Hai, akhirnya Caca update lagi, nih.
Jangan lupa tinggalkan vote✨
Happy reading ✨
.
.
.
Perlahan, pintu mobil terbuka, seorang laki-laki keluar dari mobil dan berjalan menghampirinya.⚪⚪⚪
Jantung Alea yang tadinya berpacu cepat perlahan kembali normal setelah melihat siapa yang baru saja keluar dari mobil. Alea menghela napas lega, walaupun masih disertai rasa was-was. Gabriel, berjalan menuju ke tempat Alea berdiri, tangan kanannya membawa hoodie abu-abu miliknya.
"Lo ngapain malem-malem jalan sendirian di sini? bahaya tau gak," omelnya sembari memberikan hoodie-nya kepada Alea.
Alea masih menatap Gabriel dengan wajah terheran, tingkahnya membuat Gabriel gemas. Dengan sengaja, ia mencubit hidung Alea.
"Aduh ... sakit," pekiknya sontak membuat Gabriel tertawa.
"Abisnya lo malah bengong. Nih, pakai hoodie gue, nanti lo masuk angin," Alea mengambil hoodie dari tangan Gabriel dan langsung memakainya, mengingat malam semakin larut dan udara dingin semakin menusuk tulang.
Gabriel segera berlari menuju mobilnya, membukakan pintu mobil dan menyuruh Alea untuk segera masuk. "Buruan masuk! Bentar lagi hujan," tuturnya.
Tanpa berpikir panjang, Alea langsung masuk ke mobil Gabriel. Sekitar lima menit di perjalanan, hujan turun dengan sangat lebat. Gabriel sedikit memelankan laju mobilnya dikarenakan kaca mobilnya tertutupi oleh butiran-butiran air hujan.
"Ngomong-ngomong, lo abis ngapain kok jam segini baru pulang?" tanyanya. Hening. Tidak ada jawaban dari Alea. Akhirnya, Gabriel menengok ke arah Alea, ia tersenyum melihat Alea sudah terlelap.
'Gue bakalan terus jagain lo, Alea'
⚪⚪⚪
Sinar matahari yang masuk melalui celah jendela membuat Alea terbangun dari tidurnya. Pemandangan yang pertama kali Alea lihat adalah sebuah kamar yang didominasi oleh warna ivory. Ia mengerjapkan matanya berulang kali. Sadar, kini ia tidak sedang berada di kamarnya.
Sejenak, ia mengingat kejadian semalam dimana ia bertemu dengan Gabriel di jalan dan Gabriel mengantarnya pulang. Tetapi, sekarang dia ada dimana? Pertanyaan itu muncul di benaknya.
Pintu diketuk, tetapi Alea enggan untuk membukanya. Merasa tidak ada sahutan dari dalam, si pengetuk dengan perlahan membuka pintu. Alea hanya diam di tempat, tangannya mulai gemetar dan keringat mulai membasahi keningnya.
"Alea," panggil seseorang dari samping pintu. Alea masih enggan untuk menoleh, tetapi suara itu seperti familiar baginya.
"Alea," panggilnya lagi. Merasa mengenali suara itu, Alea kemudian menengok ke arah pintu. Lega. Setelah ia tahu ternyata yang memanggilnya adalah Gracia.
"Kamu udah bangun ternyata."
"K-kak Cia! Kenapa Alea bisa di sini kak?" tanyanya dengan raut wajah bingung.
"Semalem 'kan kamu sama Gabriel. Katanya dia ketemu kamu di pinggir jalan. Terus, dia mau nganterin kamu pulang 'kan? Tapi hujannya deras banget. Jadi Gabriel bawa kamu ke sini. Lagian, jarak rumahmu lumayan jauh dari sini. Tapi tenang, kamu semalem tidur di kamarku, kok," jelasnya yang diangguki oleh Alea.
"K-kak, anterin Alea pulang sekarang, ya?" bujuknya dengan puppy eyes yang membuat Gracia geleng-geleng kepala melihat tingkah Alea yang menggemaskan.
"Iya, nanti kakak anterin. Tapi, kamu mandi dulu terus sarapan. Oke!"
"Oke lah," jawabnya dengan mengangkat kedua jempol dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.
⚪⚪⚪
Bukannya pulang bersama Gracia, ia malah pergi ke taman bersama Gabriel. Sebenarnya ia kesal dengan Gracia. Seharusnya, Gracia yang mengantarnya pulang, bukan Gabriel.
Di sinilah sekarang Alea berada, duduk di bangku taman sambil menatap kosong taman yang dipenuhi orang-orang yang sedang bercanda tawa. Seketika, ia teringat akan masa kecilnya, di mana ia sering pergi ke taman bersama ayah dan bundanya, di mana kebahagiaan itu masih ia rasakan. Tapi sekarang? Ah sudahlah, Alea ingin berusaha mencari kebahagiaannya sendiri.
Deheman seseorang membuat lamunannya buyar. Segera ia menengok ke samping kiri dan mendapati sosok Gabriel yang tengah tersenyum kepadanya dan membawakan beberapa tangkai bunga Daisy putih.
"Buat lo," ucapnya seraya memberikan bunga yang ia bawa ke Alea. Alea tampak senang. Segera saja ia mengambil bunga Daisy itu dari tangan Gabriel.
"Thanks, tahu dari mana lo kalau gue suka sama bunga Daisy?" selidiknya.
Gabriel hanya menaikkan sebelah alisnya, membuat Alea mengernyitkan dahi."Gue 'kan pacar lo, udah seharusnya gue tahu apa yang lo suka dan apa yang nggak lo suka." Alea hanya membalasnya dengan anggukan kecil, ia beralih menatap satu persatu bunga Daisy yang ada di tangannya.
Hening. Itulah yang terjadi sekarang. Alea masih sibuk memandangi bunga Daisy-nya, sementara Gabriel, ia sibuk memikirkan bagaimana caranya agar suasananya tidak se canggung ini. Beberapa detik kemudian, Gabriel ingat sesuatu. "Lea, lo mau es krim cokelat?"
Tatapan Alea kini beralih ke Gabriel, kemudian ia menggeleng pelan. Gabriel hanya bisa mengembuskan napas pelan. "Dari tadi, lo mandangin bunga Daisy itu terus. Emang bunganya lebih indah dari gue?" Gabriel pura-pura merajuk.
Alea menatapnya lagi, kemudian tersenyum simpul. "Gue suka sama bunga Daisy, karena dulu Bunda suka banget sama bunga ini. Jadi, melihat bunga ini sama kaya gue lihat Bunda. Ya walaupun Bunda gue masih ada, gue nggak pernah lagi ketemu sama dia. Jujur, gue kangen banget sama Bunda." Satu bulir air mata lolos membasahi pipinya.
Gabriel yang menyadari itu langsung memeluk Alea. "Udah, lo nggak usah sedih. Masih ada gue yang bisa jagain lo. Sekarang, gue minta lo jangan nangis lagi, Oke!" Perlahan, Gabriel mengusap air mata Alea dengan ibu jarinya. Alea tersenyum, senyum manis yang baru pertama kali Gabriel lihat.
"Gue mau pulang sekarang," ucap Alea pelan. Gabriel yang paham dengan keadaan Alea langsung mengangguk meng-iyakan. Segera mereka pergi meninggalkan taman.
Sementara, tak jauh dari tempat itu, seseorang dengan pakaian serba hitam sedang mengawasi mereka. Ia tersenyum miring. "Akhirnya, gue nemuin lo, Alea." Kemudian ia memakai tudung hoodie-nya dan pergi meninggalkan taman.
To be continued ....
⚪⚪⚪
Aku mau nanya nih, guys.
Gimana menurut kalian part ini?
Penasaran nggak sama kelanjutannya?See u next Part✨
KAMU SEDANG MEMBACA
THE PERFECT LOVE [On Going]✓
Ficção Adolescente[REVISI SETELAH CERITA END] [UPDATE SESUAI MOOD] "Heh, lo! Cewek yang baca buku, lempar bolanya!" "Gue?" "Ya lo, lah. Siapa lagi yang baca buku kalau bukan lo?" "Nih!" "Heh, main pergi aja lo. Gue suka sama lo. Mulai sekarang lo harus jadi milik gu...