tangan. Tala berjongkok di hadapanku yang habis nyungsep. "Kamu lagi ngelamunin apa kok sampai oleng begini?"
Aku yang tergagap. Loh? Bukannya aku tadi mantap mantap sama Tala? Kok?
Bajunya Tala juga masih rapi. Padahal tadi masuk ke tahap buka celana? Jangan-jangan ....
Halusinasi?
Oh my god, jadi pikiranku yang kotor ini sudah sangat jelas ya bikin fantasi?
Aku masih duduk di meja makan, seruduk-menyeruduk itu hanya khayalan. Bajuku juga masih utuh. Yah, gagal dibelai Tala! Hiks. Padahal kan aku penasaran.
"Mas Tala, kok gak jadi buka bajuku?" Bibir ini kontan bersuara. Ups, kelepasan! Aku langsung menutup mulut.
Tala menatapku tajam. "Apanya yang dibuka, Felicia?" Tala bertanya menyelidik, dia membantuku berdiri lagi.
Aku hanya menggelengkan kepala. Malu jika aku ketahuan membayangkan Tala yang suci bermain dengan dada perempuan. Tala kan sukanya dada laki-laki dan dada ayam KFC.
Tala tertawa. "Wajah kamu merah sekali. Lagi bayangin apa?" Tala tidak menyerah untuk menggodaku.
Apa aku kelihatan jelas lagi nafsuan? Kalau kucing lagi birahi kan nungging-nungging, aku nggak nungging tapi kenapa Tala tahu?
"Wajahku merah karena marah."
Alis Tala bertaut. Hm. Aku paling suka jika Tala sudah pasang wajah serius begini. Gantengnya anak orang.
"Pasti marah karena gak jadi dicium," Tala malah menyengir seperti kuda setelah berkata begitu.
"Nggak!" Aku memukul gemas dada Tala. Tidak tega kalau main kasar sama karya Tuhan yang sempurna semacam Tala.
"Kamu kayak udang rebus sekarang. Merah." Tala masih meledekku sambil mulai memasak.
"Mas Tala udah dong. Aku malu nih." Aku menjauhi Tala sambil menutup wajah.
Wah, jarang-jarang seorang Felicia Adair Lim punya urat malu. Biasanya aku malu-maluin dan bangga sudah mempermalukan diri. Hehehe. Habisnya, setiap lihat Tala bawaannya jadi pengen buka baju. Maksudnya, buka baju karena panas. Jangan, berburuk sangka dulu, aku kan bukan wanita binal. Cukup khayalan aja yang nakal, tapi kenyataan NO.
Prang!
Aku terperanjat saking kagetnya. Mata ini mengerjap beberapa kali melihat penggorengan yang diletakkan Tala di atas meja jatuh karena aku menyenggolnya. Semuanya akibat aku jalan sambil menutup muka. Aduh, maunya kelihatan cute tapi malah jadi rusuh.
"Felicia Adair Lim," Tala menyebutkan nama lengkapku. Bukan nama panggung seperti Princess Lizzy atau Sayang atau Cry Baby. Ini artinya Tala lagi kesal.
Well, bagaimana Tala tidak kesal jika bumbu nasi goreng yang sudah disiapkan jadi berceceran di lantai?
"Hehehe Mas Tala sabar. Tarik nafas hembuskan." Aku tersenyum secantik mungkin. Kata Calister Ekadanta alias sepupu begonya Tala, senyumku ini bisa mencairkan Alaskah dan mendinginkan api neraka. Tapi kayaknya buat Tala gak mempan. Buktinya Tala malah berkacak pinggang lalu menudingku dengan spatula. Seram!
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband!
Mystery / ThrillerDaripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap sebagai penyuka sesama jenis. Lizzy sih tidak masalah, toh mereka menikah dengan menjunjung tinggi win-win solutions. Tidak ada yang rugi, Liz...