"Jika mereka bertanya tentang kamu kepadaku. Kamu adalah masa laluku dan masa depanku. Tidak peduli seberapa banyak kamu dalam tubuhmu. Selama itu tetap jiwamu, aku akan mencintaimu."
Empat tahun lalu.
Dulu ketika Felicia pulang ke Jakarta setelah menghabiskan liburannya di Singapura, dia buru-buru meminta informasi tentang kebun bunga mawar. Hal tersebut karena Sambara berjanji akan menemui Felicia di kebun bunga yang paling cantik di Jakarta. Meskipun terdengar konyol sebab mana bisa Felicia menebaknya?
Apa Sambara mengira Felicia utusan cenanyang?
"Kalau Sambara memang ingin ditemukan, dia akan memberikan petunjuk," kata Nabastala yang kala itu ikut kembali ke Jakarta untuk mengantar Felicianya.
"Berarti kalau dia enggan, apa itu artinya aku tidak akan bertemu dia lagi?" Felicia bertanya.
Nabastala melejitkan bahu. "Mungkin kamu masih bisa melihatnya, tapi tidak akan dapat menjangkaunya." Jawaban dari Nabastala awalnya tak dapat dipahami Felicia, tapi beberpa jam kemudian Felicia bisa mengerti.
Hanya dapat melihat, tapi tidak bisa dijangkau. Bagai bintang yang ada di langit, semakin indah dari kejauhan. Sinarnya, redup apabila melihatnya terlalu dekat.
-
Felicia hanya mampu berdiri memandangi dari kejauhan ketika menemukan sosok Sambara. Pria itu terlihat bersinar di kelilingi manusia-manusia lain yang menjadikannya pusat atensi. Sementara Felicia hanya tertegun, menjadi orang paling canggung dalam pesta ini.
Lucas Lim mengajak Felicia untuk hadir dalam pembukaan koleksi terbaru dari galeri perhiasan Kanaka Rawindra. Felicia yang tahu siapa desainer dibalik nama besar koleksi perhiasan tersebut pun menyetujui dengan mudah. Ia sengaja memakai gaun paling cantik bewarna putih dan riasan yang anggun, siapa pun yang melihat Felicia akan mengatakan apabila gadis tersebut menawan.
"Sambara," bisik Felicia ketika pria itu berdiri di atas platform membuka acaranya dengan beberapa kalimat indah dari suaranya yang merdu.
Felicia masih mengingat sosok Sambara yang lalu. Pria yang menemaninya dan memberikan penghiburan baginya. Sambara yang ia relakan untuk pulang dan mengabaikannya, meskipun Felicia memohom agar mereka dapat bertemu kembali. Sambara yang mendorongnya jauh untuk tidak menjadikan pria itu sebagai poros dunia Felicia.
Mata Felicia lekat menatap Sambara, berharap apabila netra mereka akan bertemu dalam ketidaksengajaan. Jika hal tersebut terjadi, maka itu ialah sebuah keberuntungan bagi Felicia. Alasannya? Karena dari ratusan mata yang memandang Sambara, sang pria tertarik menemukan dirinya.
Felicia merasa bodoh berharap begitu karena kehadirannya di sini tidak diketahui Sambara. Apalagi Sambara terasa berbeda dan jauh sekali, seolah sosok yang tengah berada di sana bukan Sambara yang dikenalnya. Bukan Sambara yang ia ajak berkebun menanam mawar. Bukan pula Sambara yang penuh dengan ekspresi menyedihkan. Felicia menjadi bertanya-tanya, berapa topeng yang dimiliki pria itu untuk menutupi dirinya yang sesungguhnya?
"Lalu, apa yang menginspirasi Anda untuk menciptakan desain ini?" Seseorang bertanya dalam sesi wawancara singkat Sambara.
Semua orang menunggu suaranya. Penjelasan atas keindahan bentuk yang diciptakan si Tokoh Utama Pertunjukan melalui perhiasan itu.
Begitu pun Felicia yang terkagum dengan desain perhiasan terbaru Sambara. Perhiasan-perhiasan tersebut bewarna putih keseluruhan, sederhana, namun sangat melekat pada ingatan.
"Mawar putih yang sulit diupakan. Keindahan ini dibantu oleh nyawa dari The Spirit of the Rose yang menjadi poin utama dari desain perhiasan kami."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Husband!
Mistério / SuspenseDaripada dijodohkan dengan a crazy rich grandpa, Lizzy lebih memilih menikah dengan temannya yang dia cap sebagai penyuka sesama jenis. Lizzy sih tidak masalah, toh mereka menikah dengan menjunjung tinggi win-win solutions. Tidak ada yang rugi, Liz...