Jakarta, Januari 2019
Aku suka membaca banyak buku novel, berharap aku bisa menjadi salah satu tokoh yang aku inginkan. Dicintai seseorang orang dengan tulus, di treat like a queen? Ah, itu adalah impianku.
Sebenarnya aku punya trauma masa kecil, di mana saat aku masih sekolah dasar aku sering di-bully oleh salah satu teman laki-laki yang sekelas denganku. Aku benci dia, dia yang membuatku mempunyai androphobia dan sekarang menjadi perempuan introvert.
Aku benci dia, tapi aku juga menyukainya-tapi itu dulu. Eum, bukan suka, hanya saja kagum dengan parasnya yang tampan.
Aku ingin hidup normal seperti mereka— namun aku mungkin hanya bisa berangan-angan saja?
Sampai di umur 14 tahun, aku tidak punya teman laki-laki. Sebenarnya banyak yang mendekati dan ingin menjadi temanku namun aku selalu menghindar dari mereka.
Padahal mereka tidak mempunyai niat jahat, namun sepertinya androphobia sudah mendominasi diriku, hingga aku selalu takut jika berhadapan dengan seorang laki-laki.
Berulang kali aku menyalahkan diri sendiri untuk tidak menjadi perempuan seperti ini. Aku benci androphobia dan introvert. Aku ingin menghilangkan keduanya, namun bagaimana caranya? Bahkan aku tidak mengetahui caranya.
Aku terkadang iri dengan teman perempuan yang mempunyai banyak teman laki-laki. Seperti seru? Eum, aku tidak tahu karena aku tidak mempunyai-meski hanya satu orang saja.
"Aku boleh minjam duit kamu?"
Suara seorang laki-laki berhasil membuyarkan lamunanku. Aku mendongak, dilihat dari emblemnya dia masih kelas VIII sepertiku, dia teman kelasku. Umurnya 14 tahun sama sepertiku, hanya saja berbeda bulan kelahiran saja.
Namanya Marvel, dia salah satu anak laki-laki yang menurutku baik kepada semua orang. Kalau dikelas dia bandel, tapi dia anaknya pintar-aku saja kalah pintarnya jika dibandingkan dengan dia.
Dia juga mempunyai paras tampan, kalau dikelas diadakan lomba cowok tertampan, mungkin dia termasuk salah satu pemenangnya, maybe.
Sehabis pelajaran olah raga, Marvel mendekat ke arahku yang sedang duduk santai. Dia membuat aku sedikit grogi.
Sejujurnya ini adalah pertama kalinya dia mencoba mendekat dan mengajakku untuk berbicara meski sudah satu bulan lamanya kami sekelas.
Aku mendongak, menatapnya dengan mata memicing. "Buat apa? Kalau banyak aku tidak punya," aku memilih untuk berterus terang saja, karena aku memang hanya membawa uang saku yang bisa dibilang sedikit.
"Uangku habis-"
"Buat beli minum, tidak banyak, Cuma lima ribu saja," lanjutnya.
Seragam olahraga Marvel terlihat sedikit basah, aku menyimpulkan bahwa keringat telah membuat tubuhnya basah karena keringat dan jangan lupakan rambutnya yang jabrik juga terlihat sedikit basah dan begitu acak-acakan.
Aku menunduk, merogoh saku lalu mengeluarkan uang lima ribu di dalam saku rok selutut punyaku lalu menyerahkan kepadanya. Aku mendongak untuk melihat wajahnya sekali lagi.
Dia terlihat tersenyum menampakkan lesung pipinya— berhasil membuatku terpesona. Parahnya aku baru saja jika dia mempunyai lesung pipi dan senyumnya begitu manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
NANA (END)
Подростковая литератураSemenjak Nana mengenal 'mereka', dia jadi menganggap bahwa semua cowok sama aja, tidak ada yang setia. Start: 6 Mei 2023. Finish: 27 Juli 2024.